Fakta-fakta Insiden Penyerangan Anggota TNI AD Terhadap Warga Sipil di Deli Serdang

6 days ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - TNI AD mendapat sorotan setelah insiden penyerangan anggotanya terhadap masyarakat sipil di Desa Selamat, Sibiru-biru, Deli Serdang, Sumatra Utara pada Jumat malam, 8 November 2024. Insiden ini menyebabkan Raden Barus, seorang lansia umur 61 tahun, tewas dan belasan warga lainnya luka-luka.

Para pelakunya diduga adalah puluhan anggota TNI dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105Kilap Sumagan dari Komando Utama atau Kodam I/Bukti Barisan (BB). Terkini, Panglima Kodam atau Pangdam Bukit Barisan Letjen Mochammad Hasan meminta maaf kepada keluarga korban tewas. Ia bahkan siap menukar nyawa korban dengan nyawanya.

“Saya Letnan Jenderal TNI Mochammad Hasan Pangdam I/BB menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya atas peristiwa yang terjadi,” kata Hasan saat menghadiri proses pemakaman Raden Barus pada Senin, 11 November 2024.

Tempo telah merangkum fakta-fakta peristiwa penyerangan puluhan anggota TNI terhadap masyarakat sipil di Desa Selamat, Sibiru-biru, Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat malam, 8 November 2024 ini.

1. Kronologi kejadian menurut TNI

Kronologi kejadian versi TNI disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto. Jenderal bintang empat ini mengatakan, insiden itu bermula saat puluhan prajurit TNI AD menegur dan menertibkan sejumlah anak muda dari kelompok geng motor.

“Jadi memang diawali oleh, ya, anak-anak muda kebut-kebutan pakai motor, ditegur sama anggota,” kata Agus.

Menurut dia, teguran itu disampaikan lantaran aktivitas geng motor telah meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban jalan. Menurut Agus, aktivitas geng motor di jalan mengganggu ketertiban masyarakat, sehingga perlu ditertibkan.

Namun, ujarnya, sejumlah warga tidak terima dengan teguran dari oknum prajurit TNI AD. “Terjadi adu mulut, perkelahian, kemudian maka terjadilah perkelahian massal,” ujarnya.

2. Cerita penyerangan versi warga

Kepala Dusun III Desa Selamat, Binawati mengisahkan kejadian itu terjadi pada pukul 21.30 WIB. Pihaknya menerima informasi dari warga bahwa ada pelaku begal dan geng motor yang masuk ke kampung. Para begal tersebut disebut menghajar setiap laki-laki yang meraka temuai. Belakangan diketahui, orang-orang yang menyerang warga itu adalah prajurit dari Armed.

“Mereka tidak pandang bulu, setiap ada laki-laki dihajar. Makanya warga dari desa lain yang hanya kebetulan lewat juga kena,” kata Binawati kepada media, Senin.

Para prajurit TNI itu disebut tengah mencari seorang kawannya yang hilang dan diduga diculik warga. Beberapa rumah warga bahkan didobrak. Setelah para prajurit Armed pergi, sekitar pukul 22.30 WIB, Binawati mendapat kabar bahwa salah seorang warganya, Raden, ditemukan dengan kondisi mengenaskan .

“Ada darah keluar dari telinga sebelah kanan. Kepala bagian kirinya lembek. Mata kirinya dicolok sesuatu, sama dengan dagunya. Luka sayat di punggung kanan dan bahu kirinya memar,” katanya.

Raden mulanya keluar rumah lantaran khawatir cucunya terlibat bentrok dengan kelompok yang menyerang kampung. Nahasnya, pria 60-an tahun itu justru jadi korban. Ada seorang warga yang mencoba menolongnya namun turut dianiaya. Raden sempat dilarikan ke klinik terdekat, namun sayangnya sudah meninggal.

“Jadi bapak ini punya cucu di dusun IV. Dia sangka cucunya terlibat entah apa dengan geng motor tadi. Belum sampai ke tempat cucunya, orang itu sudah membabi buta memukuli bapak itu,” kata kepala dusun.

3. Kesaksian korban

Seorang saksi mata sekaligus korban kebrutalan ini, Rofika Tarigan, usai 18, bercerita. Kepada media, dia mengaku tidak tahu permasalahan yang sebenarnya. Malam itu kebetulan dirinya baru saja keluar rumah menuju ke warung untuk membeli rokok. Saat itulah ia bertemu dengan puluhan anggota tentara.

”Saya ditarik ke luar rumah. Lalu saya dipukuli terus-menerus oleh puluhan anggota Armed. Setelah terluka, saya dibawa ke asrama Armed. Saya diperlakukan seperti penjahat, padahal saya tidak tahu apa-apa,” kata Rofika, Senin.

Akibat penganiayaan dan pengeroyokan itu, Rofika mengalami luka robek di kepala. Punggungnya pun penuh memar lantaran dipukul oleh puluhan anggota Armed. Tangannya turut memar dan bengkak diduga akibat dihantam dengan pistol.

”Mereka sangat ramai sekitar 50 orang. Saya melihat ada yang memakai dobel stik ada yang membawa senjata tajam,” katanya.

Rofika menuturkan, dirinya san beberapa orang warga sempat ditahan di Markas Armed-2 namun akhirnya dilepaskan pada Sabtu dini hari, 9 November 2024. Usai serangan anggota TNI Ada itu mereda, warga berupaya menyelamatkan korban penganiayaan. Disebutkan ada puluhan warga yang terluka dan dibawa ke rumah sakit.

Mereka mulanya dirawat di Rumah Sakit Umum Sembiring. Namun kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Putri Hijau milik Kodam I Bukit Barisan. Warga yang mengalami luka ringan bisa langsung pulang setelah mendapatkan perawatan.

4. Jumlah korban

Kepala Desa Selamat, Bahrun, mengatakan sejauh ini tercatat ada 13 warga yang terluka akibat penyerangan Jumat malam itu, dengan satu orang meninggal dunia. Salah satu korban, Dedi Susanto, mengalami luka parah di tangan kiri. “Tangannya hampir putus dan saat ini dirawat di RS Putri Hijau,” ujar Bahrun.

Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam I Bukit Barisan, Kolonel Dody Yudha, mengatakan ada 8 orang yang telah dipindahkan dari RS Sembiring ke Rumah Sakit Putri Hijau untuk mendapatkan perawatan intensif. “Ada 8 orang korban masyarakat terluka yang sudah dipindahkan dari RS Sembiring ke Putri Hijau,” ujar Dody.

5. Pangdam Bukit Barisan selidiki motif penyerangan

Pangdam Bukit Barisan disebut sedang menyelidiki motif penyerangan puluhan prajurit TNI AD terhadap masyarakat sipil ini. Dalam keterangan tertulisnya, Kolonel Dody mengatakan sebanyak 33 prajurit TNI AD telah terkonfirmasi terlibat dalam penyerangan. Menurut dia, tidak menutup kemungkinan jumlah prajurit yang terlibat masih bisa bertambah.

Dody berujar, pihaknya dan polisi militer setempat sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut perihal motif penyerangan puluhan anggota TNI AD tersebut. Dody menyatakan bakal mengusut insiden penyerangan itu hingga tuntas.

“Terkait peristiwa keributan yang melibatkan oknum prajurit TNI AD, kami memastikan akan mengusutnya secara tuntas,” kata Yudha dalam keterangannya, dikutip Senin.

6. Pangdam Bukit Barisan proses puluhan prajurit

Adapun Agus Subiyanto mengatakan bahwa pihaknya melalui Pangdam I/Bukit Barisan sudah memproses puluhan prajurit TNI AD yang terlibat penyerangan ini. Ketika ditanya soal sanksi apa yang bakal diberikan, Agus berujar bahwa masih menunggu hasil pemeriksaan. Namun, dia memastikan akan memberikan hukuman bila terbukti adanya pelanggaran.

“Kalau (anggota TNI) yang melanggar, ya, punishment,” katanya ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Senin, 11 November 2024..

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | NOVALI PANJI NUGROHO

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online