Kisah Bayi yang Terlahir dari Tiga DNA Berbeda, Kok Bisa?

1 day ago 8

Jakarta -

Teknologi dunia medis kembali membuat terobosan baru. Pada tahun 2023, seorang bayi di Inggris lahir dari tiga DNA yang berbeda setelah dokter melakukan prosedur bayi tabung yang inovatif.

Kelahiran bayi dari tiga DNA ini menjadi yang pertama di Inggris, Bunda. Menurut laporan BBC, sebagian besar DNA bayi ini berasal dari kedua orang tuanya dan sekitar 0,1 persen dari seorang perempuan yang menjadi pendonor ketiga.

Rincian tentang identitas bayi dan keluarganya ini tidak diungkap ke publik. Namun menurut informasi, setidaknya kurang dari lima bayi telah lahir melalui prosedur tersebut.

Tujuan perawatan donasi mitokondria (MRT) pada bayi dengan 3 DNA

Prosedur bayi tabung inovatif yang digunakan pada terobosan medis ini dikenal sebagai mitochondrial donation treatment (MRT) atau perawatan donasi mitokondria. Dilansir The Guardian, teknik ini menggunakan jaringan dari sel telur donor perempuan yang sehat untuk membuat embrio pada bayi tabung yang bebas dari mutasi berbahaya, yang dibawa oleh ibu dan kemungkinan dapat diturunkan kepada anak-anaknya.

Bila disimpulkan, teknik MRT ini merupakan upaya medis yang dilakukan untuk mencegah anak-anak lahir dengan penyakit mitokondria mematikan. Penyakit mitokondria tidak dapat disembuhkan dan dapat berakibat fatal dalam beberapa hari atau bahkan beberapa jam setelah kelahiran.

Beberapa keluarga telah kehilangan banyak anak karena penyakit tersebut. Teknik MRT lantas dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka untuk memiliki anak yang sehat.

Prosedur perawatan donasi mitokondria (MRT)

Pada prosedur MRT, embrio digabungkan dari sperma dan sel telur orang tua kandung dengan struktur seperti baterai kecil yang disebut mitokondria dari sel telur donor. Bayi yang dihasilkan dalam proses tersebut memiliki DNA dari ibu dan ayahnya, ditambah dengan sejumlah kecil materi genetik (sekitar 37 gen) dari pendonor.

Proses tersebut memunculkan istilah 'bayi dari tiga orang tua' atau 'bayi dengan tiga DNA', meski pada kenyataannya lebih dari 99,8 persen DNA pada bayi tersebut berasal dari ibu dan ayahnya.

Perlu diketahui juga, DNA donor ini hanya relevan untuk membuat mitokondria yang efektif, sehingga tidak memengaruhi sifat-sifat lain seperti penampilan anak setelah lahir.

Teknik MRT telah dikenalkan sejak 2015

Penelitian tentang MRT dirintis di Inggris oleh para dokter di Newcastle Fertility Centre pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk membantu para perempuan dengan mitokondria yang bermutasi untuk memiliki bayi tanpa risiko mewariskan kelainan genetik.

Bagi perempuan yang terkena mutasi ini, konsepsi alami sering kali sulit untuk didapatkan. Beberapa bayi juga mungkin lahir sehat karena mereka hanya mewarisi sebagian kecil dari mitokondria yang bermutasi. Namun, yang lain dapat mewarisi lebih banyak dan mengembangkan penyakit yang parah, progresif, dan seringkali fatal.

Bunda perlu tahu, sebagian besar dari 20.000 gen manusia melingkar di dalam nukleus di hampir setiap sel dalam tubuh. Namun, di sekitar setiap nukleus terdapat ribuan mitokondria dengan gennya sendiri.

Ketika berfungsi dengan baik, mitokondria menyediakan energi vital bagi sel-sel yang membentuk organ-organ tubuh. Mutasi yang merusak mitokondria dapat memengaruhi jaringan yang haus akan energi, seperti otak, jantung, otot, dan hati. Jaringan-jaringan tersebut dapat memburuk seiring pertumbuhan anak.

Saat teknik MRT dikenalkan di Inggris, parlemen di negara ini langsung mengubah undang-undang untuk mengizinkan prosedur tersebut. Namun, Inggris tidak langsung melanjutkan program ini, Bunda. Bayi pertama yang lahir melalui teknik MRT justru berasal dari keluarga Yordania yang menjalani perawatan di AS pada tahun 2016.

Pada tahun 2017, klinik Newcastle akhirnya menjadi pusat nasional pertama dan satu-satunya yang memiliki izin untuk melakukan teknik MRT. Kasus pertama yang disetujui terjadi pada tahun 2018.

Namun, program ini kembali tertunda karena pandemi COVID-19. Beberapa pendonor disebut enggan melanjutkan terapi meski pasangan suami istri masih ada yang ingin melanjutkannya.

Risiko perawatan donasi mitokondria (MRT)

Teknik MRT bukan tanpa risiko ya. Penelitian menemukan bahwa dalam beberapa kasus, sejumlah kecil mitokondria abnormal yang tak terelakkan dapat terbawa dari sel telur ibu ke sel telur donor, yang kemudian bisa berkembang biak saat bayi berada di dalam rahim. Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit pada anak.

"Sejauh ini, pengalaman klinis dengan MRT telah menggembirakan, tetapi jumlah kasus yang dilaporkan terlalu kecil untuk menarik kesimpulan pasti tentang keamanan atau kemanjurannya," kata profesor genetika reproduksi di University of Oxford, Dagan Wells.

"Tindak lanjut jangka panjang terhadap anak-anak yang lahir sangatlah penting. Tahap perkembangan saat pembalikan terjadi tidak jelas, tetapi kemungkinan besar terjadi pada tahap yang sangat awal. Ini berarti bahwa pengujian prenatal, yang dilakukan sekitar 12 minggu kehamilan, mungkin berhasil mengidentifikasi apakah hal itu telah terjadi.

Bisakah penyakit mitokondria diobati?

Profesor humaniora medis dan bioetika di Northwestern University, Laurie Zoloth, mengatakan bahwa tujuan bayi tabung dari 'tiga orang tua' lebih untuk membantu para ibu yang ingin mewariskan DNA mereka tanpa konsekuensi risiko. Jadi, ini lebih merupakan metode pencegahan bukan pengobatan, Bunda.

"Ini bukan tentang menyembuhkan penyakit mitokondria. Ini tentang perempuan yang menjadi pembawa penyakit mitokondria yang mungkin memiliki satu anak dengan kasus yang parah dan tidak ingin memiliki anak kedua," ungkap Zoloth, dikutip dari Fox News.

"Namun, ini tidak menyembuhkan penyakit atau mencegah bayi terkena penyakit. Ini hanya mencegah penularan ke embrio melalui teknologi yang sangat berisiko. Ini menghasilkan sel telur jenis baru, dan kami tidak tahu apa artinya itu pada manusia."

Demikian kisah bayi terlahir dari tiga DNA berbeda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online