Jakarta -
Aplikasi TikTok tidak hanya digemari oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Meski terlihat tidak berbahaya dan hanya menampilkan tarian, nyanyian, serta tips kehidupan, nyatanya ada sisi lain dari TikTok yang mungkin bisa memengaruhi kesehatan mental anak.
TikTok merupakan aplikasi media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk membuat serta berbagi video pendek. Pertama kali diluncurkan pada 2016 oleh perusahaan China, ByteDance, TikTok kini memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif di 150 negara.
Konten TikTok pun kian hari semakin beragam, Bunda. Mungkin Bunda sering menemukan video sandiwara lucu, menari, sinkronsasi bibir, tutorial memasak, dan masih banyak lagi.
TikTok membuat anak kecanduan
Dikutip dari laman Children Society, sejauh ini belum ada penelitian jangka panjang yang menunjukkan bahwa TikTok bisa menyebabkan kecanduan pada anak. Namun, para ilmuwan berupaya memahami daya tarik aplikasi ini.
Satu hal yang bisa dikatakan adalah algoritma TikTok dirancang dengan cerdik untuk memikat pengguna agar terus menelusuri dan menonton video demi video. Hal ini baik untuk metrik platform, tetapi kurang baik untuk kesehatan mental anak.
Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial bisa memengaruhi tingkat stres dan tidur. Namun, beberapa anak juga terlihat menghentikan kebiasaan ini. Dikabarkan ada laporan seorang siswa menghapus aplikasi TikTok selama waktu ujian karena sangat mengganggu pembelajaran mereka.
Tanda yang perlu diwaspadai
Menilik dari berbagai sumber, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai ketika anak terlalu sering main TikTok, Bunda. Berikut ini deretannya:
1. Mengurung diri dan menjauh dari lingkungan sosial
Dikutip dari laman Johns Hopkins Medicine, anak-anak saat ini menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berhubungan dengan teman dan keluarganya. Sebaliknya, banyak yang menggunakan media sosial untuk terhubung, yang bisa membuat mereka merasa terisolasi.
Perlu dipahami bahwa interaksi sosial secara daring mungkin tidak begitu bermanfaat. Media sosial juga bisa membuat sebagian orang merasa dikucilkan atau merasa kehilangan saat melihat orang lain terlibat dalam aktivitas dan interaksi sosial.
2. Kurangnya aktivitas sehat
Waktu yang dihabiskan di media sosial bisa menyebabkan kurangnya aktivitas sehat untuk anak. Aktivitas fisik dan waktu yang dihabiskan di luar ruangan membantu melepaskan endorfin yang mampu meringankan gejala depresi.
Aktivitas fisik dan waktu yang dihabiskan di luar ruangan juga bisa memberikan rasa pencapaian dan kepercayaan diri, Bunda.
3. Kurang tidur
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur merupakan penyebab umum depresi dan media sosial dapat berdampak besar pada kebiasaan tidur. Melihat media sosial berlebihan juga dapat menyebabkan stres yang bisa membuat sulit tidur.
4. Perubahan pola makan
Menilik dari laman Children Society, untuk sebagian orang, TikTok dikatakan berkontribusi terhadap rendahnya rasa percaya diri dan harga diri, terutama dalam hal penampilan. Anak-anak saat ini dihadapkan pada video yang menampilkan orang-orang dengan tubuh 'sempurna' dan kehidupan yang 'sempurna'.
Mulai dari influencer berperut kencang, tren diet, hingga video lain yang bisa memberikan pengaruh signifikan yang bisa berdampak pada citra tubuh anak.
Menonton video ini secara rutin bisa menimbulkan pandangan yang tidak realistis tentang seperti apa tubuh yang 'normal'. Beberapa orang percaya ini berperan dalam meningkatnya gangguan makan pada anak dalam beberapa tahun terakhir.
Dampak penggunaan TikTok bagi anak
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/travelism
Menurut psikolog dari Washington Behavioral Medicine Associates, Jaclyn Halpern, PsyD, beberapa penelitian khusus mengenai media sosial dan TikTok terus bermunculan. Salah satu penelitian pun menyebutkan bahwa anak yang sulit memusatkan perhatian mungkin jarang memainkan media sosial.
"Penelitian khusus mengenai media sosial dan TikTok relatif baru dan terus bermunculan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian mungkin mengalami lebih banyak kesulitan dengan media sosial," ujarnya dikutip dari laman Psychiatric Times.
Meski begitu, penelitian lainnya menyimpulkan anak-anak dengan masalah kesehatan mental dan stres atau trauma lingkungan yang kompleks mungkin mengalami peningkatan gejala emosional, setidaknya untuk sementara setelah mereka menggunakan media sosial.
Jaclyn juga menyebut media sosial mungkin dapat menyebabkan masalah sosial yang didasarkan pada nilai-nilai dan etika pribadi. Sayangnya, saat ini datanya masih sangat terbatas.
"Masalah sosial yang didasarkan pada nilai-nilai dan etika pribadi yang dipengaruhi oleh penggunaan media sosial juga telah ditemukan. Namun, datanya terbatas, sebab-akibatnya belum diketahui dengan jelas, faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi hasil positif dan negatif masih belum jelas, dan dampak jangka panjang belum sepenuhnya dipelajari mengingat penggunaan media sosial dan penelitian terkait masih relatif baru," ujarnya.
Lebih lanjut, Jaclyn mengatakan bahwa mungkin saja tren tarian pada TikTok mengarah pada seksualisasi berlebihan pada tubuh anak. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, terutama pada anak perempuan.
"Kekhawatiran ini didasarkan pada standar kecantikan dan seksualitas yang digambarkan oleh tubuh dan gaya model dan artis, serta lirik lagu, tarian, video musik, dan penggambaran anak-anak dan remaja dalam video, TV, dan film," jelasnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)