Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan janin kembar, terutama pada kembar identik. Yuk kenali penyebabnya karena jika tidak segera ditangani, dapat mengancam keselamatan kedua janin kembar.
Melansir laman American Pregnancy, Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) ini merupakan kejadian acak sehingga tidak dapat dicegah. Selain itu, TTTS bukan kondisi yang diturunkan.
TTTS biasanya diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahan (quintero staging system), mulai dari tahap 1 hingga tahap 5, dengan tahap 5 menjadi kondisi yang paling serius, ketika salah satu atau kedua janin bisa meninggal.
Apa itu Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)?
Sindrom transfusi kembar ke kembar (TTTS) adalah kelainan serius yang terjadi pada kembar identik dan bayi kembar yang berbagi plasenta. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah dari plasenta bayi yang sama terhubung.
Akibat TTTS ini, salah satu bayi (kembar yang disebut sebagai resipien) menerima lebih banyak aliran darah, sementara bayi lainnya (kembar yang disebut sebagai donor) menerima terlalu sedikit aliran darah. Sindrom transfusi kembar ke kembar (TTTS) juga disebut sebagai sindrom transfusi antarkembar kronis.
TTTS terjadi sekitar 15 persen dari waktu di antara kembar identik. Kembar fraternal tidak berisiko mengalami sindrom ini karena tidak berbagi plasenta.
Penyebab Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Penyebab TTTS karena pembagian yang tidak merata dari aliran darah melalui plasenta yang mereka bagi. Pada kembar monokorionik, terdapat pembuluh darah yang menghubungkan kedua janin melalui plasenta.
Ketidakseimbangan bisa terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah tidak bekerja dengan sempurna, sehingga satu janin mendapatkan lebih banyak darah dibandingkan yang lain.
Faktor yang mempengaruhi TTTS meliputi:
- Pembentukan abnormal pembuluh darah pada plasenta
- Ketidakseimbangan hormon plasenta
- Kehamilan kembar monokorionik (identik)
Ahli berpendapat bahwa TTTS berkembang akibat dari adanya anomali pembuluh darah plasenta yang tidak merata, namun penyebab utama bagaimana dan mengapa ketidakseimbangan tersebut terjadi masih belum diketahui dengan pasti.
Gejala Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Gejala TTTS pada ibu hamil bisa bervariasi, tergantung dari tingkat keparahannya. Seorang ibu yang bayi kembarnya mengalami TTTS mungkin mengalami:
- Sensasi pertumbuhan rahim yang cepat
- Rahim yang berukuran besar untuk ukuran bayi saat ini
- Nyeri perut, sesak, atau kontraksi
- Peningkatan berat badan secara tiba-tiba
- Pembengkakan di tangan dan kaki pada awal kehamilan
TTTS pada janin biasanya dideteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Janin donor mungkin tampak lebih kecil dan memiliki volume cairan ketuban yang sangat sedikit (oligohidramnion).
Sedangkan janin resipien mungkin tampak lebih besar dengan volume cairan ketuban yang berlebih (polihidramnion). Selain itu, janin resipien mungkin mengalami masalah jantung atau aliran darah yang tidak normal.
Diagnosis Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Diagnosis TTTS dilakukan melalui pemeriksaan USG yang lebih mendetail. Dokter akan memantau pertumbuhan kedua janin dan volume cairan ketuban di sekitar mereka. Dokter juga bisa menggunakan pemeriksaan Doppler untuk menilai aliran darah melalui plasenta dan di antara kedua janin.
Penyedia layanan kesehatan mungkin mencurigai ibu hamil mengalai TTTS jika salah satu dari berikut ini terlihat selama USG:
- Perbedaan yang mencolok dalam ukuran janin dengan jenis kelamin yang sama
- Perbedaan ukuran antara dua kantung ketuban
- Perbedaan ukuran tali pusat
- Plasenta tunggal
- Bukti adanya penumpukan cairan di kulit salah satu janin
- Temuan gagal jantung kongestif pada bayi kembar penerima
- Polihidramnion (kelebihan cairan ketuban) pada bayi kembar penerima
- Oligohidramnion (penurunan atau terlalu sedikit cairan ketuban) pada bayi kembar donor
Cara mengatasi Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Penanganan TTTS tergantung pada seberapa parah kondisinya dan usia kehamilan. TTTS bisa merenggut nyawa kedua bayi, tetapi teknologi telah menghadirkan dua pilihan pengobatan baru untuk kondisi ini.
Penggunaan amniosentesis untuk mengeluarkan cairan berlebih tampaknya meningkatkan aliran darah di plasenta dan mengurangi risiko persalinan prematur. Amniosentesis dapat menyelamatkan sekitar 60 persen bayi yang terkena.
Operasi laser juga dapat digunakan untuk menutup hubungan antara pembuluh darah dan tampaknya menyelamatkan 60 persen bayi yang terkena. Selain itu, persalinan dini juga merupakan pilihan jika penyedia layanan kesehatan menentukan paru-paru bayi kembar telah mencapai kematangan.
Komplikasi Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
TTTS yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti:
- Persalinan prematur baik karena pecahnya selaput ketuban atau induksi.
- Kelainan pernapasan, pencernaan, jantung, atau otak pada bayi kembar penerima karena kelebihan cairan
- Kembar donor mengalami anemia.
- Kematian janin.
Cara mencegah Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
TTTS terkait erat dengan kehamilan kembar identik monokorionik sehingga tidak ada cara yang pasti untuk mencegahnya. Namun, pemantauan rutin dengan USG selama kehamilan kembar sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda awal TTTS.
Deteksi dini dapat memungkinkan intervensi medis yang tepat sebelum kondisi menjadi lebih serius. Untuk mencegah perkembangan TTTS yang lebih parah, konsultasikan kehamilan kembar dengan dokter kandungan spesialis fetal sejak awal, dan lakukan pemeriksaan berkala, terutama jika Bunda mengandung kembar identik.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)