Kearifan lokal Indonesia merupakan warisan budaya yang tak ternilai. Di setiap sudut Nusantara, Si Kecil dapat menemukan berbagai bentuk kearifan lokal yang mencerminkan kebijaksanaan masyarakat setempat dalam menjaga harmoni alam dan hubungan sosial.
Contoh kearifan lokal di masyarakat dapat dilihat melalui tradisi upacara adat, praktik pertanian, hingga cara hidup yang selaras dengan alam. Kearifan ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga menjadi panduan hidup yang berharga hingga kini.
Kearifan lokal juga memiliki berbagai fungsi yang sangat beragam, mulai dari menjaga kelestarian alam hingga memperkuat identitas budaya suatu daerah. Sistem irigasi tradisional seperti Subak di Bali bukan sekadar metode pengairan sawah, namun juga termasuk kearifan lokal yang membuat yang berkaitan dengan alam.
Kearifan lokal juga menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus mengikat masyarakat dalam kesatuan nilai. Ciri-ciri kearifan lokal bisa dilihat dari cara masyarakat mengadaptasi pengetahuan dan kebiasaan yang telah diwariskan turun-temurun. Hal ini mencakup pemahaman terhadap lingkungan setempat, kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit, serta kebijaksanaan dalam menghadapi perubahan zaman.
Ciri-ciri ini terlihat jelas dalam kearifan lokal masyarakat pedesaan yang hidup bergantung pada pertanian dan alam. Bentuk kearifan lokal di Indonesia sangat beragam, mulai dari nilai-nilai budaya hingga praktik-praktik ekologis yang berkelanjutan.
Di berbagai daerah, Si Kecil dapat menemukan tradisi unik yang mencerminkan kedekatan masyarakat dengan alam dan cara mereka menjaga keseimbangan sosial. Dalam konteks modern, kearifan lokal Indonesia tidak hanya dianggap sebagai bagian dari warisan budaya, tetapi juga sebagai solusi bagi berbagai tantangan global seperti perubahan iklim dan keberlanjutan.
Penggunaan sumber daya alam yang bijaksana, penghormatan terhadap alam, serta kehidupan berbasis komunitas menjadi contoh konkret bagaimana kearifan lokal dapat memberikan kontribusi signifikan bagi dunia. Dengan berbagai contoh kearifan lokal yang masih hidup dan lestari di berbagai daerah, Si Kecil dapat memahami bahwa budaya tradisional berperan dalam menghadapi tantangan zaman.
Melalui kearifan lokal, Si Kecil juga dapat belajar bagaimana menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi, serta bagaimana memahami dan menghargai keunikan Indonesia yang kaya akan budaya dan kebijaksanaan lokal.
Pengertian kearifan lokal
Kearifan lokal adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, dijadikan acuan dalam bertingkah laku sehari-hari masyarakat setempat. Kearifan lokal juga sering dikatakan sebagai entitas yang menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya.
Hal itu berarti bahwa kearifan lokal di dalamnya berisi unsur kecerdasan kreativitas dan pengetahuan lokal dari para elit dan masyarakatnya, yang menentukan dalam pembangunan peradaban masyarakat seperti dikutip dari buku Buku Ajar Kearifan Lokal Daerah Sumatera Selatan oleh Syarifuddin.
Fungsi-fungsi kearifan lokal
Dalam buku MEMBUMIKAN KEARIFAN LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI oleh Dr. Patta Rapanna, S.E., M.Si. dijelaskan tentang fungsi-fungsi kearifan lokal. Berikut deretannya:
- Sebagai pemberian petuah, kepercayaan, seni sastra dan pantangan.
- Untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
- Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
- Untuk pengembangan sumber daya manusia.
- Memiliki makna sosial, misalnya pada khanduri biang yang menjadi tradisi masyarakat Aceh.
- Memiliki makna yang mengandung etika dan moral.
- Memiliki makna politik, misalnya seperti Upacara Kerja Tahun.
- Memiliki makna sosial misalnya seperti upacara integrasi kerabat, yaitu hubungan sosial yang diikat oleh pertalian darah dan perkawinan.
Ciri-ciri kearifan lokal
Dalam buku Pengetahuan, Kearifan Lokal, Pangan dan Kesehatan oleh F.G. Winarno dijelaskan mengenai ciri-ciri kearifan lokal. Berikut deretannya:
- Menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan seseorang tentang etika dan nilai-nilai moral.
- Kearifan lokal harus mengajarkan orang untuk mencintai alam, tidak menghancurkannya.
- Kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua.
- Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.
- Dapat bertahan di tengah gempuran budaya luar yang semakin masif.
- Memiliki kemampuan menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur luar.
- Mempunyai kemampuan penggabungan atau pembaruan terhadap masuknya budaya luar dalam budaya asli.
- Mempunyai kemampuan mengendalikan dan memberi arah pada perkembangan budaya.
9 Contoh kearifan lokal
Mengutip buku Buku Ajar Kearifan Lokal Daerah Sumatera Selatan oleh Syarifuddin terdapat contoh-contoh kearifan lokal yang dapat dipelajari Si Kecil. Berikut deretannya:
1. Hutan larangan adat (Desa Rumbin Kecamatan Kampar Provinsi Riau)
Kearifan lokal ini dirancang dengan tujuan agar masyarakat setempat bersatu dalam menjaga kelestarian hutan di daerah tersebut. Salah satu aturannya adalah larangan untuk menebang pohon di hutan bertujuan untuk melindungi ekosistem alam.
Jika ada yang melanggar aturan ini, akan dikenakan sanksi berupa denda. Hukuman yang diberlakukan bisa berupa beras seberat 100 kg atau denda uang sebesar Rp6.000.000, sebagai bentuk konsekuensi atas tindakan tersebut.
2. Bebie (Muara Enim-Sumatera Selatan)
Bebie adalah sebuah tradisi yang melibatkan kegiatan menanam dan memanen padi secara gotong royong. Tujuan dari kebersamaan ini adalah agar proses panen dapat diselesaikan dengan cepat dan efisien berkat kerja sama seluruh anggota masyarakat.
Setelah panen berhasil diselesaikan, masyarakat akan mengadakan perayaan sebagai wujud rasa syukur. Perayaan ini menjadi simbol keberhasilan panen dan ungkapan rasa syukur atas hasil yang melimpah.
3. Kenduri (Bedoyo-Jawa)
Tradisi Kenduri tetap dilestarikan oleh masyarakat Bedoyo. Tanpa memandang usia, semua kalangan dapat berpartisipasi dalam menjalankan tradisi ini.
Kelompok usia 46-55 tahun mendapatkan persentase yang paling tinggi dalam melaksanakan kenduri, yaitu sebesar 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia tersebut sangat berperan dalam menjaga tradisi Kenduri tetap hidup.
4. Ruwahan (Jawa)
Tradisi Ruwahan menjelang bulan Ramadhan paling banyak dilakukan oleh kelompok usia 46-55 tahun, dengan persentase sebesar 23,3 persen. Kelompok umur ini memiliki jumlah partisipasi tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya dalam menjalankan tradisi tersebut.
Mengutip buku MEMBUMIKAN KEARIFAN LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI oleh Dr. Patta Rapanna, S.E., M.Si. terdapat contoh kearifan lokal yang dapat dipelajari Si Kecil. Berikut deretannya:
5. Kepercayaan Te Aro Neweak Lako (Papua)
Te Aro Neweak Lako yang berarti alam adalah aku merupakan keyakinan masyarakat Papua, hal ini memandang alam sebagai bagian dari diri sendiri. Dalam kepercayaan ini, Gunung Erstberg dan Grasberg dianggap sebagai kepala dari Mama mewakili figur alam yang melindungi dan memberi kehidupan.
Pada dasarnya, tanah dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, sehingga masyarakat Papua memanfaatkan sumber daya alam dengan penuh kehati-hatian. Keyakinan ini mendorong mereka untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam dalam setiap tindakan pemanfaatan sumber daya yang ada.
6. Celako Kumali (Serawai-Bengkulu)
Kelestarian lingkungan tercipta berkat kuatnya keyakinan masyarakat terhadap konsep Celako Kumali, yaitu sebuah sistem nilai yang melarang tindakan tertentu dalam kegiatan berladang. Aturan ini melindungi agar alam tetap terjaga dengan baik melalui penerapan tata nilai tabu.
Selain itu, tradisi tanam tanjak juga berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Tradisi ini mengatur cara bercocok tanam yang selaras dengan alam, sehingga kelestarian ekosistem tetap terpelihara.
7. Tana'ulen (Dayak Kenyah-Kalimantan Timur)
Tradisi ini berfungsi sebagai pelindung dalam pengelolaan tanah yang diatur berdasarkan hukum adat. Aturan adat memastikan bahwa tanah dikelola dengan bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat disana.
Selain itu, kawasan hutan yang ada berada di bawah kendali dan menjadi milik masyarakat adat. Kepemilikan ini memberikan mereka hak untuk menjaga dan memanfaatkan hutan sesuai dengan aturan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
8. Penetapan masa Bera (Undau Mau-Kalimantan Barat)
Masyarakat ini mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dan menetapkan masa Bera. Selain itu, mereka juga mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
9. Awig-awig (Bali dan Lombok)
Awig-awig merupakan peraturan yang berfungsi untuk mengatur tata krama dalam kehidupan bermasyarakat. Peraturan ini bertujuan untuk menjaga harmoni dan ketertiban di antara anggota masyarakat.
Dengan adanya awig-awig, diharapkan tercipta tatanan kehidupan yang stabil dan teratur dalam masyarakat. Peraturan ini berperan penting dalam menciptakan keteraturan sosial yang berkelanjutan.
Itulah contoh kearifan lokal Indonesia yang menarik untuk diketahui. Semoga bermanfaat untuk pengetahuan Si Kecil, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)