Jakarta -
Bekerja dari jarak jauh atau work from anywhere (WFA) telah menjadi pilihan populer bagi karyawan di berbagai industri. Sistem kerja ini memberikan banyak manfaat bagi karyawan. Namun, apakah WFA akan bertahan di 2025?
Menurut survei WTW’s 2024 Flexible Work Models Pulse, tren kerja fleksibel berangsur-angsur bergeser karena 61 persen perusahaan di Amerika Serikat telah menerapkan bekerja di kantor selama beberapa hari minimum dalam seminggu.
Laporan tersebut mengatakan dorongan di balik mandat kerja di kantor adalah meningkatkan keterlibatan karyawan dalam tim (84 persen), memperkuat budaya perusahaan (71 persen), dan meningkatkan produktivitas kolektif dengan mendorong interaksi personal tim (64 persen).
Namun, di sisi lain keinginan karyawan untuk bekerja jarak jauh meningkat. Menurut survei WTW’s Global Benefit Attitudes, sebanyak 53 persen pekerja jarak jauh bersikeras mereka akan berganti pekerjaan dalam waktu 12 bulan jika pemberi kerja mewajibkan kebijakan full work from office (WFO).
Selain itu, sebanyak 48 persen pekerja hybrid dan jarak jauh setuju bahwa mereka akan menerima pemotongan gaji rata-rata delapan persen untuk mendapatkan fleksibilitas kerja.
Ketika para pekerja melawan kebijakan full WFO,survei menemukan bahwa perusahaan mulai melonggarkan pendekatan mereka. Sebanyak 59 persen saat ini tidak mempromosikan untuk membawa karyawan kembali ke kantor, dan 27 persen meningkatkan fasilitas kantor.
Survei menduga bahwa upaya tersebut disebabkan oleh kekhawatiran akan peningkatan pengurangan karyawan jika kebutuhan karyawan tidak diperhitungkan.
Pakar pastikan ‘Work From Anywhere’ masih bertahan di 2025
CEO Cloudbrink, Prakash Mana, mengatakan WFA tidak akan hilang. “Perusahaan yang berpikiran maju mengambil pelajaran yang mereka peroleh dari mendukung pekerja rumahan selama pandemi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien bagi karyawan di luar kantor,” ujarnya, dikutip dari laman Forbes, Selasa (31/12/2024).
Ia menunjukkan, meskipun media memberi perhatian pada perusahaan-perusahaan besar yang memerintahkan full WFO pada 2024, lebih dari dua pertiga pengusaha AS memiliki beberapa jenis fleksibilitas kerja jarak jauh.
Prakash mengatakan tren ini dapat diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2025 dan seterusnya karena dua alasan.
“Pertama, Gen Z, generasi pertama yang benar-benar mengutamakan digital, dengan cepat menjadi kumpulan bakat baru yang utama. Kedua, konektivitas jarak jauh yang aman kini menawarkan kecepatan, kinerja, dan keamanan yang sesuai dengan lingkungan di kantor.”
CEO Betterworks, Doug Dennerline, juga memprediksi bahwa sistem kerja hybrid akan tetap ada. Ia mengatakan yakin bahwa sistem kerja full WFO dapat menyebabkan orang-orang berbakat meninggalkan pekerjaan mereka.
Sementara itu, Wakil Presiden Senior SDM dan Administrasi Foxwoods Resort Casino, Dale Merrill, menyarankan para pengusaha sebaiknya memberikan kebijakan sistem kerja hybrid untuk para karyawannya.
“Pengusaha harus bersikap strategis dalam penjadwalan karena ada kalanya menggabungkan hari-hari di kantor dan bekerja dari jarak jauh masuk akal dan justru lebih bermanfaat bagi tim,” ujar Merill.
“Transparansi akan tetap penting, menjelaskan mengapa peran tertentu memerlukan kehadiran di tempat dan kapan. Lingkungan kerja yang positif tidak dapat dibangun kecuali kamu mendengarkan tim, menghormati batasan, dan mengadaptasi keselarasan kehidupan kerja yang pragmatis,” sambungnya.
Nah, itulah penjelasan pakar terkait sistem kerja work from anywhere (WFA) di 2025. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)