Jakarta -
ASI dikenal mengandung beragam nutrisi penting terutama selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Kenali beragam zat gizi yang terkandung dalam ASI dan manfaatnya yuk.
Pemberian ASI tidak saja bermanfaat bagi para ibu tetapi juga tentunya bayi. Bagi bayi, pemberian ASI dapat melindungi mereka dari infeksi dan mengurangi risiko masalah kesehatan di kemudian hari, termasuk diabetes, obesitas, dan asma.
Bagi ibu, pemberian ASI membantu rahim berkontraksi dan pendarahan berhenti lebih cepat setelah melahirkan. Pemberian ASI juga dapat mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium, serta menjadi cara yang baik bagi ibu untuk menjalin ikatan dengan bayinya seperti dikutip dari laman American Pregnancy.
Secara luas, manfaat pemberian ASI sangatlah banyak ya, Bunda. ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi yang baru lahir karena banyak komponen dalam ASI yang membantu melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. Protein dalam ASI lebih mudah dicerna dibandingkan dengan susu formula atau susu sapi. Kalsium dan zat besi dalam ASI juga lebih mudah diserap.
Beragam zat gizi yang terkandung dalam ASI
ASI sedianya mengandung beragam zat gizi yang penting bagi kesehatan bayi ya, Bunda. Berikut ini beberapa komponen penting zat gizi dalam ASI yang perlu Bunda ketahui:
1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50 persen kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3.5 - 4.5 persen. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI.
Kadar kolesterol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi, tetapi ternyata penelitian Osborn membuktikan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit jantung koroner pada usia muda.
Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk merangsang pembentukan enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efektif pada usia dewasa.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7g). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0.9 persen. Sebanyak 60 persen di antaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Kecuali mudah dicerna, dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.
Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedang taurin untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim pengurai tirosin ini belum ada.
4. Garam dan mineral
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah. ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi.
Bayi yang mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetpii (otot kejang) karena, hipokalsemia. Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium.
Kandungan zat besi ASI dan susu sapi tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan lebih banyak (> 50 persen). Dalam badan bayi terdapat cadangan zat besi, disamping itu ada zat besi yang berasal dari eritrosit yang pecah, bila ditambah dengan zat besi yang berasal dari ASI, maka bayi akan mendapat cukup zat besi sampai usia 6 bulan. Zat besi pada makanan lain bisa lebih tinggi namun kurang diserap dengan baik, hanya sekitar 10 persen.
Seng diperlukan untuk tumbuh kembang sistem imunitas dan mencegah penyakit-penyakit tertentu seperti akrodermatitis enter opatika (penyakit yang mengenai kulit dan sistem pencernaan dan dapat berakibat fatal). Bayi yang mendapat ASI cukup mendapatkan seng, sehingga terhindar dari penyakit ini.
5. Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap.
ASI, terutama kolostrum juga mengandung vitamin E. Demikian juga vitamin D, tetapi bayi prematur atau kurang mendapat sinar matahari (di negara empat musim), dianjurkan mendapat suplementasi vitamin.
6. Zat protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit, karena adanya zat protektif dalam ASI.
7. Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur.
Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan Laktobasilus bifidus. Susu sapi tidak mengandung faktor ini.
8. Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml, tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu Stafilokokus dan E. coli yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya. Disamping itu, laktoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur kandida.
8. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakteriosidal) dan antiinflamatori, bekerja bersama peroksida, dan askorbat untuk menyerang E-coli dan sebagian keluarga Salmonela. Konsentrasinya dalam ASI sangat banyak dan merupakan komponen terbesar dalam fraksi whey ASI.
Keaktifan lisozim ASI beberapa ribu kali lebih tinggi dibanding susu sapi. Lisozim stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan lambung, sehingga masih banyak dijumpai lisozim dalam tinja bayi. Keunikan lisosim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisosim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran.
Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisosim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini.
9. Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini, walaupun kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemotaktik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI.
10. Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut.
11. Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin, yaitu secretory IgA (SlgA), IgE, IgM dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SlgA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya, sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke alam mukosa usus.
Mekanisme pembentukan antibodi pada ASI adalah sebagai berikut: Apabila ibu mendapat infeksi, maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernapasan yang ditransfer disebut Bronchus Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer melalui Gut Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (GALT).
Tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi bakteri E. coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E. coli dalam tinja bayi tersebut rendah. Di dalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E. coli, juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap Salmonella typhi, Shigela dan antibodi terhadap virus, seperti rotavirus, polio, dan campak. Antibodi terhadap rotavirus tinggi dalam kolostrum, yang turun pada minggu pertama, bertahan sampai umur 2 tahun.
Dalam ASI juga didapati antigen terhadap hedcobacter jejuni penyebab diare. Kadarnya dalam kolostrum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian menetap selama menyusui seperti dikutip dari laman Dinkes.kulonprogokab.
12. Imunitas seluler
ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar (90 persen) sel tersebut berupa makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin. Sisanya (10 persen) terdiri dari limfosit B dan T.
Angka leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml, setara dengan angka leukosit darah tepi, tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa polimorfonuklear dan mononuklear. Dengan meningkatnya volume ASI angka leukosit menurun menjadi 2000/ml. Walaupun demikian kapasitas antibakterinya sama sepanjang stadium laktasi.
Konsentrasi faktor antiinfeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SIgA, laktoferin, lisozim, dan sel seperti makrofag, neutrofil dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding ASI matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi faktor antiinfeksi dalam ASI.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)