Karakter anak, sedikit banyak dipengaruhi oleh pola asuh dan pengaruh lingkungannya. Itu sebabnya, proses pembentukan karakter anak sudah mulai terjadi sejak usia dini.
Pada usia ini, mereka mulai menyerap berbagai nilai, meniru perilaku orang di sekitarnya, dan belajar membedakan mana yang baik dan buruk. Orang tua dapat membentuk karakter anak menjadi pribadi yang tangguh, baik, dan lain sebagainya.
Nah, dalam hal ini penting untuk mengetahui bagaimana sebenarnya proses pembentukan karakter itu dan kapan sebaiknya dimulai.
Menumbuhkan karakter anak bukan hanya mengajarkan sopan santun, tapi juga tentang bagaimana Si Kecil membangun hubungan sosial, memahami perasaan orang lain, dan bertanggung jawab atas tindakannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenal proses ini dari awal agar Bunda bisa mendampingi Si Kecil dengan cara yang dibutuhkan di setiap tahapan usianya.
Simak dan pelajari bersama bagaimana karakter anak terbentuk sejak dini, mulai dari usia dua tahun hingga ia siap menghadapi dunia!
Apa itu karakter?
Melansir Begin Learning, karakter adalah kumpulan nilai, sikap, dan perilaku yang membentuk cara seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak. Dalam kehidupan anak, karakter mencakup hal-hal seperti kejujuran, empati, rasa tanggung jawab, hingga kemampuan mengatur emosi.
Karakter bukan bawaan sejak lahir, melainkan hasil dari proses pembelajaran, pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan. Maka dari itu, cara orang tua mengasuh dan lingkungan sekitar bekerja akan berpengaruh pada pembentukan karakter anak.
Dampak karakter anak di sekolah dan kehidupan sehari-hari
Melansir dari Begin Learning, anak yang memiliki pendidikan karakter yang baik akan berpengaruh pada bagaimana mereka berperilaku baik di sekolah maupun di rumah, Bunda. Anak yang belajar soal karakter sejak kecil biasanya punya kemampuan bersosialisasi yang lebih baik, lebih bersemangat sekolah, dan lebih jarang membuat masalah. Mereka juga cenderung lebih percaya diri dan punya prestasi akademik yang lebih baik, lho.
Masih melansir laman yang sama, ada penelitian yang dilakukan terhadap 270.000 anak yang menunjukkan bahwa anak yang diajari keterampilan sosial dan emosional ternyata lebih mudah akrab dan suka bekerjasama dengan temannya, memiliki tingkat stres yang lebih rendah, dan nilai sekolahnya juga meningkat.
Nah, Bunda sebagai orang tua maupun pendidik, bisa aktif mendukung perkembangan karakter anak, walaupun kita sendiri belum pernah mendapat pendidikan karakter secara formal semasa kecil.
Metode pendidikan karakter anak
Melansir dari buku Manajemen Pendidikan Karakter (Membentuk Nilai-Nilai dan Kualitas Karakter Positif Siswa), terdapat lima metode pendidikan karakter yang dapat diterapkan di rumah dan di sekolah yaitu sebagai berikut.
1. Mengajarkan
Mengajar merupakan metode yang fokus pada pemberian pemahaman mengenai nilai-nilai dasar seperti kebaikan, keadilan, dan nilai moral lainnya. Tujuannya agar peserta didik atau anak tahu makna dari nilai-nilai tersebut, tidak hanya secara teori, tetapi juga mampu mempraktikkannya dalam kehidupan nyata. Pendidikan karakter melalui metode mengajarkan ini berfungsi untuk kesadaran intelektual dan pengetahuan moral sebagai landasan bertindak pada anak.
2. Keteladanan
Bunda, anak-anak akan lebih cepat belajar jika melihat contohnya langsung. Hal ini disebut verba movent exempla trahunt. Orang tua dan guru menjadi figur penting dalam membentuk karakter karena karakter guru atau orang tua itu sendiri akan menjadi model bagi sang anak. Keteladanan menciptakan penguatan nilai karena siswa melihat langsung penerapan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan dapat ditiru oleh siswa bila mereka melihatnya ditunjukkan oleh guru.
3. Menentukan prioritas
Lembaga pendidikan perlu menetapkan prioritas nilai karakter yang ingin ditanamkan. Nilai-nilai ini harus dijelaskan kepada seluruh warga sekolah dan ditanamkan dalam kebijakan dan budaya sekolah. Tanpa prioritas yang jelas, maka arah pendidikan karakter akan menjadi kabur dan sulit dievaluasi. Dengan adanya skala prioritas, sekolah dapat secara konsisten menanamkan dan mengevaluasi keberhasilan pembentukan karakter siswa.
4. Praksis prioritas
Pada metode ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu menunjukkan bahwa nilai-nilai yang menjadi visinya telah terwujud dalam aktivitas harian. Misalnya, bagaimana pihak sekolah menyikapi pelanggaran atas kebijakan sekolah, bagaimana sanksi itu diterapkan secara transparan sehingga menjadi praksis secara kelembagaan. Verifikasi atau evaluasi juga menjadi langkah penting untuk melihat sejauh mana nilai tersebut telah direalisasikan.
5. Refleksi
Nah, pada metode ini, siswa diberi kesempatan untuk menyadari, menilai, dan memperbaiki tindakan mereka. Melalui refleksi, siswa atau anak bisa belajar dari pengalamannya itu dan dapat meningkatkan kesadaran moral. Caranya adalah dengan menyampaikan refleksi dirinya dengan teman sejawatnya sehingga mereka dapat berdiskusi untuk memahami nilai pendidikan karakter.
Cara membentuk karakter anak sejak usia dini
Pembentukan karakter anak tidak tumbuh sendiri, ya, Bunda. Karakter terbentuk dari banyak interaksi sehari-hari, baik di rumah maupun di luar rumah. Sejak usia dini, Si Kecil sudah mulai belajar memahami dunia dan membentuk sikap terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Nah, berikut ini beberapa cara membentuk karakter anak sejak kecil yang bisa Bunda terapkan di rumah dilansir dari Begin Learning.
1. Ajak Si Kecil mengenal dan menyebut emosi
Mulai biasakan menggunakan bahasa emosi saat ngobrol sama Si Kecil, ya, Bunda. Misalnya, saat merasa senang, sedih, atau kecewa, coba sebutkan secara langsung perasaannya. Dengan begitu, Si Kecil jadi terbiasa mengenali dan menamai emosinya sendiri, lalu lebih nyaman mengekspresikannya lewat kata-kata.
2. Ciptakan aturan atau kebiasaan yang dilakukan
Bunda bisa mulai dengan kalimat seperti, “Di rumah kita, kita bicara baik-baik kalau sedang marah,” atau “Kita bantu-bantu di rumah untuk tugas bersama karena kita sayang keluarga.” aturan seperti ini akan membentuk kebiasaan baik yang membuat anak merasa menjadi bagian penting dalam keluarga. Dan penting juga, ajarkan bahwa setiap keluarga bisa punya aturan berbeda dan katakan itu sangatlah wajar.
3. Menilai usaha Si Kecil, jangan hasilnya saja
Berikan Si Kecil pujian yang membuatnya percaya diri dan tak takut untuk terus maju. Jangan lihat dari hasilnya saja, Bunda. Dengan cara ini, Si Kecil dapat belajar bahwa yang penting bukan hasil akhir, tapi kemauan mencoba dan tidak mudah menyerah. Nah, karakter gigih, sabar, dan percaya diri nantinya bisa tumbuh dari sini.
4. Ciptakan rasa aman di rumah
Si Kecil akan lebih mudah berkembang kalau merasa rumah adalah tempat paling aman. Saat Si Kecil merasa dicintai, diterima, dan bisa jadi diri sendiri, dia akan lebih percaya diri untuk mengeksplorasi dunianya, mengekspresikan, dan menemukan jati diri mereka. Jadi, jangan lupa terus rangkul mereka, berikan quality time bersama keluarga, dan tunjukkan bahwa rumah selalu jadi tempat ia kembali kapan saja.
Bunda bisa coba membiarkan Si Kecil mencoba hal-hal menantang. Misalnya, membiarkan mereka menyelesaikan masalah sendiri dengan teman, menghadapi ketakutannya, atau bicara saat merasa tidak nyaman. Pengalaman seperti ini justru dapat membantu Si Kecil memiliki pribadi yang tangguh, berani, dan tahu cara menyelesaikan konflik.
Proses pembentukan karakter anak
Melansir dari Begin Learning, berikut ini merupakan proses pembentukan karakter anak sesuai dengan usianya.
Anak usia 2 tahun
Bunda, di usia dua tahun, Si Kecil mulai memasuki fase penting memahami dunia emosi. Mereka biasanya sudah bisa menyebutkan satu atau dua perasaan mereka, seperti marah, senang, atau sedih.
Di usia ini, Si Kecil juga mulai menunjukkan ketegasan, lho. Mereka sering berkata “tidak” saat diminta melakukan sesuatu. Meski kadang membuat Bunda gemas, sikap ini sebenarnya menunjukkan bahwa anak sedang belajar menyuarakan keinginan dan batasannya sendiri.
Si Kecil juga makin peka terhadap perasaan orang lain. Misalnya, saat temannya menangis, mereka bisa terlihat ikut sedih. Ini pertanda awal munculnya empati, Bunda. Anak mulai belajar bahwa tindakan mereka bisa mempengaruhi orang di sekitarnya.
Jika Si Kecil merasa sedang berada dalam situasi baru, mereka biasanya akan melihat ekspresi wajah Bunda untuk mencari petunjuk. Dengan begitu mereka belajar bagaimana harus bersikap. Jadi, reaksi dan respons Bunda akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosionalnya seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Si Kecil akan lebih menangkap lewat contoh yang ia lihat langsung daripada kata-kata.
Si Kecil juga mulai bisa mengikuti aturan sederhana seperti membereskan mainan setelah bermain.
Anak usia 3 tahun
Saat anak berusia tiga tahun, Bunda akan mulai melihat perkembangan yang lebih matang dari sisi emosi dan sosial Si Kecil. Mereka sudah mampu menyebutkan lebih banyak jenis emosi bukan cuma senang atau sedih, tapi juga mulai mengenal emosi seperti frustrasi dan marah.
Si Kecil juga makin paham membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh orang lain. Nah, sama seperti pada usia dua tahun, Si Kecil sudah berkembang jiwa empatinya namun lebih dalam lagi, Bunda.
Anak usia tiga tahun sudah mulai aktif mencari teman bermain. Mereka tak hanya memperhatikan teman di taman atau kelas, tapi juga berusaha ikut bergabung untuk bermain. Ini tandanya Si Kecil mulai beralih dari pola pikir “aku” ke “kita” yaitu belajar jadi bagian dari kelompok kecil.
Selain itu, mereka juga mulai terbiasa berpisah sementara dari Bunda. Walau awalnya mungkin sedih, mereka bisa menenangkan diri dalam waktu 10 menit. Pada masa ini, Si Kecil sudah mulai punya rasa aman dan percaya bahwa Bunda atau Ayah akan kembali menjemputnya.
Si Kecil juga sudah bisa bermain kooperatif dengan teman sebaya, seperti bergiliran, berbagi, dan berinteraksi saat bermain. Mereka bahkan bisa mulai permainan sendiri baik bermain sendirian maupun mengajak orang lain, tanpa perlu diarahkan. Artinya, telah tumbuh kreativitas dan inisiatif dari dalam diri Si Kecil.
Di usia ini, Si Kecil juga mulai senang bermain dramatis seperti pura-pura jadi memerankan seseorang atau tokoh tertentu. Lewat permainan ini, mereka melatih imajinasi dan mengasah kemampuan bercerita.
Anak usia 4 tahun
Di usia empat tahun, Si Kecil mulai menunjukkan perkembangan karakter yang makin kompleks pada aspek moral, sosial, hingga emosional. Di usia ini, mereka mulai penasaran dengan hal-hal seperti apa itu adil, mana yang baik dan buruk, atau kenapa sesuatu bisa disebut “boleh” atau “tidak boleh.”
Si Kecil juga mulai membentuk persahabatan yang lebih bermakna, bukan hanya sekadar main bersama saja. Mereka mulai tertarik karena punya kesamaan minat, selera humor, atau karena memang senang menghabiskan waktu bersama. Dari sini, Si Kecil belajar banyak hal seperti berbagi, memahami perasaan teman, dan bahkan melakukan hal baik demi membahagiakan orang lain.
Bermain pura-pura atau dramatis masih jadi favorit mereka di usia ini. Mereka bisa bermain rumah-rumahan atau berpura-pura menjadi binatang. Aktivitas ini adalah cara mereka mengembangkan kemampuan bercerita, berkomunikasi, dan mencoba memahami berbagai peran dalam kehidupan.
Kemampuan empatinya juga makin terasa. Anak usia empat tahun sudah bisa menghibur temannya yang sedang sedih, misalnya dengan memeluk, menawarkan mainan, atau sekadar menemani.
Si Kecil mulai bisa menyesuaikan perilaku tergantung situasi. Mereka tahu kalau di perpustakaan harus tenang, tapi bebas tertawa saat di taman bermain. Di sini, mereka mulai memahami aturan sosial di berbagai lingkungan dan belajar untuk menyesuaikan diri dengan sopan.
Di usia ini, mereka juga makin senang membantu Bunda. Mungkin dengan belajar cara membersihkan atau menyiapkan makanan membuat Si Kecil menumbuhkan rasa peduli dan tanggung jawab dari usia dini. Kosakata emosi mereka juga makin banyak. Dengan menyebutkan emosi secara lebih spesifik, Si Kecil jadi lebih mudah mengekspresikan perasaannya
Anak usia 5 tahun
Pada usia ini, karakter Si Kecil makin kuat terbentuk, yaitu karakter mandiri dan semakin bisa diajak kerja sama. Bunda mulai melihat Si Kecil bisa bermain secara bergiliran dan mengikuti aturan saat bermain dengan teman-temannya meskipun kadang masih butuh bimbingan.
Si Kecil juga senang diberi tanggung jawab kecil di rumah. Misalnya, menata sendok dan garpu sebelum makan atau menyimpan handuk di lemari. Walau terlihat sederhana, aktivitas ini mengajarkan mereka untuk membantu orang lain dan membentuk rasa peduli dalam keluarga.
Bunda juga akan melihat anak makin paham kapan harus bersikap serius dan kapan bisa santai, lho. Anak usia ini juga senang berkreasi dan mengekspresikan diri lewat menyanyi, menari, atau menampilkan karya mereka di depan orang lain. Jangan kaget kalau mereka datang ke Bunda sambil bilang, “Lihat aku!” atau “Aku bikin ini buat Bunda!”
Karakter mandiri mereka makin meningkat di usia lima tahun. Mereka bisa pakai baju sendiri, sikat gigi tanpa diingatkan, dan tahu apa yang mau dilakukan saat punya waktu luang misalnya memilih buku dan membacanya sendiri.
Anak usia 6 tahun ke atas
Saat Si Kecil berusia enam tahun, mereka akan semakin aktif menjelajah dunia luar. Banyak anak sudah mulai masuk sekolah, ikut les, olahraga, atau kegiatan seni, yang membuat mereka punya banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan lebih banyak orang, dari teman sebaya sampai orang dewasa yang baru mereka kenal. Fase ini penting untuk membentuk karakter dan keterampilan sosial mereka.
Di usia ini, anak juga mulai meniru perilaku teman-temannya. Kadang lucu, tapi kadang juga bikin Bunda harus tarik napas panjang. Si Kecil sedang mencoba memahami siapa dirinya dan bagaimana cara beradaptasi dalam kelompok sosial. Peran Bunda sangat penting untuk membimbing mereka dengan memberi tahu mana perilaku yang baik untuk ditiru dan yang bukan untuk ditiru.
Mereka bisa merasa sedih saat melihat temannya kecewa, atau ikut senang saat orang lain berhasil. Bahkan mereka sudah bisa menghibur dengan cara yang lebih dewasa, seperti memberikan semangat atau memeluk dengan tulus.
Bunda, itulah bagaimana proses pembentukan karakter anak sesuai dengan usianya. Karakter mereka akan berubah seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, penting untuk Bunda dan Ayah tetap membimbing mereka agar memiliki karakter yang baik.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)