Tidak mudah buat Bunda memiliki anak spesial dengan berbagai kondisi. Itu juga yang dirasakan oleh Bunda Dita Oktaviani. Melalui akun tiktok pribadinya @dita.oktaviani, Bunda Dita menceritakan pengalamannya melahirkan putra keduanya Idris.
Menurut Bunda Dita, kelahiran sang putra merupakan titik terendah yang mengubah hidupnya menjadi istimewa yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
"Ternyata titik terendah hidupku adalah ketika melahirkan anak keduaku Idris. Tapi Allah mengubahnya dengan kejadian yang teristimewa dalam hidupku," kata Bunda Dita. HaiBunda sudah mendapat izin untuk menuliskan kisah ini.
Bunda Dita menceritakan awal putranya Idris lahir pada 2021 saat COVID-19 dan hanya bisa ditemani oleh satu orang yakni suaminya. Meski begitu, Bunda Idris bersyukur karena proses persalinan berjalan lancar.
Si Kecil alami sindaktili saat lahir
"Proses persalinan SC dan alhamdulillah lancar meski aku harus disuntik anastesi beberapa kali karena ga masuk-masuk tapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa syukurku karena anakku akan lahir," tuturnya.
Menurut Bunda Dita, awalnya dokter tak menjelaskan kondisi putranya yang terlahir spesial. Ia langsung bersyukur karena bayi keduanya lahir selamat.
"Dokter bilang bu anak itu semua normal ya. Aku pun berucap syukur dan melihat anakku pertama kali. Akhirnya aku udah masuk ke ruangan dan sore aku sudah melihat anakku. Masyaallahtabarakallah anak sholeh ucapku, tiada henti bersyukur," tuturnya.
Singkat cerita, Bunda Dita syok melihat kondisi putranya di pertemuan kedua. Ia baru menyadari kalau jari sang putra berbeda karena jari tengah dan jari manis tangan menempel.
"Ternyata tangan anakku berbeda, menempel jari manis dan jari tengahnya. Diperiksa tangan sebelahnya dan ternyata sama," tuturnya.
Kepada HaiBunda, Bunda Dita mengaku baru mengetahui kondisi putranya setelah lahir. Sejak di dalam kandungan tidak ada tanda-tanda putranya akan lahir dengan kondisi sindaktili.
Sindaktili adalah kelainan bawaan ketika dua atau lebih jari janin menyatu. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada proses pembelahan jari-jari janin.
"Idris lahir dengan sindaktili. Sindaktili pada Idris itu jari tengah dan jari manis tangan menempel. Waktu hamil Idris, belum tahu kalau kondisi Idris itu sindakili. Aku baru tahu setelah idris lahir," ucap Dita.
Ujian Bunda Dita dan suami saat putranya autisme
Foto: Getty Images/SDI Productions
Pertama kali mengetahui kondisi putranya Bunda Dita mengaku hancur. Bahkan dia sempat berteriak di rumah sakit dan memanggil suster melihat tangan sang putra. Ia juga tak kuasa menahan air mata sembari merintih sakit pasca operasi ceasar.
"Perasaan pertama kali mengetahui keadaan idris lahir dengan sindaktili pastinya hancur, takut dan khawatir Idris mengalami hal yang tidak baik, contohnya di-bully," ucapnya.
Bunda Dita juga merasa bersalah karena putranya terlahir dengan kondisi sindaktili. Tak hanya dirinya yang merasakan kesedihan, suaminya ikut bersedih dan berusaha mencari solusi bagaimana hidup putranya ke depan.
"Reaksi suami, pertama bingung kenapa bisa lahir dengan kondisi sindaktili dan mencari solusi harus bagaimana ke depannya," tuturnya.
Setelah berjalannya waktu, Bunda Dita sudah mulai menerima kondisi putranya Idris. Ia dan suami memutuskan melakukan operasi pada tangan Idris di usia 3 bulan.
"Kata dokter orthopedi anak min anak bisa operasi harus 5 kg, tapi tergantung kondisi anak masing-masing," kata Dita.
Idris alami autisme
Tak disangka ujian hidup Bunda Dita dan suami tak berhenti begitu saja. Memasuki usia 2 tahun, dokter mendiagnosa Idris mengalami autisme. Hati Bunda Dita pun seketika hancur saat tahu anaknya divonis autisme oleh dokter.
Menurut Bunda Dita, dokter yang menangani sang putra mengatakan tidak ada kaitannya antara sindaktili dan autisme yang dialami oleh putranya. "Sejauh ini dokter menjelaskan tidak ada kaitannya antara sindaktili dan autisme," tuturnya.
Bunda Dita mengaku menyadari putranya sedikit berbeda ketika umur 1 tahun 6 bulan. Menurut Bunda Dita, ada beberapa tanda putranya mengalami autisme.
"Di panggil tidak menengok, kontak mata minim, belum bisa berbicara, jalan jingjit, hand flapping, regresi (penurunan kemampuan) dan suka menyusun benda," kata Bunda Dita.
Berbagai cara pun dilakukan oleh Bunda Dita untuk pengobatan Idris. Menurutnya, sang putra menjalani terapi okupasi.
"Terapi ini bertujuan untuk membantu tumbuh kembang anak supaya tercapai kemandirian dalam kegiatan keseharian, kemampuan rawat diri, dan penggunaan waktu luangnya, termasuk mengasah motorik, sensorik juga kognitifnya supaya semakin baik," kata Bunda Dita.
Menurut Bunda Dita, selama terapi 1 tahun lebih, Idris mengalami perubahan signifikan. Sudah bisa merespons, lebih tenang sampai sudah bisa mengeluarkan beberapa kata.
"Alhamdulilah sudah ada kontak mata yang lama, sudah mau berbaur dengan orang, dipanggil sudah menengok, lebih tenang, sudah ada kata-kata keluar seperti mamam, papah, mamah, engga, nda," tuturnya.
Kini, Bunda Dita sudah menerima dengan ikhlas kondisi putranya. Ia justru bersyukur kepada Sang Pencipta menitipkan putra yang begitu spesial.
Bunda Dita pun memberikan pesan dan motivasi kepada Bunda-bunda di luar sana yang mengalami hal serupa seperti dirinya. Ia memberikan semangat untuk Bunda di luar sana agar tidak menyerah dan mengeluh.
"Nggak apa-apa kalian cape, kalian lelah, kalian mengeluh, atau sesekali kadang pingin menyerah, istirahat sejenak ya. Tapi selalu ingat kembali bahwa Allah ya Rahim menitipkan anak di rahim kita yang artinya kita punya rasa kasih sayang yang lebih untuk bisa membersamai anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang hebat, apapun kondisi anak kita yakini kita adalah orang yang bangga memiliki mereka," tuturnya.
Semoga kisah Bunda Dita tentang putranya mengalami sindaktili dan autisme menjadi motivasi untuk Bunda-bunda tetap semangat menjalani dan merawat putra putri spesialnya ya Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video berikut ini:
(pri/pri)
Loading...