Ada fenomena mengejutkan yang terjadi pada hutan di Amerika. Pasalnya bukan karena kerindangan dan kesuburan pohonnya, melainkan karena hutan ini disebut dengan “Hutan Hantu”. Meskipun namanya terdengar seram, fenomena ini terjadi karena perubahan iklim yang makin mengkhawatirkan.
Melansir dari The Conversation, Emily Ury, seorang peneliti, mengunjungi hutan di dekat Suaka Margasatwa Nasional Alligator River di Carolina Utara. Di sana, ia melihat banyak pohon yang terendam oleh air setinggi lutut. Namun, pohon-pohon di yang tumbuh di air itu kecil dan juga kerdil, banyak juga yang mati.
Untuk membahas lebih lanjut mengenai penyebab terbentuknya “Hutan Hantu”, apa yang terjadi pada pohon-pohon yang mati di sana, dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi fenomena ini, Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Apa itu “Hutan Hantu” dan kenapa fenomena ini bisa terjadi?
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dilansir dari The Conversation, Emily Ury, seorang ahli ekologi, melakukan penelitian ke hutan di daerah pesisir Carolina Utara. Ia menemukan ada banyak sekali pohon yang mati di sana. Bahkan, pohon yang tumbuh di sekitar parit dekat jalan di wilayah itu, banyak sekali pohon-pohon yang sekarat.
Saat mengunjungi pesisir, Ury menemukan bahwa dataran hutan di wilayah tersebut terendam oleh banjir. Ury menyimpulkan bahwa banjir ini merupakan bukti perubahan iklim dapat merubah bentang alam di sepanjang pantai Atlantik. Keadaan ini dapat mengancam satwa liar, ekosistem, pertanian, dan bisnis kehutanan di sana.
Masih melansir laman yang sama, disebutkan bahwa perubahan iklim yang telah terjadi membuat permukaan laut naik, Bunda. Hal ini menyebabkan lahan menjadi semakin banjir karena volume air laut yang meningkat.
Naiknya permukaan air laut menggenangi pantai Carolina Utara sehingga air asin meresap ke dalam tanah. Nah, karena hal tersebut, air yang mengandung garam itu dapat bergerak bebas dan menggantikan air tawar ketika memasuki musim kemarau. Air asin itu juga bergerak melalui kanal dan parit sehingga dapat menembus ke area yang lebih jauh dengan bantuan angin dan masa pasang surut air laut.
Hal itu sejalan dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh NOAA Ocean Service dilansir dari USA Today yang mengatakan, “Di sepanjang pantai dan muara dunia, air laut yang menyerbu masuk dan mengambil alih air tawar yang menjadi sumber makanan bagi pepohonan. Air asin perlahan-lahan meracuni pepohonan yang masih hidup, meninggalkan hutan belantara yang dipenuhi kayu mati dan sekarat."
Akibat dari fenomena ini, pohon-pohon mati, batang mereka berwarna pucat, dan daun yang sebelumnya menghiasi dahan semuanya rontok dan mati. Ciri-ciri tersebut menandakan jika kadar garam pada tanah di wilayah itu sangat tinggi. Pohon-pohon yang membusuk di dalam hutan itu menyerupai pilar-pilar raksasa sehingga mereka menyebutnya sebagai “Hutan Hantu”.
Perlahan, pohon-pohon yang mati tersebut tergantikan oleh semak belukar dan rumput liar yang lebih bisa beradaptasi dan hidup di air asin.
Penelitian lebih lanjut terkait sebaran “Hutan Hantu”
Melansir The Conversation, Ury, sang ahli ekologi, melakukan observasi mengenai penyebaran “Hutan Hantu” ini melalui satelit milik NASA dengan membandingkan kondisi hutan sejak tahun 1984. Ternyata ditemukan bahwa setidaknya ada lebih dari 10 persen lahan hutan Suaka Margasatwa Nasional Alligator River hilang terhitung sejak 35 tahun terakhir.
Tahun 2012 adalah kondisi terparahnya. Hal ini dikarenakan saat itu terjadi peristiwa kekeringan ekstrem, kebakaran hutan, dan badai Irene pada Agustus 2011. Tiga bencana tersebut menjadi penyebab matinya pohon-pohon secara massal di hutan Suaka Margasatwa Nasional Alligator River.
Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki “Hutan Hantu”
Upaya konservasi sedang dilakukan untuk menanggulangi masalah “Hutan Hantu” ini. Upaya ini dilakukan dengan cara mengembangbiakkan lahan hutan menjadi lahan rawa di mana tumbuhan rawa ini bisa hidup di tanah yang terkena air asin.
Meskipun rawa tidak terlalu memberikan manfaat ekologis layaknya hutan, ia tetap berperan penting dalam mengurangi zat karbondioksida, menyediakan habitat, meningkatkan kualitas air, melindungi lahan pertanian dan hutan yang masih subur di wilayah pesisir.
Masih melansir laman yang sama, komunitas Nature Conservancy di Carolina Utara menciptakan garis pantai buatan yang dibuat dari tanaman, pasir, dan batu untuk menyediakan penyangga alami dari gelombang badai.
Bunda, demikianlah fakta mengenai fenomena “Hutan Hantu” yang terjadi di Amerika. Ternyata bukan karena ada hal mistis yang terjadi di sana, melainkan karena adanya perubahan iklim ekstrem yang menyebabkan air laut naik sehingga hutan di sana mati terpapar air asin.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)