Tanda-Tanda Anak Punya Teman Toxic dan Cara Membicarakannya

17 hours ago 6

Tidak semua anak mampu memilih lingkungan yang baik. Terkadang tanpa sadar anak masuk dalam lingkar pertemanan toxic. Kenali tanda-tanda anak punya teman toxic dan cara tepat membicarakannya!

Sebenarnya wajar jika anak mengeksplorasi berbagai jenis pertemanan untuk tumbuh dan belajar bersosialisasi. Namun, ada kalanya teman anak bukan hanya kurang disukai, tetapi menunjukkan perilaku yang dapat dikategorikan sebagai toxic.

Jika anak tampak memiliki teman yang toxic, Bunda mungkin bingung bagaimana harus bersikap. Haruskah ikut campur? Bagaimana cara melakukannya? Simak ulasan tentang tanda-tanda pertemanan toxic, cara mendiskusikannya dengan anak, dan kapan harus mencari bantuan profesional, dalam ulasan berikut ini.

Apa itu pertemanan toxic?

Menurut terapis keluarga, Emily Zeller, LMFT, teman toxic adalah seseorang yang secara konsisten berperilaku dengan cara yang menguras energi, memanipulasi, atau merugikan anak. Baik secara emosional, sosial, bahkan fisik.

Menurut Zeller, pertemanan toxic biasanya ditandai dengan pola perilaku yang tidak sehat. Salah satunya perilaku negatif secara terus-menerus, termasuk merendahkan anak, mengejek, atau membuatnya merasa tidak berharga.

"Selain itu, ada juga sikap posesif, seperti mengatur dengan siapa anak boleh berteman atau marah berlebihan jika anak menghabiskan waktu dengan orang lain," ungkap Zeller, dikutip dari Parents.

Mereka juga senang membuat anak merasa bersalah dan menyebarkan rumor yang tidak benar. Bukan tidak mungkin dalam lingkup yang demikian anak mengalami tekanan teman sebaya atau peer pressure, yang mendorong anak melakukan hal berisiko seperti bolos sekolah atau mem-bully orang lain.

Tanda-tanda anak punya teman toxic 

Terkadang tidak mudah mengenali pertemanan toxic karena anak belum memiliki kosa kata atau kesadaran emosional untuk menggambarkannya. 

"Anak tidak selalu bisa berkata bahwa pertemanan mereka 'tidak sehat'. Tetapi perilaku dan suasana hatinya akan memberikan sinyal pada orang tua," imbuh Cheryl Groskopf, LMFT, LPCC, seorang terapis spesialis trauma dan kecemasan.

Berikut tanda-tanda anak punya teman toxic, Bunda: 

1. Tiba-tiba jadi sangat memperhatikan penampilan

Anak menjadi sangat memperhatikan penampilan, pakaian, barang favorit, keluarga, atau rumahnya? Atau kondisi-kondisi ini turut memengaruhi kepercayaan dirinya secara tiba-tiba?

Lingkungan pertemanan yang tidak sehat juga dapat mengikis harga diri dan kepercayaan diri anak. Jika Bunda melihat anak mendadak mempertanyakan harga dirinya, merasa terus-menerus dikritik, atau percaya bahwa mereka tidak cukup baik karena pengaruh teman-temannya, ini bisa jadi tanda yang perlu diwaspadai.

2. Terlalu fokus pada satu pertemanan saja

Ketergantungan emosional yang tinggi hanya pada satu orang teman saja bisa menandakan hubungan sosial yang tidak seimbang. Hal ini juga perlu menjadi perhatian Bunda, ya.

3. Mulai memberontak, termasuk bersikap kasar

Anak awalnya memiliki sikap yang sopan dan lembut, lalu jadi mulai memberontak, ini juga perlu diwaspadai. Misalnya jadi senang melanggar aturan di rumah, bermasalah di sekolah, atau bersikap kasar kepada anggota keluarga.

Perubahan perilaku yang drastis dan tidak bisa dijelaskan bisa jadi pertanda adanya pengaruh negatif dari seorang teman. Termasuk ketika anak mulai menarik diri, mudah meledak-ledak, atau ada penurunan prestasi akademik. 

Dikutip dari Psychology Today, jika anak terlihat mengorbankan dirinya sendiri untuk terus menyenangkan temannya, bisa jadi ia sedang 'dimanfaatkan'. Termasuk ketika ia menjadi people pleaser, yang selalu menuruti keinginan temannya meski sebenarnya ia tak ingin.

5. Banyak mengeluh atau menolak pergi ke sekolah

Awalnya anak selalu bersemangat ke sekolah, namun karena pertemanan yang tidak sehat, bukan tidak mungkin anak jadi enggan belajar. Mereka bahkan mungkin jadi sering menolak untuk pergi ke sekolah.

Kondisi yang demikian sering kali perlu didiskusikan dengan guru. Termasuk untuk mengetahui secara langsung lingkungan yang ada di kelas.

6. Mengisolasi diri dalam waktu lama

Perubahan perilaku yang negatif seperti marah-marah, berkata kasar, atau sikap membangkang bisa jadi ditiru oleh anak dari lingkungan temannya.

Apabila sudah mencapai rasa tidak nyaman, anak mungkin akan jadi mengisolasi diri dan memilih untuk tidak bertemu dengan siapa pun.

7. Mengaku merasa ditekan untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan

Dikutip dari Motherly, tekanan dari teman bisa mendorong anak melakukan hal-hal di luar karakter mereka, termasuk hal yang berbahaya.

Jika anak sering stres dan mengaku merasa direndahkan atau dimanipulasi secara emosional oleh temannya, Bunda mungkin perlu segera mengambil tindakan. 

Cara bicara dengan anak tentang teman toxic

Setelah menyadari bahwa anak berada dalam pertemanan toxic, maka membicarakannya secara langsung dengan mereka bisa tantangan tersendiri bagi orang tua.

Groskopf menyarankan agar orang tua tidak langsung menyerang atau mencela teman tersebut. Ini bisa jadi hanya akan membuat anak makin membela temannya.

Sebaliknya, cobalah untuk bersikap ingin tahu terlebih dahulu. Cari tahu tentang kondisi pertemanan anak yang sesungguhnya, dari perspektif ia sendiri. 

Ajukan pertanyaan reflektif seperti: 

  • Apakah kamu merasa nyaman jadi diri sendiri saat bersama mereka?
  • Kalau kamu tidak setuju dengan mereka, kamu bisa bebas bicara terus terang?
  • Apa yang kamu rasakan saat bersama dia?

Tujuan utamanya adalah membantu anak mendengarkan intuisi atau 'alarm' dari dalam diri mereka sendiri.

Jangan lupa untuk tetap tegas dan menetapkan batasan. Buat aturan tentang jam malam atau larangan tertentu, dan pastikan anak mematuhi konsekuensinya. 

Jangan lupa untuk selalu menunjukkan contoh pertemanan yang sehat melalui perilaku sehari-hari, termasuk saling menghormati dan mendukung dalam relasi.

Kapan harus mencari bantuan profesional?

Terkadang dukungan dan respons dari rumah saja belum cukup. Dalam situasi tertentu, bantuan dari tenaga profesional bisa sangat membantu.

Zeller menyebutkan bahwa ada tanda-tanda di mana orang tua perlu segera psikolog atau konselor di sekolah, saat anak masuk dalam lingkup pertemanan toxic:

  • Perubahan drastis dalam suasana hati atau perilaku anak ke arah negatif
  • Terlibat kasus bullying, penggunaan zat terlarang, atau berperilaku tidak aman
  • Anak mulai menyakiti diri sendiri atau menunjukkan tanda-tanda putus asa
  • Anak tidak bisa menetapkan batasan atau keluar dari pertemanan tersebut
  • Upaya yang dilakukan di rumah tidak menunjukkan perubahan positif

Groskopf menyarankan pendekatan yang proaktif: jangan menunggu sampai masalah membesar. Segera hubungi dokter anak, tenaga kesehatan mental, atau terapis saat muncul tanda awal bahwa pertemanan toxic sudah sampai memengaruhi kesehatan mental anak.

"Terapis bisa membantu anak memahami situasi yang sedang dihadapi, belajar mengungkapkan pendapat, dan membangun batasan tanpa harus memutuskan hubungan secara tiba-tiba," tegas Groskopf.

Demikian ulasan tentang tanda-tanda anak punya teman toxic dan cara membicarakannya. Pastikan untuk selalu hadir dan menemani keseharian anak, jangan tunda untuk ambil tindakan jika memang ada perubahan dalam perilakunya ya, Bunda. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online