Kenali Penyebab Kanker Ovarium di Usia Muda, Gejala Awal, Faktor Risiko dan Cara Mengatasinya

1 week ago 6

Jakarta -

Zaman sekarang kanker ovarium tak hanya dialami perempuan paruh baya atau lanjut usia. Belakangan ini, kasus kanker ovarium di usia muda disebut-sebut semakin meningkat. Kenali penyebabnya, gejala awal, faktor risiko, serta cara mengatasinya.

Melansir ClevelandClinic, kanker ovarium bermula di ovarium yakni organ kecil dalam sistem reproduksi perempuan tempat sel telur terbentuk. Kanker ovarium terkadang sulit dideteksi karena gejalanya sering tidak berkembang hingga stadium lanjut. 

Apa itu kanker ovarium?

Kanker ovarium adalah ketika sel-sel abnormal tumbuh dan berkembang di luar kendali di ovarium atau tuba fallopi. Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi perempuan. Kedua organ bulat seukuran kacang kenari ini menghasilkan sel telur selama masa reproduksi perempuan.

Kanker ovarium ini sering disebut sebagai silent killer karena gejalanya sulit dideteksi pada tahap awal.

Mengapa kanker ovarium dapat menyerang remaja?

Kanker ovarium dapat menyerang perempuan usia dini, baik itu remaja maupun perempuan muda. Kasus kanker ovarium pada usia memang lebih jarang terjadi, namun belakangan cukup meningkat. 

Faith Selchick, DNP, AOCNP, Keperawatan, Onkologi, menjelaskan bahwa kanker ovarium pada anak-anak jarang terjadi. Jika memang terjadi, kemungkinan besar akan terlihat pada orang berusia 15 hingga 19 tahun.

"Kanker ovarium memengaruhi 3 persen hingga 8 persen  orang muda dengan pertumbuhan di dekat rahim. Kanker ini merupakan 1 persen hingga 2 persen dari semua kanker anak-anak. Nama lain untuk jenis kanker ovarium yang paling umum pada remaja adalah tumor sel germinal ovarium, yang bermula di sel telur," jelas Selchick dilansir dari Healthline.

Mengapa kanker ovarium terjadi pada remaja?  Kanker ovarium terjadi ketika ada perubahan pada sel ovarium yang memengaruhi cara sel tersebut tumbuh dan membelah. Namun, tidak jelas apa yang menyebabkan perubahan sel ini pada anak-anak. Perubahan ini kemungkinan besar terjadi di awal kehidupan dan bahkan mungkin sebelum lahir.

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko remaja terkena kanker ovarium. Namun, memiliki satu atau lebih faktor tidak berarti seseorang akan terkena kanker.

Faktor risiko pada orang muda cenderung berupa kondisi dan gangguan yang sudah ada sebelumnya, bukan faktor gaya hidup. Faktor-faktor ini meliputi:

  1. Kondisi langka yang disebut penyakit Ollier atau sindrom Maffucci yang menyebabkan pertumbuhan tulang rawan yang tidak biasa.
  2. Kelainan genetik, termasuk sindrom Peutz-Jeghers, sindrom DICER1, sindrom Klinefelter, sindrom Swyer, dan sindrom Turner.
  3. Ovarium yang belum terbentuk dengan cara yang biasa.

Penyebab kanker ovarium

Penyebab pasti kanker ovarium belum diketahui. Namun, beberapa orang memiliki risiko sedikit lebih tinggi untuk mengalami kondisi tersebut. 

Dokter mengetahui bahwa kanker ovarium dimulai ketika sel-sel di dalam atau di dekat ovarium mengalami perubahan (mutasi) pada DNA-nya. DNA sel berisi instruksi yang memberi tahu sel apa yang harus dilakukan. 

Perubahan tersebut memberi tahu sel untuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, sehingga menciptakan massa (tumor) sel kanker. Sel kanker terus hidup ketika sel-sel yang sehat akan mati. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan di dekatnya dan terlepas dari tumor awal untuk menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh lainnya.

Jenis tumor ovarium yang umumnya menyerang perempuan muda

Pada orang dewasa, tumor epitel (tumor yang bermula di jaringan yang menutupi ovarium) adalah yang paling umum. Ini adalah tumor ovarium paling umum kedua pada anak-anak tetapi biasanya hanya terlihat setelah menstruasi pertama.

Tumor ovarium dapat bersifat jinak (non-kanker) atau ganas (kanker). Pada perempuan muda, jenis tumor yang umum ditemukan adalah:

1. Tumor sel germinal  

Tumor ini berasal dari sel yang memproduksi sel telur. Sekitar 90 persen tumor sel germinal bersifat jinak, tetapi beberapa dapat menjadi ganas.

2. Tumor stromal

Tumor ini berkembang dari jaringan penghasil hormon di ovarium.

3. Tumor epitelial

Tumor ini jarang terjadi pada perempuan usia muda. Tumor ini berasal dari sel-sel yang melapisi permukaan ovarium.

Gejala kanker ovarium

Selchick mengatakan bahwa gejala yang perlu diwaspadai cenderung berkisar pada nyeri perut, kesulitan buang air kecil, atau pendarahan yang tidak biasa.

Berikut ini beberapa gejala yang perlu diwaspadai:

  1. Benjolan di perut
  2. Nyeri atau pembengkakan di perut, termasuk kembung yang tidak biasa
  3. Cepat merasa kenyang saat makan
  4. Sembelit
  5. Perlu buang air kecil lebih sering
  6. Menstruasi tidak teratur atau terlambat
  7. Menstruasi yang menyakitkan
  8. Pendarahan vagina yang tidak biasa

Gejala-gejala ini saja bukan berarti seorang remaja menderita kanker ovarium, karena banyak hal lain yang dapat menyebabkannya. Namun, sebaiknya bicarakan dengan profesional kesehatan jika Bunda khawatir. 

Diagnosis kanker ovarium

Penelitian sudah dilakukan selama bertahun-tahun, namun para ahli belum mengembangkan tes skrining kanker ovarium yang berhasil. Karena alasan ini, kondisi tersebut seringkali sulit didiagnosis pada tahap awal.

Jika penyedia layanan kesehatan mencurigai kanker ovarium, maka penyedia layanan kesehatan akan menanyakan gejala-gejala dan melakukan pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan, mereka akan memeriksa adanya pertumbuhan abnormal atau organ yang membesar.

Mereka mungkin menyarankan tes tambahan, termasuk:

1. Tes pencitraan

Penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan beberapa tes pencitraan, termasuk:

  • USG panggul.
  • MRI (magnetic resonance imaging).
  • CT scan (computed tomography).
  • PET scan (positron emission tomography).

2. Tes darah

Tes darah mencari zat yang disebut CA-125. Kadar CA-125 yang tinggi dalam darah yang dapat menjadi tanda kanker. Namun, kadar CA-125 dapat normal, bahkan saat kanker hadir, dan lebih tinggi dalam banyak kondisi yang bukan kanker.

Karena itu, penyedia layanan kesehatan menggunakan tes darah yang dikombinasikan dengan tes lain untuk mendiagnosis kanker ovarium.

3. Evaluasi bedah

Penyedia layanan kesehatan dapat mendiagnosis kanker ovarium selama operasi. Biasanya, jika mereka menemukan pertumbuhan abnormal, mereka akan mengangkatnya selama prosedur yang sama.

4. Laparoskopi

Selama operasi laparoskopi, dokter bedah menempatkan kamera tipis (laparoskop) melalui sayatan kecil (insisi) yang dibuat di perut. Dengan menggunakan teropong sebagai panduan, beserta port tambahan untuk menahan instrumen, dokter bedah dapat menilai kanker, melakukan biopsi penentuan stadium, dan, dalam beberapa keadaan, mengangkat tumor ovarium.

Pengobatan kanker ovarium

Pengobatan kanker ovarium tergantung pada jenis, stadium, dan kondisi pasien. Beberapa metode pengobatan yang umum digunakan adalah:

1. Tindakan operasi

Tindakan operasi dilakukan untuk mengangkat tumor atau ovarium yang terkena kanker. Pada kasus yang parah, rahim dan jaringan sekitarnya mungkin juga diangkat.

2. Perawatan kemoterapi

Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Metode ini sering digunakan setelah operasi untuk memastikan sel kanker tidak kembali.

3. Perawatan radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar energi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Metode ini jarang digunakan untuk kanker ovarium, tetapi dapat menjadi pilihan dalam kasus tertentu.

Cara mencegah kanker ovarium pada remaja

Tidak ada cara untuk mencegah kanker ovarium sepenuhnya. Namun, dengan mengetahui riwayat keluarga biologis dapat membantu Bunda bersiap menghadapi risiko tinggi terkena kanker ovarium.

Jika Bunda memiliki mutasi genetik seperti mutasi BRCA, penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan operasi pengurangan risiko untuk mengangkat ovarium dan tuba sebelum menjadi kanker. 

Jika Bunda tidak yakin apakah  memiliki BRCA atau mutasi lainnya, tanyakan kepada penyedia layanan kesehatan tentang pengujian genetik.

Berikut beberapa langkah yang dapat perempuan muda lakukan dalam mencegah kanker ovarium:

  1. Menjaga pola makan sehat dan berat badan ideal.
  2. Menghindari rokok dan alkohol.
  3. Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium.
  4. Menggunakan kontrasepsi hormonal (atas rekomendasi dokter) untuk mengurangi risiko.

Faktor risiko penyebab kanker ovarium

Faktor risiko kanker ovarium meliputi:

  • Berusia di atas 60 tahun.
  • Kegemukan.
  • Riwayat keluarga dengan kanker ovarium (orang lain dalam keluarga biologis pernah mengidap penyakit tersebut) atau mewarisi mutasi gen (BRCA1 atau BRCA2) atau sindrom Lynch.
  • Tidak pernah hamil atau memiliki anak di kemudian hari.
  • Endometriosis.

Bertambahnya usia juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.

Cara mendeteksi kanker ovarium

Deteksi dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan. Beberapa cara mendeteksi kanker ovarium antara lain:

  1. Rutin melakukan pemeriksaan panggul.
  2. Memantau gejala yang tidak biasa.
  3. Melakukan tes genetik jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker.

Cara mengurangi risiko kanker ovarium

Beberapa cara ini bertujuan mengurangi risiko kanker ovarium adalah:

  1. Menjalani gaya hidup sehat.
  2. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan, seperti buah dan sayuran.
  3. Menghindari paparan zat karsinogenik.
  4. Mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi hormonal (atas saran dokter).

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online