7 Cara Mendidik Anak agar Punya Mental Kuat dan Siap Hadapi Tantangan

1 week ago 18

Jakarta -

Memiliki mental kuat menjadi bekal penting bagi pembentukan karakter anak di masa depan. Nah, bagaimana cara mendidik anak agar punya mental yang kuat?

Dikutip dari Healthy Children, tak hanya orang dewasa tapi anak-anak juga menghadapi banyak tekanan yang menantang bagi untuk kesehatan mentalnya. Faktanya, orang tua dapat membantu anak membangun ketahanan dan menguatkan mentalnya. 

Pengalaman positif dan hubungan kekeluargaan yang aman membantu anak mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengelola emosi, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan mengembangkan hubungan sosial dengan orang lain. 

Proses pembentukan keterampilan sangat penting bagi perkembangan mental dan emosional yang sehat.

Cara mendidik agar mental anak kuat

Anak-anak yang berpikiran kuat lebih siap menghadapi tantangan dunia. Untuk mengajari anak-anak cara menjadi kuat secara mental, carilah kesempatan untuk mengajarkan pemecahan masalah, mendorong pembicaraan diri yang positif, dan tumbuhkan kemandiriannya.

Dikutip dari Parents, dalam hal pembentukan kekuatan mental anak, dibutuhkan komitmen dan konsistensi. Dengan komunikasi yang baik, orang tua turut menanamkan pentingnya kesehatan mental yang kuat pada anak-anak. Berikut beberapa cara mendidik anak agar punya mental kuat seperti dikutip berbagai sumber:

1. Bantu anak mengenali perasaan 

Membantu anak-anak untuk mengenali perasaan mereka sejak dini adalah salah satu langkah awal yang penting dalam membangun mental yang kuat. 

Jika anak sudah mampu mengidentifikasi emosi, baik berupa perasaan bahagia, kecewa, atau marah, Bunda sudah mengajarkan bahwa semua perasaan adalah valid.

Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan kegiatan sederhana seperti berbagi cerita tentang hari mereka jelang tidur, serta menciptakan suasana yang nyaman saat anak ingin bercerita.

Selain melatih anak mengenali emosi, hal ini juga menguatkan ikatan orang tua dan anak, serta membantu anak-anak belajar mengatasi rasa kecewa.

2. Mengajarkan anak keterampilan mencari solusi

Saat anak menghadapi masalah, biasanya orang tua cenderung ingin terjun langsung menyelesaikannya. Padahal akan jauh lebih baik jika orang tua membimbing anak untuk mencari solusi mereka sendiri. 

Dengan mengajukan pertanyaan terbuka seperti, 'Apa yang bisa kamu lakukan sekarang?' atau 'Bagaimana kamu mengatasi masalah ini sebelumnya?", anak dilatih untuk berpikir kritis.

Efeknya hal ini dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kompetensi, serta membantu anak belajar mengatasi kesulitan secara mandiri. 

"Kemampuan ini sangat penting terutama untuk anak-anak yang sedang membentuk kemampuan pemecahan masalah," ungkap penulis The Crucial Years: The Essential Guide to Mental Health and Modern Puberty in Middle Childhood, Dr. Sheryl Ziegler, dikutip dari CNBC.

3. Memberikan pujian atas proses, bukan hanya hasil

Penting untuk memuji usaha anak dalam menghadapi tantangan, bukan hanya hasil akhir yang dicapainya. Misalnya, jika orang tua berkata, 'Bunda melihat betapa kerasnya usaha kamu menyelesaikan tugas ini', anak akan lebih fokus pada proses dan usaha, bukan hanya pada pencapaian semata.

Dengan begitu, anak belajar bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka jadi bersiap menghadapi kesulitan dengan semangat dan ketekunan, bukan dari rasa takut gagal.

4. Menetapkan rutinitas dan batasan yang jelas

Cara Mengatasi saat Anak Bersikap ManipulatifIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/interstid

Rutinitas yang konsisten dan batasan yang jelas memberikan rasa aman bagi anak. Dengan memiliki jadwal yang teratur, seperti waktu tidur yang konsisten atau aturan bermain yang jelas, anak merasa lebih tenang. 

Adanya jadwal rutin yang jelas juga membantu anak untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, sehingga dapat menghadapinya dengan lebih mudah.

5. Membiasakan kemandirian dan tanggung jawab

Pastikan anak terbiasa mandiri dan punya tanggung jawab sesuai dengan usianya. Termasuk seperti belahar membantu menyiapkan makan siang atau merapikan kamar sendiri.

Ini dapat membantu anak merasa lebih percaya diri dan memiliki rasa tanggung jawab. Adanya penugasan seperti ini juga memberikan anak pemahaman yang lebih realistis tentang bagaimana fungsi tugas keluarga. 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat dalam pekerjaan rumah cenderung memiliki keterampilan manajemen waktu yang lebih baik, rasa percaya diri yang tinggi, serta hubungan sosial yang lebih baik.

6. Menerima kegagalan sebagai proses belajar

Pastikan anak belajar juga bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses belajar. Pemahaman tentang hal ini sangat penting dalam membentuk mental yang kuat. 

Sediakan waktu untuk berbagi cerita tentang pengalaman kegagalan orang tua dan pelajaran apa saja yang dapat dipetik. Dengan begitu, anak jadi lebih berani untuk mencoba hal-hal baru dan menghadapi kegagalan dengan positif. 

Anak juga belajar bahwa kegagalan adalah batu loncatan untuk sukses yang lebih besar, bukan sebuah alasan untuk menyerah.

7. Tunjukkan cara menghadapi rasa takut

Menurut sebuah penelitian tahun 2016 dalam Journal of Pediatric Health Care, jika orang tua mendorong anak untuk menghindari hal-hal yang ditakuti, kemungkinan besar akan lebih sulit bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan menoleransi perasaan tidak nyaman. 

Misalnya jika anak takut gelap atau takut bertemu orang baru, bantu mereka menghadapi rasa takutnya selangkah demi selangkah.

Berikan semangat dan rayakan keberanian mereka dapat membantu anak-anak menyadari bahwa mereka mampu melakukan hal-hal sulit.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online