TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani, berbicara isu kelaparan akibat konflik perang saat menghadiri G20 Parliamentary Speaker's Summit (P20) ke-10 di Brasil. P20 ke-10 dengan tema utama 'Parlemen untuk Dunia yang Adil dan Planet yang Berkelanjutan' diselenggarakan sejak 6 November 2024.
Puan menyoroti krisis global yang sedang berlangsung dan mengganggu kehidupan masyarakat dunia. Mulai dari pandemi Covid-19, ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, hingga perang dan konflik.
"Kondisi ini telah meningkatkan kerawanan pangan dan energi, dengan hampir 700 juta orang atau 8,5 persen populasi global masih hidup dalam kemiskinan ekstrem," kata Puan, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 8 November 2024.
Puan menyebut, ketegangan politik saat ini tengah meningkat dan berbahaya. "Mungkin ini adalah masa paling berbahaya sejak Perang Dunia II. Dunia sedang menghadapi badai masalah secara bersamaan," ujarnya dalam sesi diskusi bertajuk 'Kontribusi Parlemen Terhadap Perang Melawan Kelaparan, Kemiskinan, dan Ketimpangan.'
Menurut Puan, peningkatan ketegangan geopolitik dan persaingan antarnegara telah mengalihkan perhatian dunia dari masalah masyarakat miskin. Dia menyebut, belanja militer global mencapai US$ 2,4 triliun pada 2023, atau setara dengan 2,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) global.
Sementara di sisi lain, bantuan pembangunan resmi atau official development assistance (ODA) hanya US$ 223,7 miliar atau kurang dari 10 persen anggaran militer. "Meskipun dunia kesulitan mengalokasikan dana untuk pendanaan iklim, pembangunan sekolah, fasilitas kesehatan dan kebutuhan lain di negara-negara berkembang," kata Puan.
Puan berandai-andai jika dunia mengalokasikan 50 persen dari belanja militer global untuk membantu masyarakat miskin sekitar US$ 1,2 triliun per tahun hingga 2030, maka dunia yang bebas dari kemiskinan dan kelaparan dapat tercapai pada 2030.
Cucu presiden pertama RI itu mengajak parlemen negara G20 untuk memperbarui komitmen politik dalam mengalokasikan anggaran. Hal tersebut demi menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera, baik di negara besar maupun kecil.
"Kita semua sebagai pemimpin politik di negara kita, dapat membuat perbedaan dan memengaruhi pemerintah untuk menyelesaikan perselisihan secara damai," kata Puan.
Sebagai kelompok dengan perekonomian terkuat, kata Puan, G20 harus berani memimpin dan memperbaiki fokus prioritas dunia. Pada saat yang sama, krisis global juga memerlukan perhatian bersama. "Terpulang kepada kita, apakah kita ingin berdamai agar bisa mengentaskan kemiskinan, melawan kelaparan, dan mengatasi kesenjangan," ujarnya.
Dalam forum tersebut, Puan juga mengajak anggota P20 mendukung upaya mengakhiri perang di Gaza, Ukraina, dan wilayah konflik lainnya. Dia meminta seluruh negara G20 untuk segera menyerukan gencatan senjata dan memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Solusi dua negara harus diwujudkan. Perang bukanlah hal yang tak terhindarkan, ini adalah keputusan politik, apakah kita memilih perang atau damai," kata Puan.