Tips Menjalani Kehamilan untuk Bunda dengan ADHD agar Nyaman dan Lancar

3 months ago 54

Jakarta -

Bunda didiagnosis memiliki ADHD dan kini sedang hamil? Ada beberapa tips menjalani kehamilan dengan lancar bagi Bunda yang ADHD. Simak yuk Bunda!

Kehamilan menjadi masa yang penuh tantangan, terutama bagi Bunda yang memiliki attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Gejala ADHD dapat menjadi lebih sensitif terhadap perubahan hormonal selama kehamilan, termasuk setelah melahirkan.

Dalam kondisi ini, penting bagi para ibu hamil untuk memahami bagaimana perubahan hormon memengaruhi gejala ADHD. Selain itu, Bunda juga perlu memahami cara terbaik untuk mengelola kondisi tersebut agar kehamilan tetap lancar dan nyaman.

Mengutip Healthline, penelitian menunjukkan bahwa perubahan kadar estrogen dapat memengaruhi gejala ADHD. Peningkatan hormon progesteron pada trimester pertama dapat memperburuk gejala, seperti sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan merasa cemas.

Meski demikian, kadar estrogen akan meningkat selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Selama masa ini sering kali bisa meredakan gejala ADHD. Namun kadar estrogen akan kembali menurun setelah melahirkan yang bisa membuat gejala ADHD mungkin muncul kembali dengan intensitas lebih tinggi.

Selain faktor hormonal, penghentian penggunaan obat-obatan ADHD selama kehamilan juga dapat memperburuk gejala. Banyak dokter menyarankan untuk berhenti mengonsumsi obat ADHD tertentu karena risiko pada janin, meskipun relatif kecil.

Hal-hal di atas tentu bisa membuat Bunda penderita ADHD kewalahan saat menjalani kehamilan. Yuk buat kehamilan lebih nyaman dengan memahami beberapa tips di bawah ini.

Bisakah kehamilan memicu gejala ADHD?

Hingga saat ini, belum ada bukti bahwa kehamilan dapat memicu ADHD. Namun bagi Bunda yang belum pernah didiagnosis ADHD sebelumnya, kehamilan bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengenali gejalanya.

Gejala Bunda yang mungkin menderita ADHD seperti mudah teralihkan, sulit fokus, atau cemas yang meningkat selama trimester pertama. Ini sering kali menjadi alasan banyak ibu hamil berkonsultasi dengan dokter yang kemudian berujung pada diagnosis ADHD.

Diagnosis ADHD umumnya dilakukan oleh profesional kesehatan mental melalui wawancara klinis dan skala penilaian perilaku, seperti brown attention-deficit disorder symptom assessment scale (BADDS) untuk dewasa. Jika Bunda merasa mengalami gejala yang mencurigakan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog.

Tips menjalani kehamilan yang nyaman bagi Bunda dengan ADHD

Berikut tips yang bisa Bunda coba jalani selama kehamilan:

1. Mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan dokter

Pengelolaan ADHD selama kehamilan memerlukan pendekatan yang hati-hati. Meskipun obat-obatan seperti adderall atau ritalin efektif dalam mengatasi gejala, penggunaannya selama awal kehamilan dikaitkan dengan risiko cacat lahir tertentu, seperti gastroschisis dan omphalocele.

Meski demikian, risiko tersebut sebenarnya dianggap minimal. Dokter tetap merekomendasikan penggunaan obat bagi pasien dengan ADHD sedang hingga berat asalkan diawasi secara ketat oleh tim medis. 

Sebuah tinjauan tahun 2021 mencatat bahwa dokter tidak harus selalu menyarankan ibu hamil atau menyusui dengan ADHD sedang hingga berat untuk menghentikan pengobatan mereka. Jika Bunda sudah mengonsumsi obat sebelum hamil, jangan menghentikan penggunaannya tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Diskusikan risiko dan manfaatnya untuk memastikan kesehatan Bunda dan bayi tetap terjaga.

2. Terapi perilaku

Alternatif pengelolaan ADHD dapat mencakup terapi perilaku, strategi manajemen waktu, atau teknik mindfulness untuk membantu mengatasi gejala tanpa risiko terhadap janin. Bunda juga mungkin perlu terapi setelah melahirkan.

Setelah menjalani persalinan, penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan gejala ADHD kembali meningkat. Hal ini sering kali disertai dengan penurunan kadar dopamin yang berpotensi memicu gejala depresi, termasuk suasana hati yang buruk atau rendahnya rasa percaya diri.

Dalam situasi ini, penting untuk membangun sistem pendukung, baik dari keluarga maupun profesional kesehatan. Terapkan strategi sederhana seperti membuat daftar tugas harian, menggunakan pengingat, dan membagi tanggung jawab rumah tangga dengan pasangan.

Jangan ragu untuk membicarakan apa yang Bunda rasakan dengan tim medis agar dapat menemukan solusi terbaik.

Bagi Bunda dengan ADHD, kehamilan memang bisa menjadi perjalanan yang menantang, namun bukan berarti tidak dapat dijalani dengan lancar. Semoga tips di atas bisa membantu ya Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online