Daftar Penyakit yang Membuat Bunda Tidak Boleh Menyusui

3 weeks ago 7

Setelah melahirkan, Bunda memang sebaiknya langsung menyusui eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun. Tetapi, pada kondisi dengan riwayat medis tertentu disarankan untuk berhenti menyusui terlebih dahulu. Yuk, cari tahu daftar penyakit yang membuat Bunda tidak boleh menyusui.

ASI menjadi sumber nutrisi paling lengkap untuk bayi, termasuk bayi prematur dan bayi baru lahir yang sakit. Namun, dalam beberapa kondisi tertentu ketika busui memiliki sakit tertentu, tidak direkomendasikan untuk menyusui, Bunda.

Biasanya, dokter melakukan penilaian kasus per kasus untuk menentukan apakah ibu menyusui harus menghentikan, atau tidak pernah memulai menyusui karena paparan lingkungan atau kondisi medis tertentu, seperti dikutip dari laman CDC berikut ini.

Kondisi ibu dengan sakit yang dilarang menyusui

Dalam hal ini, ibu tidak boleh menyusui atau memberikan ASI perah kepada bayi jika dalam kondisi berikut:

  1. Ibu menyusui mengidap HIV
  2.  Sedang menjalani pengobatan HIV
  3. Ibu menyusui terinfeksi brucellosis yang belum diobati
  4. Sedang menjalani pencitraan diagnostik dengan radiofarmasi (obat yang memancarkan radiasi)
  5. Memiliki infeksi virus herpes simpex virus aktif dengan lesi pada payudara

Kapan harus melanjutkan pemberian ASI?

Ibu menyusui dapat melanjutkan pemberian ASI setelah berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan kapan ASI mereka aman untuk bayi mereka. Kemudian, para ibu menyusui dapat menerima dukungan pemberian ASI untuk mempelajari cara mempertahankan produksi ASI dan memberi makan bayi mereka. 

Meskipun tidak menyusui untuk sementara, pilihan pemberian ASI meliputi ASI donor yang dipasteurisasi, ASI perah sebelumnya (jika sesuai), atau susu formula.

Para pejuang ASI untuk sementara tidak boleh menyusui, tetapi dapat memberikan ASI perah jika mereka dalam kondisi berikut ini:

1. Tuberkolosis

Jika ibu menyusui menderita tuberkulosis (TB), mereka dapat menyusui jika saat ini mereka sedang mengonsumsi obat untuk penyakit tersebut. Ibu dengan TB yang belum diobati pada saat melahirkan, tidak boleh menyusui atau melakukan kontak langsung dengan bayi baru lahir mereka sampai mereka memulai pengobatan yang tepat dan mereka tidak lagi menular.

2. Ibu menyusui memiliki infeksi varicella (cacar air)

Ibu menyusui yang terdiagnosa infeksi varicella aktif yang berkembang antara lima hari sebelum melahirkan dan dua hari setelah melahirkan. Pemisahan sementara ‎antara Bunda dengan bayi akan dipertimbangkan ketika terdiagnosis penyakit tersebut.

Jika infeksi menyebar melalui udara atau kontak, tindakan pencegahan mungkin memerlukan pemisahan sementara antara ibu dan bayi. Selama waktu ini, ASI perah harus diberikan kepada bayi oleh bantuan tim medis. Ibu harus dapat melanjutkan menyusui setelah berkonsultasi dengan dokter.

3. Hepatitis B

Virus hepatitis B telah terdeteksi dalam ASI, tetapi menyusui belum terbukti meningkatkan risiko infeksi pada bayi. Jika busui terinfeksi Hepatitis B, tidak perlu menunda untuk mulai menyusui sampai bayi diimunisasi terhadap hepatitis B.

Jika busui terinfeksi hepatitis B, bayi harus menerima vaksinasi untuk hepatitis B bersama dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) segera setelah lahir. Memberikan dua suntikan ini segera setelah melahirkan sangat efektif dalam mencegah penyebaran hepatitis B dari orangtua kandung ke bayi. Bahkan, vaksin hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi, baik orangtua kandungnya terinfeksi hepatitis B atau tidak seperti dikutip dari laman Healthtychidren.

3. Hepatitis C

Orang tua yang memiliki virus hepatitis C dapat menyusui dengan aman. Meskipun bayi dapat terinfeksi virus selama kehamilan atau persalinan, bayi yang disusui tidak memiliki tingkat hepatitis C yang lebih tinggi daripada bayi yang diberi susu formula. Menyusui bahkan dapat membantu mencegah penyebaran hepatitis C dari ibu ke bayi, dengan memberikan antibodi yang ditularkan ke bayi melalui ASI.

Namun, jika busui terinfeksi hepatitis C dan memiliki puting yang pecah-pecah atau berdarah, busui mungkin ingin menunda menyusui (dan membuang ASI yang dipompa) hingga puting sembuh.

4. Infeksi lain

Jenis infeksi lain perlu dievaluasi oleh dokter kandungan, dokter anak, atau dokter, tetapi hanya sedikit yang dapat mencegah pemberian ASI.

5. Kanker

Jika ibu menyusui pernah didiagnosis menderita kanker payudara dan pernah dirawat, mereka mungkin khawatir tentang dampak menyusui pada dirinya dan bayi. Riwayat kanker payudara tidak berarti membuat ibu dilarang menyusui bayi. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan tersebut ya, Bunda.

Mengonsumsi Obat Saat Menyusui

Ada beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi saat menyusui. Meskipun banyak obat yang masuk ke dalam ASI, sebagian besar tidak memiliki efek samping yang diketahui terhadap produksi ASI atau kesehatan bayi. Namun, tim medis harus selalu mempertimbangkan risiko dan manfaat saat meresepkan obat kepada ibu yang sedang menyusui.

Semoga informasi mengenai kondisi ibu menyusui yang dilarang untuk memberikan ASI pada bayinya ini membantu proses mengASIhi ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online