Jakarta -
Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh seperti anak-anak normal pada umumnya. Meski begitu, beberapa anak mungkin mengalami kondisi tunagrahita atau yang sering juga disebut dengan disabilitas intelektual (DI).
Anak yang mengalami DI mengalami perkembangan intelegensia di bawah rata-rata yang menyebabkan anak tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi ini biasanya mulai terlihat dengan gejala di mana kemampuan anak jauh dari milestone usianya.
Tidak hanya itu, ketika anak mengalami DI, kecerdasannya pun akan terbatas, sehingga anak sulit untuk hidup dengan mandiri.
Apa itu tunagrahita?
Dikutip dari laman WebMD, tunagrahita merupakan kondisi yang ditandai dengan kecerdasan atau kemampuan mental di bawah rata-rata. Selain itu, mereka juga kurang terampil dalam kehidupan sehari-hari.
Anak dengan kondisi tunagrahita bisa mempelajari keterampilan baru yang diajarkan oleh mereka. Namun, mereka cenderung mempelajarinya dengan lebih lambat.
Penyebab tunagrahita pada anak?
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Rita Andriyani, Sp.A(K), umumnya tunagrahita atau DI disebabkan oleh faktor genetik. Namun, ada pula faktor lain yang memengaruhinya, yakni sebagai berikut:
- Nutrisi anak
- Stimulasi
- Masalah saat persalinan seperti bayi lahir prematur atau berat bayi lahir rendah (BBLR)
- Gangguan perkembangan lain yang menyertai seperti down syndrome
10 ciri-ciri tunagrahita pada anak
Ciri-ciri tunagrahita pada anak dapat dilihat dari kesehariannya. Berikut deretannya seperti dikutip dari laman WebMD:
- Anak berguling, duduk, merangkak, dan berjalan terlambat
- Terlambat bicara atau kesulitan bicara
- Lambat menguasai hal-hal seperti toilet training, berpakaian, serta makan sendiri
- Kesulitan mengingat sesuatu
- Ketidakmampuan untuk menghubungkan tindakan dengan konsekuensi
- Masalah perilaku seperti tantrum yang meledak-ledak
- Kesulitan dengan pemecahan masalah atau pemikiran logis
- Kejang
- Gangguan mood seperti kecemasan
- Masalah penglihatan dan pendengaran
Diagnosis tunagrahita
Dokter Rita mengatakan bahwa cara mengetahui anak mengalami tunagrahita adalah dengan melakukan tes intelligence quotient (IQ). Anak dengan tunagrahita umumnya memiliki skor IQ di bawah 70.
Tes IQ ini bisa dilakukan pada anak untuk berusia di atas enam tahun. Sementara itu, anak di bawah enam tahun bisa melakukan tes lain yang dinamakan tes Griffith.
"Tes IQ ini baru bisa dilakukan ketika anak berusia di atas 6 tahun. Ketika Si Kecil berusia 0-6 tahun, mereka bisa melakukan tes lain yang disebut dengan tes Griffith, sebuah tes perkembangan yang cukup detail untuk mengetahui developmental quotient pada anak," jelas dr. Rita ketika diwawancara HaiBunda, beberapa waktu lalu.
Perlu diketahui bahwa anak normal umumnya memiliki skor IQ sekitar 90 sampai 110. Jika skornya mencapai 110 sampai 120, Si Kecil pun dikategorikan sebagai IQ di atas rata-rata.
"IQ di atas 120 dikategorikan sebagai superior," ujarnya.
Komplikasi tunagrahita
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, banyak perbedaan dalam otak yang menyebabkan dan berkontribusi terhadap disabilitas intelektual. Beberapa kondisi medis dan kesehatan mental bisa terjadi bersamaan dengan tunagrahita, Bunda.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- ADHD atau Attention-deficit/hyperactivity disorder
- Gangguan pengendalian impuls
- Gangguan suasana hati, terutama gangguan kecemasan dan depresi
- Gangguan gerakan
Cara mendampingi anak dengan kondisi tunagrahita
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Zinkevych
Ketika anak didiagnosis dengan tunagrahita, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mendampingi mereka tumbuh dan berkembang. Berikut ini deretannya menurut dr. Rita:
1. Masukkan ke sekolah yang sesuai
Ketika anak didiagnosis dengan tunagrahita, Bunda perlu memasukkan Si Kecil ke sekolah yang sesuai dengan kondisinya. Menurut dr. Rita, ini adalah kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua.
"Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua dengan anak disabilitas intelektual adalah memasukkan ke sekolah yang salah. Jika anak jelas memiliki kondisi dan terdiagnosis dengan DI, sebaiknya anak masuk ke sekolah khusus agar kemampuannya berkembang sesuai potensinya," tuturnya.
2. Kembangkan kemampuan lain
Meski mengalami disabilitas intelektual, bukan berarti anak tidak memiliki kemampuan dan bakat lain. Oleh karena itu, ada baiknya Bunda fokus pada kemampuan lain yang dimiliki anak.
"Anak dengan DI dapat memahami berbagai kegiatan seperti menari, bernyanyi, memasak, olahraga, dan sebagainya. Ada baiknya Bunda membantu Si Kecil mengembangkan bakatnya tersebut. Hal ini dapat dikembangkan di sekolah khusus atau ikut kegiatan di luar sekolah yang berhubungan dengan bakat/minat anak," kata dr. Rita.
3. Berikan terapi yang tepat
Terapi untuk mengatasi tunagrahita perlu disesuaikan dengan kondisinya. Oleh karena itu, Bunda perlu memeriksakan Si Kecil ke dokter terlebih dahulu.
Adapun terapi yang mungkin diberikan pada anak tunagrahita adalah sebagai berikut:
- Terapi sensori integrasi
- Terapi okupasi
- Terapi wicara
- Terapi perilaku
Cara orang tua mencegah tunagrahita pada anak
Penyebab tunagrahita pada anak bisa dicegah, Bunda. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, berikut ini deretannya:
1. Menjaga kesehatan saat hamil
Ketika hamil, Bunda dilarang untuk mengonsumsi alkohol. Selain itu, pastikan Bunda mendapatkan perawatan prenatal yang tepat serta mengonsumsi vitamin yang baik.
Pastikan juga Bunda mendapatkan vaksinasi terhadap penyakit menular tertentu untuk menurunkan risiko anak lahir dengan disabilitas intelektual.
2. Lakukan tes tertentu
Saat hamil, Bunda bisa lakukan tes tertentu seperti USG dan amniosentesis untuk mengetahui adanya masalah terkait tunagranita.
3. Pengujian sebelum hamil
Ketika Bunda dan Ayah memiliki riwayat kelainan genetik, ada baiknya melakukan pengujian genetik sebelum memutuskan untuk hamil.
Demikian informasi tentang tunagrahita pada anak, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)