TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kantor Komunikasi Presiden Prabowo Subianto, Adita Irawati, meminta maaf atas kegaduhan dalam penggunaan diksi 'rakyat jelata' saat memberikan keterangan perihal pedakwah Miftah Maulana yang menghina penjual es teh. Ia mengakui pemilihan kata yang dia gunakan kurang tepat.
Juru bicara Kementerian Perhubungan 2020-2024 ini menegaskan pihak Istana sangat menyesalkan kejadian tersebut. Melalui Instagram pribadinya pada Kamis, Adita mengklarifikasi pernyataan tersebut sama sekali tidak disengaja. Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi pada 2018-2019 ini meyakini peristiwa itu terjadi karena adanya pergeseran makna pada diksi yang saya gunakan di era saat ini.
Adita mengklaim bahwa dia menggunakan diksi 'rakyat jelata' karena sesuai dengan arti dan makna yang tercantum di dalam KBBI yang artinya adalah rakyat biasa.
"Sekali lagi, tidak ada maksud untuk lemahkan atau rendahkan, kami akan terus introspeksi diri dan akan lebih hati-hari dalam gunakan bahasa," kata Adita seperti dikutip Kamis 5 Desember 2024. "Sekali lagi saya mohon maaf."
Sebelumnya, Adita Irawati mengunakan kata 'rakyat jelata' saat memberikan penjelasan perihal sikap Presiden Prabowo yang selalu berpihak pada masyarakat kecil. Pernyataan itu disampaikan dalam kaitan kasus Miftah yang dinilai menghina penjual es teh dalam sebuah pengajian.
"Presiden kita Pak Prabowo Subianto, ini kalau dilihat dari berbagai baik itu pidato atau kunjungan beliau, terlihat sekali pemihakan beliau pada rakyat kecil, pada rakyat jelata," kata Adita dalam potongan klip yang viral di sejumlah platform sosial media pada Kamis, 5 Desember 2024. Cuplikan videonya itu menuai kritikan tajam dari warganet.