Jakarta -
Biarkan anak menikmati waktu masa kecilnya dengan banyak bermain. Jika dituntut untuk berkembang terlalu cepat, mereka rentan mengalami hurried child syndrome.
Tak bisa dianggap sepele, tuntutan ini membuat anak-anak jadi bertindak lebih seperti orang dewasa dibandingkan 'anak-anak' semestinya.
Sering kali, orang tua menjadi sosok yang justru mendorong anak untuk mencapai prestasi melebihi usia mereka, meskipun seringnya hal ini mungkin tidak disadari.
Nah, fenomena ini dikenal juga sebagai hurried child syndrome. Dikutip dari laman Parents, penelitian dalam Journal of Evidence-Based Social Work menunjukkan hal itu dapat menyebabkan anak mengalami depresi, kecemasan, dan prestasi akademis yang buruk.
Apa itu hurried child syndrome?
Hurried child syndrome adalah sindrom ketika anak dipaksa melewati masa kanak-kanaknya dan bertindak melampaui tingkat kedewasaan mereka.
"Anak-anak didorong untuk tumbuh terlalu cepat, mengambil alih kekhawatiran, tanggung jawab, dan tekanan kehidupan seperti orang dewasa," ungkap neuropsikolog, Sanam Hafeez, PsyD.
Hal ini dapat terjadi di semua bidang kehidupan anak, termasuk sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga, dan bahkan kehidupan sosial.
Hal serupa disampaikan oleh psikiater Jersey Shore University Medical Center, Thomas Priolo, MD, bahwa contoh sindrom ini juga bisa berupa memberikan bimbingan kepada anak-anak di luar batas usia.
Misalnya ketika orang tua bercerita keluh kesah terlalu banyak tentang masalah rumah tangga atau keuangan dengan anak, serta terlalu fokus pada kemenangan saat anak berkompetisi.
Hurried child syndrome dapat dimulai sejak usia dini
Sejak usia prasekolah, sebagian anak sudah menunjukkan ciri-ciri hurried child syndrome. Termasuk ketika orang tua mendaftarkan terlalu banyak kelas, mulai dari pelajaran bahasa hingga olahraga, dengan keyakinan bahwa memulai lebih awal adalah sebuah keberhasilan.
Namun, jika orang tua menekankan pencapaian sejak dini dan menetapkan landasan bagi kesuksesan di masa depan, hal ini dapat merugikan anak.
Mereka rentan mengalami stres dan kelelahan, padahal seharusnya bisa lebih fokus mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, terutama melalui bermain.
"Orang tua mungkin mempunyai niat baik, dengan tujuan membesarkan anak dengan berbagai kemampuan. Namun, terkadang tuntutan ini kontraproduktif dan akan berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak," ungkap Priolo.
Penyebab hurried child syndrome
Tugas orang tua adalah memberikan kehidupan terbaik kepada anak, termasuk membantu proses belajar anak di sekolah dan kehidupan sosialnya. Namun terkadang, orang tua secara tidak sengaja bertindak terlalu jauh.
Salah satu penyebab hurried child syndrome yang paling sering terjadi adalah kecemasan. Ini tidak disadari membawa orang tua pada gaya pengasuhan yang lebih 'menuntut'.
"Norma budaya yang menekankan pencapaian dapat membuat orang tua percaya bahwa kurangnya kesuksesan dini akan menghambat peluang anak-anak mereka untuk berhasil di masa depan," imbuh Hafeez.
Gejala dan tanda bahaya
Berikut beberapa tanda bahwa anak merasa terlalu tertekan untuk dituntut dewasa lebih dini:
- Stres atau kecemasan
- Hilangnya waktu bermain
- Burnout
- Ketegangan sosial atau kecemasan akan perpisahan
- Harga diri yang buruk
- Kecenderungan perfeksionisme
- Menolak pergi ke sekolah
- Depresi
- Kelelahan
Anak juga mungkin mengalami gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Menurut Hafeez, mengenali tanda-tanda ini sejak dini dapat membantu orang tua memperlambat langkah dan mengurangi risiko.
Apa dampak jangka panjang sindrom ini?
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Erdark
Dikutip dari Psychology Today, berikut beberapa dampak jangka panjang yang dapat terjadi pada anak dengan hurried child syndrome:
1. Pola hidup tidak sehat
Anak mungkin akan jadi sulit tidur nyenyak, punya kebiasaan makan yang buruk, dan kurang aktivitas fisik.
Jika anak tidak memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar mereka, ini adalah tanda bahaya bahwa mereka memiliki jadwal kegiatan dan tuntutan yang berlebihan.
2. Gangguan perkembangan emosi
Anak jadi tidak dapat membentuk hubungan dekat, mengatasi konflik, atau duduk dengan tenang, karena merasa terus-menerus harus bergerak. Tidak ada waktu untuk menetap dan benar-benar bersosialisasi dengan orang lain, karena terkadang ini dianggap membuang waktu.
3. Rendah diri
Daripada berfokus pada kualitas hubungan dengan orang tua, anak merasa dirinya hanya berharga dan layak mendapatkan cinta jika memenangkan kompetisi atau melalui medali.
4. Ketidakmampuan untuk bersantai secara bermakna
Anak mungkin jadi bergantung pada gadget saja untuk menyenangkan diri. Namun, bentuk relaksasi yang tenang, seperti membaca buku atau berjalan-jalan terasa seperti aktivitas yang tidak ada gunanya dan enggan dilakukan.
5. Mengekspresikan kebencian
Ketika anak-anak terlalu memaksakan diri, mereka dapat melampiaskan rasa frustrasi dengan caranya sendiri. Hal ini bisa muncul dalam bentuk penundaan, pemberontakan yang disengaja, dan penolakan yang hanya memperburuk ketegangan dengan orang tua.
Cara menghindari hurried child syndrome
Menurut Priolo, menghindari sindrom ini berarti menyediakan lingkungan yang mendukung dan mengasuh anak-anak di mana waktu senggang dihargai, perasaan mereka diakui, dan kesalahan diperbolehkan terjadi.
"Faktor utama keberhasilan anak selalu berkisar pada lingkungan yang mendukung dan memenuhi tuntutan sesuai usia," tutur Priolo.
Oleh karena itu, alih-alih melakukan aktivitas terstruktur pada hari Senin hingga Sabtu, otak anak yang sedang berkembang akan mendapat manfaat besar dari waktu bermain yang tidak terstruktur.
Meskipun orang tua mungkin merasa ini seperti 'tidak melakukan apa-apa', justru dapat memberikan anak lingkungan yang aman untuk menyerap, memproses, dan menerapkan informasi baru.
Selain itu, memberi anak-anak pilihan untuk mengejar minat mereka juga merupakan kuncinya. Hal yang penting, orang tua perlu menunjukkan apresiasi dan memberikan afirmasi positif, bahkan ketika terjadi kesalahan atau kegagalan.
Demikian ulasan tentang hurried child syndrome, mulai dari definisi, penyebab, hingga dampak buruk yang bisa terjadi. Sebelum terlambat, upayakan untuk tidak terlalu menuntut anak tumbuh lebih cepat dari usianya ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)