Ketahui Kondisi Gigi Tonggos pada Anak, Ini Risikonya Menurut Dokter

7 hours ago 3

Jakarta -

Si Kecil mengalami gigi tonggos, Bunda? Gigi tonggos merupakan salah satu tipe kondisi maloklusi yang bisa terjadi pada anak, Bunda. Hal ini merupakan keadaan di mana gigi depan atas anak tumbuh lebih maju dibandingkan posisi normalnya.

Kondisi ini cukup umum terjadi pada masa pertumbuhan anak, terutama ketika Si Kecil mulai memasuki usia pergantian gigi susu ke gigi permanen. Meski begitu, kondisi ini bisa dicegah sejak anak usia dini, bahkan sejak bayi.

Maloklusi sendiri merupakan ketidaksesuaian posisi rahang atas dan rahang bawah, atau yang kerap juga disebut tonggos, cakil, atau cameh. Kondisi ini turut diungkapkan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Gigi Anak, drg. Aliyah, Sp.KGA.

"Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), maloklusi adalah cacat atau gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik dan mental anak-anak serta pasien yang memerlukan perawatan," ujar drg. Aliyah dalam acara Playdate and Talk bersama Baby Huki, Senin (28/4/2025).

"Gigi tonggos, gigi cakil, atau cameh, itu adalah contoh dari maloklusi yang sudah berat," sambungnya.

Kondisi maloklusi sendiri bisa dicegah sedini mungkin sejak anak masih bayi, Bunda. Perlu diketahui juga bahwa angka maloklusi di Indonesia berada di urutan ketiga paling tinggi.

"Berdasarkan survei kesehatan di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa 56,9 persen masyarakat itu mengalami maloklusi atau mengalami masalah gigi dan mulut," tutur dr. Aliyah.

"Yang pertama adalah gigi berlubang, yang kedua adalah penyakit gusi, yang ketiga adalah maloklusi. Maloklusi itu prevalensinya sangat tinggi, sekitar 80 persen dari masyarakat Indonesia. Dengan prevalensi 30-60 persen itu anak di bawah usia tiga tahun," lanjutnya.

Risiko kondisi gigi tonggos pada anak

Dalam kesempatan yang sama, drg. Aliyah juga menjelaskan beberapa risiko anak bisa mengalami gigi tonggos karena maloklusi, Bunda. Berikut ini deretannya:

1. Pemilihan dot yang salah

Pemilihan dot menjadi salah satu hal penting agar anak terhindar dari gigi tonggos, Bunda. Hal ini karena anak mulai mengisap, menelan, dan bernapas denga mulutnya.

"Bayi akan mengalami fase oral di mana mereka akan mengisap, menelan, dan bernapas melalui mulut. Semua yang kita berikan seperti mineral yang terbaik, vitamin yang terbaik, serta makanan bergizi terbaik, itu berasal dari mulut. Karena itu, pemilihat dot pada saat tumbuh kembangnya itu sangat kritikal," jelas drg. Aliyah.

Lebih lanjut, drg. Aliyah pun menyarankan agar Bunda memilih dot dengan jenis orthodontik agar sesuai dengan pertumbuhan gigi dan rahang anak.

2. Waktu atau frekuensi penggunaan dot

Lama penggunaan dot yang tidak sesuai bisa meningkatkan gigi tonggos pada anak, Bunda. Terlebih jika ada kebiasaan yang perlu dihindari seperti mengemut jari.

"Kemudian (risikonya adalah) lama dan frekuensi penggunaan dot yang tidak sesuai atau kebiasaan lain yang dapat memengaruhi tumbuh kembang rahang anak. Kita juga harus memerhatikan berbagai macam faktor, salah satunya adalah kebiasaan," kata drg. Aliyah.

"Jangan salahkan dot orthodontik saja, tapi kebiasaan lain juga. Misalnya ngempeng dari jari itu lebih memengaruhi untuk maloklusi," imbuhnya.

3. Gigi lepas sebelum waktunya

Gigi yang lepas sebelum waktunya turut memengaruhi maloklusi yang membuat anak berisiko tonggos. Bukan tanpa alasan, hal ini karena tulang rahang yang belum siap akan membuat gigi berjejal atau berantakan.

"Kemudian adalah gigi berlubang yang lepas sebelum waktunya. Karena tulang rahangnya belum siap sehingga gigi akan berjejal atau gigi berantakan," ujar drg. Aliyah.

Tips menjaga kesehatan gigi anak sejak dini

 Penyebab, Efek, Berbahaya dan Perlu Dicabutkah?Ilustrasi gigi anak/Foto: Getty Images/Edwin Tan

Ada beberapa tips yang bisa Bunda lakukan untuk menjaga kesehatan gigi anak sejak usia dini. Berikut ini deretannya menurut drg. Aliyah:

1. Pilih dot yang tepat

Penelitian menjelaskan bahwa dot orthodontik lebih baik daripada dot konvensional, Bunda. Dot konvensional biasanya berbentuk seperti ceri, sementara dot orthodontik memiliki bentuk yang sesuai dengan struktur mulut anak.

"Pada tahun 2018, pernah dilakukan penelitian oleh Schmidt atau peneliti dari Inggris, yang menyatakan dot orthodontik lebih baik daripada dot konvensional," tuturnya.

2. Rawat gigi dan mulut anak

Bunda juga harus menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dengan cara rutin membersihkan gigi anak. Membersihkan gigi bayi pun berbeda-beda berdasarkan usianya.

Untuk bayi baru lahir yang belum memiliki gigi, Bunda bisa bersihkan dengan menggunakan kasa dan air yang matang. Sementara itu, ketika anak berusia enam bulan, Bunda bisa menggunakan infant toothbrush.

"Dari mulai lahir, dari mulai bayi kita lahir, tidak punya gigi memang. Tetapi yang bisa kita lakukan adalah pembersihan yang tepat. Paling gampang adalah dengan cara kasa dan air matang," ujar drg. Aliyah.

"Pada saat usianya enam bulan, masih dalam golden age, itu sudah ada giginya satu atau dua gigi. Nah, pembersihannya bisa menggunakan infant toothbrush," lanjutnya.

Lantaran sikat gigi ini memiliki dua sisi, Bunda bisa juga membersihkan lidah serta gusi tepat gigi-gigi yang belum tumbuh. Sikat gigi anak dua kali sehari selama dua menit ya, Bunda. Setiap kali ada peningkatan gigi, maka gunakan dosis pasta gigi yang sesuai.

3. Pantau pertumbuhan gigi

Jangan lewatkan pemeriksaan gigi pada anak ya, Bunda. Pastikan membawa Si Kecil ke dokter gigi setiap tiga kali setahun atau empat bulan sekali untuk meninjau perkembangan giginya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online