8000 hoki Data Login server Slots Maxwin China Terpercaya Sering Lancar Menang Full Online
hoki kilat online Pusat Platform server Slot Gacor Indonesia Terbaru Sering Lancar Jackpot Full Setiap Hari
1000hoki.com Data Agen server Slot Maxwin Cambodia Terpercaya Sering Win Online
5000 hoki List Demo web Slots Gacor Vietnam Terkini Pasti Menang Full Non Stop
7000 Hoki Online Data Platform web Slots Maxwin Myanmar Terbaru Mudah Menang Full Online
9000 hoki List ID website Slot Maxwin Terpercaya Gampang Lancar Jackpot Full Banyak
Demo games Slots Gacor basis Terkini Sering Win Online
Idagent138 Akun Slot Game Online
Luckygaming138 login Akun Slot Gacor Terpercaya
Adugaming Daftar Id Slot Gacor Terbaik
kiss69 Akun Slot Anti Rungkad Online
Agent188 login Id Slot Terbaik
Moto128 Daftar Akun Slot Gacor
Betplay138 login Slot Terbaik
Letsbet77 login Akun Slot Anti Rungkad Terpercaya
Portbet88 login Id Slot Online
Jfgaming Akun Slot Game Terbaik
Mg138 Daftar Slot Terbaik
Adagaming168 login Id Slot Anti Rungkat Terpercaya
Kingbet189 login Akun Slot Anti Rungkat
Summer138 Daftar Slot Game
Evorabid77 Daftar Akun Slot Anti Rungkad
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi atau Perludem, Titi Anggraini, menilai pemilihan gubernur atau Pilgub melalui DPRD berpotensi menimbulkan tindak kesewenang-wenangan elite partai karena tidak melibatkan aspirasi masyarakat.
“Bisa memutus mata rantai aspirasi publik dan menimbulkan kesewenang-wenangan elite,” kata Titi saat dihubungi melalui WhatsApp, pada Ahad, 1 Desember 2024.
Titi tak menampik pelaksanaan Pilgub oleh DPRD dapat menawarkan proses yang lebih mudah dan efisien. Akan tetapi, hasil pemimpin yang diputuskan hanya berbasis terhadap kesepakatan eksklusif para elite partai tanpa mengakomodasi suara dan harapan masyarakat. Dalam pelaksanaan Pilgub dengan dipilih oleh rakyat, kata dia, juga masih ditemukan keputusan pencalonan yang berbeda dengan konstituen partai.
“Apalagi kalau diambil alih sepenuhnya oleh wakil partai di DPRD,” ujarnya.
Menurut dia, pelaksanaan pemilihan gubernur secara langsung maupun melalui pemerintah berpotensi terjadinya politik uang. Akan tetapi, perbedaannya terletak pada pemberian uang atau material yang diberikan kepada anggota DPRD.
“Mestinya yang dibenahi adalah pengaturan dan penegakan hukumnya. Bukan dengan serta merta mengubah sistem,” kata dia.
Titi menuturkan, selama penegakan hukum masih lemah dan perilaku koruptif masih terbiarkan, apapun mekanisme pemilihannya pasti akan bermasalah. “Yang terjadi malah bisa makin mengokohkan oligarki dan hegemoni elite,” tuturnya.
Pakar kepemiluan dari Universitas Indonesia itu mengatakan jika budaya tersebut dibiarkan dapat memicu ketidakpercayaan dan ketidakpuasan publik terhadap kepemimpinan yang dibentuk sehingga berpotensi mengganggu kondusifitas pemerintahan daerah.
Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Jazilul Fawaid, mengusulkan agar pilkada di tingkat provinsi dipilih melalui DPRD bukan lagi dipilih oleh rakyat secara langsung. Menurut dia, itu perlu dilakukan karena pencoblosan serentak menelan anggaran besar.
Jazilul mengatakan, tingginya biaya pemilihan gubernur itu tercerminkan pada pilkada 2024. Misalnya, pemerintah harus mengeluarkan biaya lebih dari Rp1 triliun untuk Pilkada Jawa Barat, belum lagi ditambah biaya pemilihan gubernur di wilayah lainnya.
"Itu bukan anggaran yang kecil. Kalau yang Rp1 triliun itu diberikan ke salah satu kabupaten di salah satu provinsi, di NTT misalnya, itu bisa membuat ekonomi bangkit," kata Jazilul di Jakarta, Kamis, 28 November 2024.
Dia mengatakan bahwa otonomi daerah sejatinya diberikan kepada kabupaten/kota sehingga Pilkada langsung cukup di tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu, Pilkada secara langsung di tingkat provinsi harus dievaluasi.