Studi: Saat Ibu Menyusui, Otak akan Menyeimbangkan Hormon dan Metabolisme Tubuh

11 hours ago 5

Jakarta -

Menyusui mendatangkan banyak manfaat tidak saja untuk bayi tetapi juga para ibu menyusui. Salah satu yang menakjubkan, studi temukan saat menyusui, otak akan menyeimbangkan hormon dan metabolisme tubuh Bunda.

Usai persalinan, tugas baru menyusui bayi memang jadi agenda utama para ibu. Proses ini mungkin cukup menguras energi dan waktu. Tetapi, tak perlu khawatir karena manfaat yang didapatkan pun sebanding dengan usaha serta kerja keras yang Bunda lakukan.

Tak dipungkiri, agenda menyusui mungkin terasa melelahkan bagi sebagian Bunda karena jadwal menyusui cukup padat terutama di awal-awal di mana bayi masih menjalani ASI eksklusif.

Pada fase ini, ASI memang menjadi makanan utama bayi guna mendukung pertumbuhannya. Sehingga, dalam sehari pun Bunda bisa menyusui bayi 8-12 kali sesuai permintaan Si Kecil.

Dalam kondisi ini, tentunya rasa lelah yang hadir membuat para pejuang ASI jadi lebih cepat lapar. Tak mengherankan, banyak ibu menyusui yang makan seperti orang kelaparan akut karena energi dan nutrisinya terserap pada bayi melalui ASI yang disusuinya pada bayinya.

Ya, menyusui memang pada dasarnya menimbulkan tuntutan metabolisme yang besar pada ibu. Karenanya, ibu menyusui pun jadi makan lebih banyak dan menyimpan energi untuk mempertahankan produksi ASI.

Penting diketahui bahwa ada perubahan hormonal yang signifikan selama menyusui, tetapi bagaimana hal itu menyebabkan adaptasi metabolisme pada ibu menyusui masih belum jelas.

Dalam studi ini, yang muncul di Nature Metabolism, para peneliti terkemuka di Baylor College of Medicine and Pennington Biomedical Research Center mengungkap mekanisme yang menghubungkan prolaktin, estrogen, otak, dan adaptasi metabolisme selama menyusui.

Kami bekerja dengan model hewan untuk menyelidiki bagaimana hormon dan otak bekerja sama untuk beradaptasi dengan tuntutan metabolisme yang dihadapi ibu menyusui untuk mempertahankan produksi ASI, katanya.

Dr. Chunmei Wang, penulis korespondensi, dan asisten profesor pediatri di the USDA/ARS Children Nutrition Research Center di Baylor mengatakan biasanya estrogen membantu mengendalikan nafsu makan dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk membakar lemak, sementara prolaktin melakukan yang sebaliknya.

Selama masa menyusui, kadar estrogen menurun, dan kadar prolaktin meningkat, yang menyebabkan peningkatan rasa lapar dan pembakaran lemak yang berkurang untuk mengimbangi permintaan energi ekstra yang ditimbulkan oleh produksi dan konsumsi susu," kata penulis pendamping Dr. Yanlin He, profesor madya di Pennington Biomedical Research Center.

"Kami menemukan bahwa sel-sel otak yang disebut neuron reseptor estrogen α (ERα) di area kecil hipotalamus secara signifikan kurang aktif selama masa menyusui," kata penulis pendamping pertama Dr. Meng Yu, rekan pasca doktoral di lab Wang. 

"Kami menunjukkan bahwa ketika ERα dihapus dari neuron-neuron ini, kadar prolaktin meningkat, dan hewan-hewan tersebut meningkatkan nafsu makan dan menghemat energi dengan membakar lebih sedikit lemak. Sungguh mengejutkan melihat bahwa hanya dengan menghilangkan ERα di wilayah otak kecil ini mampu mempertahankan konsekuensi metabolik yang begitu besar," jelasnya.

"Ketika neuron ERα dihilangkan pada tikus betina yang tidak menyusui, hewan-hewan tersebut menunjukkan kadar prolaktin yang tinggi dan perubahan seperti saat menyusui yakni makan lebih banyak dan membakar lebih sedikit lemak. Mengaktifkan kembali neuron-neuron ini pada tikus yang sedang menyusui mengurangi efek-efek ini, yang menunjukkan perannya dalam mengendalikan metabolisme," katanya seperti dikutip dari laman News Medical.

"Saya gembira karena kami telah menemukan mekanisme baru untuk pengaturan prolaktin," kata Wang. "Kami tahu bahwa prolaktin diproduksi oleh sel-sel pituitari, dan estrogen dapat bekerja pada sel-sel ini untuk meningkatkan kadar prolaktin. Di sini kami menemukan peran baru estrogen dalam mengatur kadar prolaktin di mana ia mengaktifkan neuron ERα di hipotalamus, yang pada gilirannya menghambat kadar prolaktin selama menyusui. Temuan-temuan ini memiliki potensi aplikasi klinis."

"Studi ini menjelaskan bagaimana otak mengintegrasikan sinyal-sinyal hormonal untuk mengatur keseimbangan energi, yang dapat memiliki implikasi yang lebih luas untuk memahami hiperprolaktinemia – kadar prolaktin yang tinggi dalam darah – obesitas, menopause, dan kondisi-kondisi lain di mana kadar prolaktin atau estrogen bergeser. Karya ini membuka jalan yang menarik untuk penelitian masa depan tentang kontrol neuroendokrin terhadap metabolisme," katanya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online