Jakarta -
Masako Owada menjadi Permaisuri Kekaisaran Jepang sejak tahun 2019 atau setelah ayah mertuanya Kaisar Emeritus Akihito turun takhta. Sejak menikah dengan Kaisar Naruhito pada 1993, kehidupan Masako menjadi sorotan publik.
Salah satu yang pernah menjadi sorotan adalah kisah keguguran Masako di kehamilan pertamanya. Kabar memilukan tersebut sempat menggemparkan 'Negeri Matahari Terbit' itu, Bunda.
Kisah keguguran Masako
Pada Desember 1999, Masako diketahui hamil anak pertama. Kabar kehamilan ini sangat dinanti rakyat Jepang yang menginginkan pewaris takhta laki-laki. Tak hanya itu, kehamilan Masako ini terjadi setelah enam tahun ia menikah dengan Naruhito yang saat itu masih menjadi putra mahkota.
Antisipasi tentang royal baby memuncak setelah media Jepang, Asahi Shimbun, mengungkapkan tentang isu kehamilan sang Putri. Media ini menyebut bahwa Masako telah menunjukkan tanda-tanda morning sickness dan telah menjalani tes kehamilan yang hasilnya positif, Bunda.
Saat itu, pihak istana mengklaim bahwa pemindaian ultrasonografi (USG) tidak mengonfirmasi apa pun. Padahal, beberapa surat kabar telah berspekulasi bahwa pihak istana bakal melakukan pengumuman resmi kehamilan Masako pada Desember tahun 1999.
"Masako akan memberi Jepang hadiah Natal," kata salah satu tajuk utama surat kabar Jepang, dilansir The Guardian.
Dalam beberapa minggu, wartawan telah mengintai setiap pintu keluar kediaman kerajaan dan melacak alur mobil kerajaan ke rumah sakit dengan helikopter. Secercah harapan kembal muncul ketika Masako tiba di rumah sakit kekaisaran di Tokyo untuk menjalani tes yang kedua kalinya.
Menurut media, Masako tidak hadir dalam jamuan makan dan pesta teh yang diadakan untuk merayakan ulang tahun Kaisar pada tanggal 23 Desember. Namun, hal tersebut tidak dianggap sebagai pertanda buruk.
Antisipasi tentang kabar kehamilan sang Putri lantas berubah menjadi berita kesedihan. Pejabat terkait mengumumkan bahwa sang putri yang saat itu berusia 36 tahun telah mengalami keguguran di kehamilan pertamanya.
Dalam keterangannya di konferensi pers, pejabat tersebut mengatakan bahwa dokter telah mengeluarkan janin di dalam kandungan Masako setelah tidak mendeteksi denyut jantungnya. Usai menjalani prosedur itu, sang Putri dirawat selama semalam di rumah sakit dan ditemani oleh suaminya.
Berita keguguran tersebut merupakan pukulan telak bagi sebuah negara yang saat itu tengah bangkit dari masa resesi dan bencana alam. Belum lagi, pihak Kerajaan sangat mendambakan kehadiran anak untuk menjadi pewaris takhta, Bunda.
Simpang siur penyebab keguguran Masako
Banyak yang menduga Masako mengalami keguguran lantaran tekanan dari publik dan media. Berita kehamilan disebut telah bocor dari dalam istana hingga sampai ke telinga publik.
"Saya ingin mengatakan betapa besar tekanan yang diberikan kepada Putri Mahkota oleh sebuah laporan dari surat kabar tertentu yang mengatakan ada bukti [kehamilan] sebelum hasil medis diketahui," kata Kiyoshi Furukawa yang bekerja di bagian rumah tangga putra mahkota.
Menanggapi spekulasi tersebut, dokter yang menangani Masako mengatakan bahwa berita dari media tersebut bukanlah penyebab langsung keguguran sang Putri. Ia menyebutkan bahwa Masako mengalami jenis keguguran umum yang tidak akan memengaruhi peluang kehamilan di masa mendatang.
Spekulasi tentang adanya masalah terkait 'keturunan' terus meningkat di kalangan publik. Bahkan, rumor sempat mengatakan bahwa Masako dan suaminya Naruhito telah menerima perawatan kesuburan untuk mendapatkan momongan.
Naruhito pernah mengatakan bahwa pembicaraan tentang bayi Kerajaan terus terdengar dari media dan televisi. Tekanan dari masyarakat dilaporkan telah menyebabkan asma akibat stres pada sang Putri yang menyebabkannya harus mengonsumsi obat.
Meski begitu, Furukawa mengatakan bahwa Masako dan Naruhito menanggapi berita keguguran tersebut dengan tenang. Keduanya juga tak mau berlarut-larut dalam kesedihan.
Masako hamil lagi tak lama setelah keguguran
Tak lama setelah keguguran, Masako hamil lagi. Kehamilan ini dikonfimasi langsung oleh pihak istana dan disambut penuh suka cita oleh rakyat Jepang.
Di kehamilan ini, Naruhito benar-benar mencurahkan perhatiannya ke sang istri. Menurut Direktur Sanno Hospital di Tokyo, Osamu Tsutsumi, Naruhito kerap mendampingi Masako saat menjalani pemeriksaan kehamilan.
Hal tersebut bahkan sempat menuai kritik dari luar istana. Naruhito disebut terlalu sering mendampingi istrinya saat ia memiliki jadwal tugas resmi yang padat. Pada masa itu, tidak biasa bagi seorang suami untuk mendampingi istrinya menjalani pemeriksaan rumah sakit yang berulang.
Tak berbeda dengan sang suami, Masako juga mencurahkan perhatiannya di kehamilan ini. Selama melakukan kunjungan ke dokter, Masako selalu membuat catatan. Ia juga rutin membaca buku panduan untuk ibu hamil hingga disebut menghafal seluruh isinya. Saat hamil, Masako bahkan rajin melakukan latihan fisik selama 30 menit.
Meski kabar kehamilan dibuka ke publik, pihak istana memilih untuk merahasiakan kondisi kehamilan sang Putri. Hari Perkiraan Lahir (HPL) Masako juga tidak diungkap ke publik, Bunda.
Tangisan pertama anak Masako terdengar pada tanggal 1 Desember 2001, sehari setelah dia dirawat di rumah sakit. Masako melahirkan anak pertama berjenis kelamin perempuan bernama Putri Aiko, di usia yang hampir menginjak 38 tahun. Saat itu, usia pernikahannya dengan Naruhito telah menginjak delapan tahun dan enam bulan.
Saat ini, usia Putri Aiko sudah menginjak 23 tahun. Meski memiliki garis keturunan 'Raja', Aiko tidak dapat naik takhta karena hukum suksesi di Jepang melarang pewarisan melalui perempuan. Perwaris takhta pertama di Kekaisaran Jepang berada di tangan adik Naruhito, yakni Pangeran Akishino. Sementara itu, garis suksesi selanjutnya adalah putra dari Pangeran Akishino, yakni Pangeran Hisahito yang kini berusia 18 tahun.
Demikian kisah keguguran Permaisuri Masako sebelum dikaruniai anak pertama.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)