Jakarta -
Bunda sering mengalami mual dan muntah diawal kehamilan? Ini sering disebut morning sickness. Mengapa mual dan muntah saat hamil disebut morning sickness.
Morning sickness merupakan istilah untuk menggambarkan mual dan muntah yang dialami oleh ibu hamil. Namun istilah ini sebenarnya kurang tepat.
Mual muntah pada kehamilan atau nausea and vomiting in pregnancy (NVP) tidak hanya terjadi di pagi hari seperti namanya. Sebaliknya, kondisi ini dapat berlangsung sepanjang hari dan memengaruhi sebagian besar ibu hamil dengan angka prevalensi lebih dari 90 persen.
Bagi sebagian orang, gejala ini ringan dan hilang setelah trimester pertama. Namun bagi Bunda yang lain, gejala mual dan muntah bisa sangat parah bahkan mengubah hidup selama kehamilan.
Jadi, mengapa ya mual dan muntah pada ibu hamil disebut morning sickness walaupun tidak selalu terjadi di pagi hari? Mari kita bahas di sini, Bunda.
Mengapa mual dan muntah saat hamil disebut morning sickness?
Mengutip dari The Conversation, sebuah penelitian baru-baru ini meminta ibu hamil mencatat gejala mual dan muntah setiap jam selama 7 minggu pertama kehamilan. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun puncak gejala sering terjadi pada pagi hari.
Meski demikian, jumlah perempuan yang mengalami mual dan muntah sore hingga malam hampir sama banyaknya. Hal tersebut memperkuat fakta bahwa istilah 'morning sickness' tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan.
Morning sickness atau lebih tepatnya mual dan muntah saat hamil terjadi karena perubahan hormon. Hormon saat kehamilan yakni hCG (human chronionic gonadotropin) yang menyebabkan Bunda mengalami morning sickness.
Hormon tersebut bisa merangsang pusat kimia di otak sehingga menyebabkan mual dan muntah saat hamil. Belum lagi hormon kehamilan lainnya, progesteron.
Hormon progesteron bisa membuka otot sfingter esofagus, saluran pencernaan yang menghubungkan mulut dan lambung. Hal ini membuat makanan Bunda mudah keluar dari lambung sehingga menyebabkan mual dan muntah.
Stigma negatif terkait morning sickness
Jadi sebenarnya istilah morning sickness yang menggambarkan mual muntah pada ibu hamil kurang tepat. Ketidakakuratan istilah ini berkontribusi pada stigma dan sering kali menghambat pemahaman serta penanganan efektif terhadap kondisi ini.
Menurut sejarah, mual dan muntah pada ibu hamil pernah dianggap sebagai gangguan psikologis pada awal abad ke-20. Pada masa itu, banyak yang percaya bahwa gejala morning sickness timbul karena wanita tidak bahagia dengan kehamilannya atau mencari perhatian. Pemikiran tersebut tidak hanya keliru, tapi juga melanggengkan stigma terhadap ibu hamil yang berjuang dengan gejala ini.
Penelitian menyebutkan bahwa mual dan muntah pada kehamilan sebenarnya memiliki fungsi perlindungan, yaitu melindungi ibu dan janin dari paparan zat-zat berbahaya. Namun argumen ini sering kali disalahartikan sebagai 'takdir alami' yang harus diterima dengan lapang dada.
Menganggap kondisi ini sebagai hal wajar justru sebenarnya bisa mengabaikan beban fisik dan mental yang dirasakan para ibu hamil. Ingat, setiap ibu hamil mengalami mual dan muntah kehamilan dengan tingkat keparahan yang berbeda.
Penanganan yang sensitif dan komprehensif berdasarkan evaluasi fisik, mental, serta emosional sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas hidup ibu hamil serta mencegah dampak jangka panjang yang merugikan saat mengalami morning sickness.
Kehamilan memang sebuah perjalanan istimewa, namun tidak berarti ibu hamil harus menanggung beban 'morning sickness' sendirian.
Dampak serius morning sickness pada kehamilan
Pada kasus yang parah, kondisi mual dan muntah dapat berkembang menjadi hiperemesis gravidarum, yang memengaruhi hingga 3,6 persen ibu hamil. Hiperemesis gravidarum ditandai dengan mual dan muntah yang ekstrem sehingga sulit bagi ibu hamil makan maupun minum.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, hingga kekurangan gizi. Selain itu, dampaknya terhadap kesehatan emosional, mental, dan fisik juga sangat besar. Beberapa bumil bahkan harus berhenti bekerja, kesulitan mengurus diri sendiri, hingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum pun dikaitkan dengan risiko komplikasi kehamilan, seperti berat badan lahir rendah pada bayi, serta dampak psikososial yang signifikan. Studi terbaru melaporkan tingginya angka pemikiran untuk mengakhiri kehamilan bahkan ide bunuh diri di antara penderitanya.
Kondisi ini jelas membutuhkan perhatian dan penanganan serius, namun sering kali diremehkan karena dianggap sebagai bagian wajar dari kehamilan.
Tips mengurangi gejala morning sickness
Bagi ibu hamil, morning sickness bisa menjadi tantangan besar karena rasa mual dan muntah sering kali membuat makanan sulit diterima tubuh. Namun ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejalanya, antara lain:
1. Makan dalam porsi kecil tapi sering
Dibanding langsung makan banyak, coba konsumsi makanan dalam porsi kecil beberapa kali sehari. Hal ini dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mengurangi rasa mual.
2. Hindari makanan pemicu mual dan muntah
Jauhi makanan yang berbau tajam, pedas, berlemak, atau terlalu manis, seperti kue tart, brownies, dan minuman dingin. Sebaliknya, pilih makanan yang lebih ringan dan segar, seperti roti gandum, kentang rebus, jus buah segar, atau kacang hijau.
3. Konsumsi jahe
Jahe dikenal sebagai salah satu bahan alami yang efektif mengatasi mual. Baik dalam bentuk permen, teh, atau maupun makanan, jahe dapat membantu memperbaiki gerakan saluran pencernaan tanpa efek samping. Menurut penelitian, jahe juga mengandung hormon dopamin dan serotonin yang berperan dalam mengatur suasana hati dan fungsi pencernaan.
4. Cobalah akupresur
Berdasarkan data yang dirilis SOGC Clinical Practice Guideline The Management of Nausea and Vomiting, akupresur merupakan teknik menekan titik tertentu pada tubuh. Teknik ini telah digunakan selama ribuan tahun untuk mengatasi mual.
Salah satu titik yang efektif adalah titik Nei Guan (P6) yang terletak tiga jari di bawah pergelangan tangan. Menekan area ini secara perlahan dapat membantu meredakan rasa mual. Akupresur merupakan metode yang sederhana, aman, dan dapat dilakukan sendiri.
Dengan langkah tersebut, morning sickness dapat lebih dikelola sehingga Bunda tetap bisa menjalani kehamilan dengan lebih nyaman. Namun jika gejala morning sickness semakin memburuk atau tidak tertahankan, segera konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)