Sebagian Bunda mungkin berpikir, bagaimana mungkin bayi bisa mengalami glaukoma, bukan? Percaya tak percaya, kondisi ini ternyata benar-benar terjadi dan dialami oleh Ghina Khanza.
Perempuan berusia 25 tahun ini mengaku menjadi pengidap glaukoma sejak masih berusia empat bulan. Kondisi ini membuat penglihatannya mengalami gangguan dan terus membengkak.
Perlu untuk dipahami, glaukoma merupakan kondisi mata yang merusak saraf optik. Kerusakan pada saraf optik sering kali berkaitan dengan tekanan yang tinggi pada mata.
Mengutip Mayo Clinic, glaukoma dapat terjadi pada semua usia namun lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Penyakit ini juga menjadi salah satu penyebab utama kebutaan pada orang yang berusia di atas 60 tahun.
Cerita Ghina alami glaucoma sejak umur 4 bulan
Pada Uya Kuya dan Astrid Khairunisha, Ghina mengaku kondisi yang dialaminya itu cukup langka. Terlebih, masalah ini lebih sering dialami oleh orang-orang lanjut usia.
"Kalau penglihatan bola mata, itu hilang dari kecil, umur empat bulan. Jadi aku mengidap penyakit glaucoma," bebernya saat hadir dalam program acara Jam Praktek, dikutip dari kanal YouTube TRANS TV.
"Itu pun kayak langka, dulu (kasus serupa) itu sulit ditemukan. Karena biasanya glaukoma kan ditemukan pada orang yang sudah lanjut usia," sambungnya.
Kondisi tersebut membuat Ghina mengalamai kebutaan sebelah mata, Bunda. Ia terus bertahan dan tumbuh dengan glaukoma hingga melakukan operasi pengangkatan bola mata di usia 17 tahun.
Ghina mengaku, ia menahan untuk tak operasi karena belum siap. Keputusannya untuk yakin melakukan tindakan pengangkatan bola mata setelah dikuatkan dan diberi dukungan oleh dokter yang datang ke sekolah.
"Aku baru operasi itu umur 17 tahun," tuturnya.
"Sebenarnya dokter suruh diangkat, tapi akunya belum siap, masih takut. Umur 17 tahun itu di sekolah ada check up. Terus ada dokter bilang, 'Itu matanya kenapa?' Baru tuh cerita, dan dokternya menguatkan. 'Dioperasi saja, enggak apa-apa daripada nanti sakit'," sambungnya.
Selama 17 tahun itu, Ghina memang menahan rasa sakit pada matanya, Bunda. Glaukoma di mata membuat ia merasakan beberapa hal, termasuk pegal dan sering mengeluarkan air mata.
"Karena itu memang sakit. Selama 17 tahun itu aku menahan rasa sakit. Kadang pegal, netes air mata terus padahal enggak nangis di satu mata doang."
"Makanya aku memutuskan untuk siap nih dioperasi," kenangnya.
Punya koleksi mata palsu
Setelah menjalani operasi pengangkatan bola mata, kini rongga mata bagian kiri Ghina menjadi kosong. Untuk itu, kini ia menggunakan protesa mata untuk menggantikannya.
Protesa mata atau mata palsu adalah alat tiruan yang dipasang di rongga mata untuk menggantikan mata asli yang rusak atau hilang, Bunda. Bahan yang digunakan untuk membuat protesa mata yakni akrilik plastik keras.
Tak sembarangan, protesa mata dibuat oleh seorang spesialis, yaitu dokter mata. Barang ini juga dibuat khusus, custom sesuai dengan ukuran pasien.
Ghina sendiri mengaku sudah memiliki banyak protesa mata. Kini, koleksi mata palsunya itu mencapai 10 buah dengan harga yang fantastis.
"Ada tiga (yang paling mahal). Yang ini harganya Rp20 juta-an," tuturnya sambil menunjukkan beberapa protes mata yang ia bawa.
"Yang ini bagus nih, karena ini bisa menyala. Jadi glow in the dark gitu."
"Yang ini mata Rinegan, mata Naruto. Ini request-an wibu-wibu nih banyak banget. Ini harganya Rp20 juta juga, beli di Bandung."
"Kalau merah ini Saringgan. Sama, mata Naruto juga. Jadi banyak banget yang request malah para wibu, Rp20 juta ini," bebernya antusias, menjelaskan satu persatu mata palsu tersebut.
Meski mahal, ternyata protesa mata ini juga memiliki masa pakai terbatas. "Ada expired-nya gitu, umurnya cuma 5 tahun," ungkap Ghina.
"Setelah 5 tahun, diganti. Karena soket (rongga) matanya berubah. Jadi kayak yang tadi (pertama beli), sudah enggak sesuai, sudah enggak nyaman dipakai," paparnya.
Ghina sempat terpuruk karena alami glaucoma di usia muda
Cerita Ghina Khanza Alami Glaucoma Sejak Umur 4 Bulan, 17 Th Tahan Sakit Baru Berani Operasi Angkat Bola Mata/Foto: Instagram @ghinakd_
Usai membagikan cerita tentang kondisi mata dan protesa yang dikoleksi, Ghina mengenang masa kecilnya yang sempat terpuruk. Dahulu, ia harus berjuang menahan diri karena sering dicibir akibat mata kirinya yang membengkak.
"Tumbuh dengan satu mata (yang bisa melihat) itu enggak gampang. Aku sudah biasa ngerasain yang namanya dicaci-maki, dicibir," bukanya.
Masa-masa terberat ini terjadi ketika ia duduk di bangku kelas enam SD. Teman-temannya banyak yang menyudutkan, hingga membuat Ghina merasa putus asa.
"Kelas enam SD ngerasa capek, 'Kok orang-orang jahat banget sama aku, ya? Memang kenapa kalau aku beda?' Misalnya yang bikin aku sakit hati, teman aku sendiri nanya, 'Kamu kok sekolah di sini? Harusnya kamu sekolah di SLB', kayak gitu," kenangnya.
"Memang aku enggak bisa (sekolah biasa)? Kan aku masih bisa ngelihat," sambungnya.
Ghina kecil merasa tak bisa berdamai dengan kondisi yang dialami. Ditambah dengan perlakuan teman-teman, membuatnya enggan untuk berangkat ke sekolah dan meminta untuk home schooling.
"Sampai akhirnya capek banget diginiin terus, gitu terus sampai akhirnya aku enggak mau sekolah. Sama Mama bilang, 'Aku mau home schooling saja'. Tapi kan aku bukan dari keluarga yang berada. Mamaku jawab, 'Kita tuh bukan orang yang berada, Nak. Enggak apa-apa, sudah biar Tuhan yang balas'," tuturnya.
Ghina juga mengaku tak punya teman, hanya boneka yang menjadi pendengar setianya. Ia juga mengaku tak sanggup berkeluh kesah pada Ayah dan ibunda, karena tak ingin membuat keduanya kepikiran.
"Saat SD tuh enggak ada yang mau temenan sama aku. Aku cuman bisa sendiri, enggak pernah punya teman cerita. Teman cerita aku tuh boneka doang, aku ceritakan semuanya sama boneka."
"Kalau sama Mama Papaku, aku takut mereka kepikiran. Aku tuh pengin berusaha kuat di depan Mama dan Papa, tapi ternyata enggak sekuat itu," katanya.
Situasi tersebut lantas membuat Ghina pernah berpikir negatif dan melakukan tindakan di luar batas. Namun, Tuhan Yang Maha Pengasih akhirnya membuat Ghina sadar bahwa ia diharapkan tumbuh menjadi sosok kuat.
"Jadi mempertanyakan Tuhan, 'Kenapa sih? Ya Allah kenapa harus aku? Salah aku apa?'."
"Saat itu malah justru aku kepikiran, berarti Tuhan masih ngasih aku kesempatan. Justru Tuhan itu pengin aku kuat, aku jadi sadar pada saat kelas 6 SD itu Tuhan itu enggak bikin aku jatuh, Tuhan mau aku kuat," tuturnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak juga 5 tanda anak butuh pakai kacamata dalam video berikut:
(AFN/rap)
Loading...