Pentingnya Nutrisi Optimal: Dukung Imunitas, Cegah Alergi, hingga Bantu Tumbuh Kembang Anak

1 month ago 35

Jakarta -

Bunda, isu kesehatan ibu dan anak terutama di bidang nutrisi merupakan masalah penting yang perlu segera ditangani. Di Indonesia, masalah pertumbuhan anak yang perlu mendapat perhatian serius adalah imunitas dan stunting.

Masalah imunitas anak semakin menjadi tantangan dengan makin banyaknya bunda yang melakukan persalinan lewat metode c-section. Prevalensi persalinan dengan metode c-section di Indonesia meningkat cukup besar Bunda, dari 17,6 persen pada tahun 2018 menjadi 25,9 persen pada 2023.

Perlu bunda ketahui adanya sejumlah dampak pasca kelahiran c-section pada anak. Persalinan caesar dikaitkan dengan gangguan komposisi mikrobiota usus pada bayi, yang berpotensi memengaruhi kesehatan jangka panjang.

Para peneliti dan ahli terus melakukan inovasi untuk menangani imunitas anak. Penelitian terbaru dalam hal ini menjadi diskusi yang menarik dalam pertemuan ilmiah Expert Scientific Lecture yang diadakan di Pusat Riset dan Inovasi Global Danone di Utrecht, Belanda, 16-22 November 2024. Penelitian terbaru antara lain disampaikan oleh Director MA&NS Challenged Growth Danone Thomas Ludwig, Head of MA&NS Biotics Danone Anneke Rijnierse, Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, Sp.A(K).

Sebagai komitmen untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi dalam tumbuh kembang anak dan kesehatan bunda dan anak, Danone Specialized Nutrition Indonesia mengundang sejumlah Healthcare Professional ibu dan anak untuk berbagi dan berdiskusi secara aktif dalam sesi pertemuan ilmiah Expert Scientific Lecture tersebut.

Kegiatan ini bertujuan menjadi wadah bagi Healthcare Professional dari Indonesia untuk bertukar pengalaman dan pandangan bersama para peneliti global mengenai permasalahan kesehatan anak, berbagi penelitian terbaru, dan mendukung pengembangan solusi nutrisi inovatif melalui keahlian ilmiah dan teknologi.

Dalam acara ilmiah tersebut, Prof Anang mengatakan, bayi yang lahir lewat caesar memiliki risiko kesehatan yang perlu diperhatikan. Bayi yang lahir secara normal (vaginal) akan memiliki paparan mikroorganisme yang berbeda dengan bayi yang lahir melalui operasi caesar. Mikrobiota usus bayi yang lahir caesar cenderung kurang beragam dan didominasi oleh bakteri yang kurang menguntungkan yang berisiko mengganggu keseimbangan bakteri di dalam usus (disbiosis) pada anak dan kesehatan anak di kemudian hari.

Kondisi disbiosis dapat meningkatkan risiko bayi mengalami berbagai masalah alergi (seperti pilek, batuk kronik berulang, dan asma) dan gangguan imunitas tubuh (seperti infeksi, autoimun, dan penyakit inflamasi). Sementara saat bayi lahir secara normal, akan terpapar mikroorganisme yang ada di jalan lahir dan saluran cerna Bundanya.

"Paparan bakteri ini membantu membentuk mikrobiota usus bayi yang sehat dan beragam, didominasi oleh bakteri baik seperti Bifidobacterium dan Bacteroides. Mikrobiota usus yang sehat ini akan mendukung perkembangan sistem kekebalan tubuh bayi yang protektif dan seimbang, sehingga tubuh lebih tahan terhadap penyakit infeksi, kanker, alergi, dan autoimun, serta mendukung pertumbuhan yang optimal," jelas Prof Anang.

Dampak penting pasca c-section adalah tantangan kesehatan yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak seperti alergi. Alergi makanan berpotensi memengaruhi status nutrisi dan pertumbuhan.

Salah satu contoh adalah isu alergi susu sapi pada anak, yang mencapai 0,5-7,5 persen per tahun dari jumlah kelahiran bayi di Indonesia. Alergi susu sapi (ASS) yang dimediasi IgE sering terjadi pada masa anak, memengaruhi sekitar 1,9-4,9 persen anak di seluruh dunia.

Alergi protein susu sapi yang dimediasi IgE merupakan salah satu alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak usia dini. Penatalaksanaan anak dengan alergi protein susu sapi yang terpenting adalah dengan menghindari alergen yaitu protein susu sapi dan memberikan penggantinya.

Para Bunda yang menyusui disarankan menghindari konsumsi protein susu sapi dan turunannya. Faktor risiko terjadinya alergi protein susu sapi meliputi kelahiran prematur, alergi makanan pada Bunda, pemberian antibiotik selama kehamilan, dan pengenalan makanan pendamping saat anak berusia kurang dari 4 bulan serta kelahiran melalui operasi caesar.

Pusat Riset dan Inovasi Global DanonePertemuan ilmiah Expert Scientific Lecturedi Pusat Riset dan Inovasi Global Danone di Utrecht, Belanda./ Foto: HaiBunda / Iin Yumiyanti

"Sebagian besar dokter anak di Indonesia sudah cukup memahami alergi susu sapi dan rekomendasi yang disusun IDAI. Namun, upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keakuratan dalam diagnosis alergi susu sapi akan terus dilakukan," tuturnya.

Cegah stunting dengan deteksi berat badan kurang

Masalah gizi yang tidak optimal juga merupakan isu penting karena dapat memengaruhi perkembangan anak dalam jangka panjang. Masalah pertumbuhan terbanyak di Indonesia adalah stunting, yaitu panjang/tinggi badan kurang dari -2 SD (Standar Deviasi) grafik WHO yang disebabkan oleh malnutrisi kronik.

Masalah gizi lainnya adalah weight faltering, gizi kurang, dan gizi buruk. Semua masalah gizi tersebut akan menyebabkan dampak jangka pendek, yatu menurunnya imunitas dan dampak jangka panjang, yaitu risiko sindrom metabolik dan gangguan perkembangan kognitif. Oleh karena itu penting untuk mencegah stunting dengan cara mendeteksi weight faltering/berat badan kurang dan tata laksana segera.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1928/2022 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Stunting, maka pencegahan stunting dimulai dari tingkat Posyandu, yaitu dengan pemberian makanan yang mengandung protein hewani yang cukup. Penelitian di 54 negara berkembang pada tahun 2001 menunjukkan bahwa weight faltering dan length deceleration (kenaikan panjang yang tidak adekuat) banyak terjadi pada masa pemberian MPASI. Anak yang telah mengalami weight faltering, berat badan kurang, atau gizi kurang harus ditangani di Puskesmas oleh dokter umum.

Pada anak tersebut, dibutuhkan pemberian makanan terapeutik, misalnya susu formula pertumbuhan. Anak yang telah mengalami stunting harus dirujuk ke Rumah Sakit untuk ditangani dokter anak segera, karena penatalaksanaan stunting memberikan hasil terbaik bila dilakukan sebelum usia 2 tahun.

Terapi untuk anak yang mengalami stunting meliputi pemberian makanan yang mengandung kalori, protein hewani, dan mikronutrien cukup serta pangan keperluan medis khusus (PKMK). Namun, penting untuk diperhatikan bahwa pemberian PKMK harus diresepkan oleh dokter anak karena dosis harus dihitung sesuai dengan kondisi klinis pasien.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K) mengatakan, tata laksana stunting yang dilakukan dokter spesialis anak berupa asuhan nutrisi pediatrik yang terdiri dari lima langkah, yaitu penilaian adakah penyakit medis dan status gizi, penentuan kebutuhan /kalori dan protein, penentuan rute pemberian nutrisi, pemilihan jenis nutrisi (makanan padat dan PKMK), serta pemantauan dan evaluasi. Terapi stunting membutuhkan asupan kalori yang cukup dengan protein energy ratio (PER) 10-15 persen. Pemilihan PKMK didasarkan pada kebutuhan pasien, densitas energi, protein-energy ratio, persyaratan kandungan sukrosa, dan palatabilitas.

"Persyaratan komposisi PKMK diatur dalam Perka BPOM No. 24 tahun 2020 tentang perbaikan ke-2 Perka No.1 tahun 2018 tentang PKMK. Densitas energi pada PKMK untuk dukungan nutrisi (disebut juga oral nutrition supplement, ONS) minimal 0,9 kkal/mL. Berdasarkan densitas energi, ONS dikategorikan menjadi ONS energi tinggi (1.5 kkal/mL atau lebih) dan ONS energi standar," ujar dr. Klara.

Pusat Riset dan Inovasi Global DanonePusat Riset dan Inovasi Global Danone, Utrecht, Belanda./ Foto: Danone

Sementara itu Healthcare Nutrition Director Danone SN Indonesia, dr. Ashari Fitriyansyah mengungkapkan, Danone SN Indonesia mengajak para Healthcare Professional Tanah Air untuk bertukar pikiran dan berdiskusi secara aktif melalui forum scientific yang membahas berbagai topik terkait isu kesehatan serta nutrisi anak, di antaranya mengenai dampak kelahiran pasca c-section, hubungan imunitas serta alergi dan gangguan pertumbuhan, stunting dan malnutrisi serta anemia defisiensi besi.

"Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya kami untuk membangun sinergi antara Healthcare Professional ibu dan anak berbagi pengetahuan mengenai isu kesehatan yang mempengaruhi pertumbuhan anak di masa depan, termasuk bagi anak-anak di Indonesia," kata dr. Ashari.

(som/som)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online