Pernahkah Bunda mendengar tentang biopsi payudara? Pemeriksaan ini sering disarankan dokter bila ditemukan benjolan atau perubahan lain pada jaringan payudara. Tujuannya? Untuk memastikan apakah kelainan tersebut bersifat jinak (tidak berbahaya) atau ganas (kanker).
Meskipun kedengarannya cukup mengerikan, Biopsi bukan berarti Bunda pasti sakit parah, melainkan langkah bijak untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang penyembuhannya.
Yuk, kita pelajari bersama apa itu biopsi payudara, jenis-jenisnya dan bagaimana prosedurnya.
Apa itu biopsi payudara?
Dilansir dari Mayoclinic, Biopsi payudara adalah prosedur untuk mengambil sampel jaringan payudara untuk pengujian. Sampel jaringan dikirim ke laboratorium, di mana dokter yang mengkhususkan diri dalam menganalisis darah dan jaringan tubuh (ahli patologi) memeriksa sampel jaringan dan memberikan diagnosis.
Biopsi payudara mungkin direkomendasikan jika Bunda memiliki area yang mencurigakan di payudara Bunda, seperti benjolan payudara atau tanda dan gejala kanker payudara lainnya. Biopsi juga dapat digunakan untuk menyelidiki temuan yang tidak biasa pada mammogram, USG, atau pemeriksaan payudara lainnya.
Hasil biopsi payudara dapat menunjukkan apakah area yang dimaksud adalah kanker payudara atau tidak. Laporan patologi dari biopsi payudara dapat membantu dokter menentukan apakah Bunda memerlukan operasi tambahan atau perawatan lainnya.
Tujuan biopsi payudara
Tujuan utama dari biopsi bukan semata-mata untuk mencari tahu apakah seseorang terkena kanker atau tidak. Biopsi juga membantu dokter memahami jenis kelainan yang terjadi di jaringan payudara dan memberikan informasi penting untuk menentukan langkah pengobatan berikutnya. Bahkan jika hasilnya menunjukkan kondisi jinak, informasi ini bisa menjadi dasar untuk memastikan Bunda tidak menjalani prosedur medis yang tidak perlu.
Dikutip dari American Cancer Society (ACS), biopsi adalah gold standard dalam menentukan apakah suatu massa di payudara merupakan kanker atau tidak. Studi menunjukkan bahwa biopsi jarum inti (core needle biopsy) memiliki akurasi sekitar 95–98 persen dalam mendeteksi kanker payudara.
Selain itu, sebuah studi yang dipublikasikan oleh The Lancet Oncology, membandingkan efektivitas core needle biopsy dengan biopsi bedah. Hasilnya, Core needle biopsy menunjukkan tingkat sensitivitas 97 persen untuk deteksi kanker. Risiko komplikasi jauh lebih rendah dibandingkan biopsi bedah. Sehingga disimpulkan sebagai pilihan ideal untuk diagnosis awal.
Sementara itu, dikutip dari National Cancer Institute (NCI), USA, menyatakan bahwa biopsi payudara, khususnya core needle biopsy, kini menjadi standar utama untuk diagnosis karena, prosedur minim invasif, akurasi hampir setara dengan bedah serta biaya dan waktu pemulihan lebih ringan.
Meskipun terdengar menegangkan, kenyataannya sebagian besar jenis biopsi payudara tidak menimbulkan rasa sakit yang berlebihan. Dengan bantuan bius lokal, prosedur biasanya berlangsung singkat dan aman. Ada beberapa metode biopsi yang digunakan dokter, tergantung kondisi dan letak kelainan. Ada yang menggunakan jarum halus, ada pula yang menggunakan jarum inti untuk mengambil potongan jaringan lebih besar.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan biopsi dengan panduan alat pencitraan seperti USG, mammografi, atau MRI, agar lebih tepat sasaran. Bahkan, WHO merekomendasikan biopsi sebagai bagian penting dari program deteksi dini kanker payudara, terutama di negara berkembang, untuk menekan angka keterlambatan diagnosis.
Manfaat biopsi payudara
Manfaat utama dari biopsi payudara adalah memberikan kepastian medis. Banyak perempuan yang hidup dalam kekhawatiran karena belum tahu apakah benjolan yang mereka rasakan itu berbahaya atau tidak. Dengan biopsi, dokter bisa melihat langsung sel-sel dari jaringan payudara di bawah mikroskop dan menentukan apakah sel tersebut normal, jinak, atau kanker. Tanpa pemeriksaan ini, segala analisa hanya berupa dugaan.
Lebih dari itu Bunda, biopsi membantu dokter memahami karakter kelainan yang ditemukan. Misalnya, jika ternyata itu adalah kanker, dokter bisa mengetahui jenisnya, tingkat agresivitasnya, dan apakah kanker tersebut merespons terapi hormon. Informasi ini penting agar pengobatan bisa disesuaikan dan lebih efektif.
Biopsi juga dapat mencegah tindakan medis yang tidak perlu. Tidak semua benjolan butuh operasi lo Bunda. Ada banyak kondisi jinak seperti kista atau fibroadenoma yang cukup dipantau tanpa pembedahan. Tanpa biopsi, dokter mungkin mengambil keputusan yang lebih invasif hanya karena belum tahu pasti isi benjolan tersebut. Jadi, melalui biopsi, Bunda bisa terhindar dari prosedur yang berisiko dan tak diperlukan.
Yang tak kalah penting, biopsi memberi ketenangan batin. Ketika hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada keganasan, Bunda bisa bernapas lega dan melanjutkan hidup dengan lebih tenang. Tidak ada lagi pikiran yang terus bertanya-tanya, “Jangan-jangan ini berbahaya?” Ketika tubuh memberi sinyal, lalu kita menanggapinya dengan bijak, hasilnya bukan hanya untuk fisik, tapi juga untuk ketenangan pikiran.
Bunda, tak perlu ragu. Biopsi adalah bagian dari ikhtiar untuk menjaga kesehatan, bukan tanda menyerah atau terlalu khawatir. Justru ini adalah bukti cinta terhadap diri sendiri. Semakin cepat kita tahu, semakin cepat kita bisa bertindak. Dan ketika tindakan dilakukan dengan tepat waktu, kesempatan untuk sembuh dan hidup sehat pun akan jauh lebih besar.
Salah satu penelitian yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine yang telah meninjau berbagai studi sebelumnya, mencakup lebih dari 20 hasil penelitian berbeda menyatakan, biopsi jarum inti (core needle biopsy) memiliki tingkat akurasi hingga 96 persen dalam mendeteksi kanker payudara. Bahkan disebutkan bahwa metode ini hampir setara dengan biopsi bedah, namun dengan risiko yang jauh lebih kecil dan waktu pemulihan yang lebih cepat.
Tak hanya itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menegaskan bahwa biopsi adalah bagian penting dari deteksi dini kanker payudara, terutama di negara-negara berkembang. Deteksi dini yang dilakukan dengan biopsi terbukti mampu menurunkan angka kematian karena kanker. Dalam panduannya yang berjudul Guide to Early Cancer Diagnosis (2017), WHO menyebutkan bahwa prosedur seperti biopsi sangat krusial untuk mencegah keterlambatan diagnosis.
Di sisi lain, studi dalam The Lancet Oncology juga memperkuat keunggulan biopsi jarum dibandingkan metode lain. Dalam penelitian ini, biopsi jarum dinyatakan sangat efektif dan akurat, serta menjadi pilihan utama untuk kelainan payudara yang tidak teraba namun tampak mencurigakan di pemeriksaan imaging (seperti USG atau mammografi).
Kapan perlu melakukan biopsi payudara?
Biopsi bukan pemeriksaan pertama yang dilakukan, Bunda. Biasanya, dokter akan memulai dengan pemeriksaan fisik, lalu dilanjutkan dengan USG, mammografi, atau MRI. Tapi jika dari hasil tersebut terlihat sesuatu yang mencurigakan, baik bentuk, ukuran, atau teksturnya, biopsi menjadi langkah selanjutnya untuk mengetahui dengan pasti apa yang sedang terjadi di dalam jaringan payudara.
Dokter biasanya akan menyarankan biopsi saat ada benjolan yang tidak biasa, terutama jika benjolan tersebut terasa keras, tidak bisa digerakkan, atau tidak hilang-hilang meski sudah dipantau selama beberapa minggu. Bila benjolan itu disertai perubahan lain, seperti puting yang tertarik ke dalam, keluar cairan dari puting (terutama yang berdarah), atau perubahan warna dan tekstur kulit seperti menjadi kemerahan atau seperti kulit jeruk, maka biopsi bisa jadi sangat penting.
Ada juga kondisi di mana hasil mammografi atau USG menunjukkan bayangan atau massa mencurigakan, meskipun Bunda sendiri belum merasakan gejala apa pun. Dalam situasi seperti ini, dokter akan merekomendasikan biopsi untuk memastikan apakah jaringan tersebut jinak atau mengarah pada keganasan.
Selain itu, bagi Bunda yang memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, terutama di usia muda, biopsi mungkin lebih cepat disarankan begitu ditemukan perubahan sedikit saja. Ini karena risiko kanker bisa lebih tinggi, sehingga deteksi dini menjadi sangat penting.
Namun, Bunda tidak perlu langsung takut saat mendengar kata 'biopsi'. Ingat, tidak semua hasil biopsi menunjukkan kanker. Bahkan, menurut data medis, lebih dari 70 persen benjolan payudara yang diperiksa dengan biopsi ternyata bersifat jinak. Biopsi justru membantu mencegah kecemasan yang tidak perlu, atau sebaliknya menghindarkan dari keterlambatan pengobatan jika ternyata ada sel kanker yang mulai tumbuh.
Jadi, kapan Bunda perlu menjalani biopsi? Saat tubuh memberi sinyal, dan dokter merasa bahwa kita perlu tahu lebih pasti. Karena dalam hal kesehatan, mengetahui lebih awal selalu lebih baik daripada menunggu. Biopsi bukan tanda akhir, melainkan langkah awal untuk pemulihan, perlindungan, dan kasih sayang terhadap diri sendiri.
Prosedur biopsi payudara
1. Persiapan
Sebelum prosedur dimulai, dokter akan mengajak Bunda berdiskusi terlebih dahulu. Bunda akan dijelaskan tentang jenis biopsi yang akan dilakukan, serta apa yang perlu disiapkan. Setelah itu, biasanya Bunda diminta berbaring santai di tempat tidur periksa.
Area payudara yang akan diambil sampelnya akan dibersihkan dan diberi bius lokal. Jangan khawatir, Bunda tidak akan merasakan sakit, hanya sedikit rasa tekan atau nyeri ringan saat obat bius disuntikkan seperti digigit semut.
2. Proses pengambilan jaringan
Tergantung jenis biopsinya ya Bunda, ada beberapa metode yang bisa dilakukan dokter bisa dalam proses pengambilan jaringan:
- Biopsi jarum halus (FNA): Menggunakan jarum sangat kecil untuk mengambil cairan atau sel dari benjolan. Biasanya cepat dan tidak terlalu nyeri.
- Core needle biopsy (CNB): Menggunakan jarum sedikit lebih besar untuk mengambil potongan jaringan kecil. Kadang dibantu dengan alat pencitraan seperti USG.
- Biopsi stereotaktik atau berbantuan gambar (MRI/mammografi): Jika benjolan tidak terasa dengan tangan, tapi tampak di gambar, dokter akan menggunakan alat bantu agar jarum tepat sasaran.
- Biopsi bedah (eksisi): Jika diperlukan, dokter bisa mengambil sebagian atau seluruh benjolan melalui sayatan kecil. Ini dilakukan dengan bius lokal atau total, tergantung kasusnya.
- Biasanya, prosedur di atas hanya berlangsung 15–30 menit, dan Bunda bisa pulang di hari yang sama, kecuali bila dokter menggunakan bius total.
3. Pasca prosedur
Begitu selesai, area biopsi akan ditekan perlahan untuk menghentikan perdarahan, lalu dibalut perban kecil. Dokter akan memberikan instruksi perawatan, termasuk cara menjaga luka, tanda-tanda yang perlu diwaspadai, serta waktu kontrol.
Bunda bisa mengalami sedikit memar, bengkak, atau nyeri ringan di sekitar area biopsi. Tapi ini normal dan akan hilang dalam beberapa hari.
Di mana melakukan biopsi payudara?
Biopsi payudara biasanya dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas radiologi dan laboratorium patologi anatomi. Rumah sakit besar, baik milik pemerintah maupun swasta, umumnya sudah memiliki peralatan untuk melakukan berbagai jenis biopsi, mulai dari biopsi jarum halus (FNA), jarum inti (core biopsy), hingga biopsi bedah jika diperlukan.
Bunda bisa memulainya dari rumah sakit umum daerah (RSUD), apalagi jika Bunda menggunakan layanan BPJS Kesehatan. Banyak RSUD kelas B atau A di kota besar sudah mampu menangani biopsi dengan standar medis yang baik. Jika datang melalui jalur rujukan dari puskesmas atau klinik, prosedur ini bisa ditanggung BPJS, tentu dengan mengikuti alur administrasi yang benar.
Selain itu, rumah sakit swasta atau pusat diagnostik modern juga bisa menjadi pilihan, terutama jika Bunda menginginkan proses yang lebih cepat, privasi lebih terjaga, atau pilihan teknologi yang lebih canggih seperti biopsi dengan panduan MRI. Beberapa klinik kanker atau pusat kesehatan perempuan juga menyediakan layanan biopsi dengan tim medis yang memang fokus di bidang ini.
Di Indonesia, biaya biopsi payudara cukup bervariasi, tergantung metode yang digunakan dan fasilitas kesehatan tempat Bunda menjalani prosedur. Namun, banyak rumah sakit kini bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, yang bisa membantu menanggung sebagian atau seluruh biaya jika Bunda mengikuti alur rujukan yang benar.
Bunda juga bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis bedah atau onkologi di fasilitas terdekat. Dokter akan membantu menentukan apakah biopsi memang diperlukan, jenis biopsi apa yang paling sesuai, serta memberi rujukan ke tempat yang tepat untuk prosedur tersebut.
Persiapan sebelum biopsi payudara
Sebelum hari pelaksanaan, dokter biasanya akan menjelaskan jenis biopsi yang akan Bunda lakukan. Ada yang menggunakan jarum halus (FNA), ada yang memakai jarum inti, bahkan bisa juga dengan bantuan alat pencitraan seperti USG atau mammografi. Setiap metode ini memiliki pendekatan yang sedikit berbeda, tapi semuanya bertujuan untuk hal yang sama yaitu mencari tahu dengan pasti kondisi jaringan payudara Bunda.
Untuk persiapan fisik, umumnya Bunda tidak perlu berpuasa. Tapi bila biopsi dilakukan dengan bius total, dokter mungkin akan meminta Bunda puasa beberapa jam sebelum prosedur. Jangan lupa, informasikan kepada dokter jika Bunda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti pengencer darah (aspirin atau warfarin), vitamin E dosis tinggi, atau suplemen herbal, karena beberapa jenis bisa memengaruhi proses pembekuan darah.
Selain itu, jangan lupa kenakan pakaian yang nyaman dan longgar di hari pemeriksaan ya Bunda. Bila memungkinkan, ajak seseorang untuk menemani, agar Bunda merasa lebih tenang. Jika biopsi dilakukan dengan bius lokal, Bunda tetap sadar selama prosedur dan bisa langsung pulang sesudahnya. Namun bila menggunakan bius total atau dilakukan di ruang operasi, mungkin dibutuhkan waktu pemulihan lebih lama.
Yang paling penting, siapkan juga hati dan pikiran Bunda. Biopsi bukan akhir dari segalanya, justru ini adalah langkah awal menuju kepastian. Banyak pasien yang setelah menjalani biopsi justru merasa lebih lega karena tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika hasilnya jinak, Bunda bisa kembali menjalani hari-hari tanpa beban. Bila pun ada sel yang mencurigakan, maka Bunda sudah mengambil langkah tepat untuk mengetahuinya sejak dini.
Tak perlu menahan rasa takut sendiri. Bunda bisa berdiskusi dengan dokter, suami, atau sahabat. Tanyakan semua hal yang masih membuat ragu. Karena ketika Bunda memahami prosesnya, rasa khawatir pun perlahan akan berubah menjadi keberanian. Biopsi mungkin hanya berlangsung beberapa menit, tapi dampaknya bisa memberi ketenangan untuk bertahun-tahun.
Perawatan setelah biopsi payudara dan hasilnya
Perawatan setelah biopsi payudara
Biopsi mungkin hanya berlangsung sebentar Bunda, tetapi setelahnya ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan agar proses penyembuhan berjalan nyaman, dan hasilnya bisa diterima dengan lebih tenang dan bijaksana.
Biasanya, setelah biopsi, dokter akan menutup area yang diambil jaringannya dengan perban kecil. Bila Bunda menjalani biopsi jarum (seperti FNA atau core needle), lukanya sangat kecil dan tidak memerlukan jahitan. Namun, tetap penting menjaga kebersihannya.
Dokter mungkin akan menyarankan Bunda untuk:
-
Mengompres dingin di area bekas tindakan selama 24 jam pertama untuk mengurangi bengkak dan memar.
Jika terasa bengkak atau memar, kompres dingin selama 10–15 menit bisa membantu meredakan pembengkakan. Bungkus es batu dalam kain bersih, jangan langsung ditempelkan ke kulit, ya Bunda.
- Menghindari aktivitas berat atau mengangkat barang selama 1–2 hari agar area tidak tertarik dan memperparah memar.
Setelah prosedur, Bunda bisa langsung pulang, terutama jika biopsi dilakukan dengan bius lokal. Namun, beristirahatlah dengan tenang di rumah, hindari aktivitas berat atau mengangkat barang selama setidaknya 1–2 hari, terutama yang melibatkan otot dada atau lengan bagian atas.
- Mengganti perban sesuai petunjuk jika diperbolehkan mandi.
Biasanya, dokter akan memberikan petunjuk apakah Bunda boleh mandi seperti biasa atau harus menjaga luka tetap kering dulu. Jika ada perban, jangan dilepas sendiri sebelum waktunya, kecuali dokter menyarankan. Setelah perban dilepas, Bunda bisa mencuci area dengan air hangat dan sabun lembut, lalu keringkan perlahan dengan handuk bersih.
- Menggunakan bra yang nyaman dan menyokong payudara dengan baik, agar tidak menambah nyeri.
Nyeri ringan dan lebam biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Jika terasa nyeri, Bunda bisa minum obat penghilang rasa sakit sesuai anjuran dokter. Namun, bila muncul demam, keluar cairan kuning atau berdarah dari luka, atau nyeri yang semakin berat segera kembali ke dokter ya, Bunda. Bisa jadi itu tanda infeksi.
Waspadai tanda-tanda infeksi
Segera hubungi dokter jika Bunda mengalami:
- Kemerahan yang makin meluas di sekitar luka
- Bengkak berlebihan atau keluar cairan/nanah
- Nyeri yang makin kuat dan tidak membaik
- Demam
Hasil biopsi payudara
Hasil biopsi biasanya bisa keluar dalam waktu 3–7 hari kerja, tergantung laboratoriumnya. Saat hasil sudah keluar, dokter akan mengajak Bunda berdiskusi untuk menjelaskan apa arti dari hasil tersebut.
Hasilnya bisa berupa:
1. Hasil jinak (non-kanker)
Ini adalah hasil yang paling umum dan tentu sangat melegakan, Bunda. Biasanya cukup dengan pemantauan rutin tanpa perlu pengobatan khusus. Beberapa kondisi jinak yang sering ditemukan:
- Fibroadenoma: Benjolan padat, jinak, dan sering dialami wanita muda.
- Kista: Kantong berisi cairan, bisa lunak atau kenyal.
- Perubahan fibrokistik: Jaringan payudara terasa lebih padat atau nyeri menjelang haid.
- Papiloma intraduktus: Pertumbuhan kecil di saluran ASI, bisa menyebabkan keluar cairan dari puting.
Jika hasilnya jinak, biasanya dokter hanya akan menyarankan pemantauan berkala. Tindakan lebih lanjut belum tentu diperlukan, kecuali benjolan terus membesar atau menimbulkan keluhan.
2. Hasil pra-kanker (atipikal)
Lesi atipikal atau prekanker, artinya ada sel-sel yang berubah tapi belum bersifat ganas. Sebab, terkadang hasil biopsi menunjukkan sel-sel tidak normal, tapi belum menjadi kanker. Dalam kasus ini, dokter mungkin akan menyarankan pengawasan lebih ketat atau tindakan lebih lanjut. Contoh kondisi pra-kanker:
- Atypical ductal hyperplasia (ADH)
- Atypical lobular hyperplasia (ALH)
Ini bukan kanker, Bunda, tapi bisa menjadi faktor risiko. Dokter mungkin akan menyarankan pengawasan lebih ketat atau tindakan lanjutan untuk mencegah perkembangan sel tersebut.
3. Hasil kanker (maligna)
Jika ditemukan sel kanker, laporan akan menunjukkan:
- Jenis kanker (misalnya: kanker payudara tipe duktal atau lobular)
- Grade (tingkat keparahan dan agresivitas sel)
- Kadang juga disebutkan apakah sel kanker merespons hormon (seperti estrogen atau HER2)
Jika hasil ini muncul, jangan panik dulu, Bunda. Justru ini adalah langkah awal yang sangat penting untuk menyusun rencana pengobatan yang paling sesuai dan semakin dini diketahui, semakin tinggi peluang keberhasilan pengobatan.
Dari informasi ini, dokter akan menyusun rencana penanganan terbaik untuk Bunda, bisa berupa operasi, kemoterapi, radioterapi, atau terapi hormon, tergantung hasil lengkap dan kondisi Bunda.
Apakah boleh menyusui setelah biopsi?
Secara umum, boleh saja ya Bunda menyusui setelah menjalani biopsi payudara, asalkan dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti arahan dokter. Namun, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan, tergantung pada jenis biopsi, lokasi pengambilan jaringan, dan apakah ada komplikasi seperti infeksi atau nyeri yang signifikan.
Jika biopsi dilakukan dengan jarum (FNA atau core needle biopsy), dan area yang diambil tidak terlalu dekat dengan saluran ASI, biasanya Bunda boleh langsung menyusui kembali setelah prosedur, bahkan dalam hitungan jam, terutama jika hanya dilakukan dengan bius lokal.
Dikutip dari American College of Radiology (ACR), menjelaskan bahwa biopsi payudara dengan jarum seperti Core Needle Biopsy (CNB) atau Fine Needle Aspiration (FNA) boleh dilakukan pada ibu menyusui, dan menyusui boleh dilanjutkan setelah tindakan, terutama bila dilakukan pada bagian payudara yang jauh dari saluran utama ASI.
Selain itu, menurut salah satu studi yang dikutip dari National Library of Medicine, anestesi lokal dan sebagian besar obat yang digunakan saat prosedur masuk ke ASI dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak membahayakan bayi.
Bukan hanya itu, menurut studi lainnya, yang dipublikasikan di Breast Journal (2017) meneliti 38 ibu menyusui yang menjalani ultrasound-guided core needle biopsy, dan ditemukan bahwa tidak ada gangguan signifikan pada produksi ASI dan luka sembuh dengan baik. Bahkan Sebagian besar ibu tetap menyusui seperti biasa dalam 24–48 jam setelah tindakan
Namun, bila biopsi dilakukan dekat dengan saluran ASI atau areola, dokter mungkin akan menyarankan:
- Menunggu beberapa jam hingga efek anestesi hilang.
- Menyusui dari payudara sebelah terlebih dahulu, jika memungkinkan.
- Memompa dan membuang ASI dari payudara yang diambil sampelnya selama 24–48 jam (tergantung kondisi), terutama jika digunakan obat anestesi atau antibiotik tertentu yang masuk ke ASI.
Kapan perlu jeda menyusui?
Walau menyusui umumnya boleh dilakukan setelah biopsi, ada beberapa kondisi khusus di mana Bunda mungkin perlu menunda atau menjeda menyusui sejenak. Ini tergantung pada jenis tindakan, lokasi biopsi, dan obat yang digunakan.
- Jika menggunakan bius total atau sedasi
Bila prosedur dilakukan dengan anestesi umum atau sedasi, Bunda perlu menunggu sekitar 4–6 jam sebelum menyusui lagi. Tujuannya adalah memberi waktu agar obat bius keluar dari tubuh, sehingga tidak masuk ke ASI dalam jumlah signifikan.
- Jika lokasi biopsi sangat dekat dengan saluran ASI
Jika dokter melakukan biopsi dekat dengan saluran ASI, terkadang akan terjadi kebocoran ASI atau darah dari luka. Dalam kasus seperti ini, menyusui dari payudara tersebut mungkin perlu ditunda selama 24–48 jam, atau sampai luka membaik.
- Jika ada infeksi atau luka belum sembuh baik
Jika setelah biopsi muncul tanda-tanda infeksi (seperti kemerahan parah, nyeri hebat, nanah, atau demam), maka menyusui dari sisi tersebut sebaiknya dihentikan sementara sampai kondisi membaik ya Bunda.
- Jika Diberi Obat-obatan tertentu
Beberapa obat pasca-biopsi, seperti antibiotik atau pereda nyeri, umumnya aman untuk ibu menyusui. Namun, jika dokter meresepkan obat yang tidak dianjurkan saat menyusui, Bunda mungkin perlu menjeda menyusui dan memompa dan membuang ASI sementara waktu
Tips untuk Bunda setelah biopsi
- Informasikan ke dokter bahwa Bunda sedang menyusui, agar prosedur disesuaikan.
- Bila terjadi nyeri di satu sisi, susui dari sisi lainnya atau perah ASI untuk menjaga kelancaran.
- Pantau luka, bila ada bengkak, nyeri hebat, atau keluar cairan tidak biasa, segera konsultasikan kembali.
- Jika diresepkan antibiotik atau obat pereda nyeri, pastikan Bunda menanyakan keamanannya untuk menyusui (kebanyakan aman, tapi lebih baik memastikan).
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)