Jakarta -
Perempuan yang pernah menerima perawatan kanker payudara tidak tertutup peluang untuk bisa menyusui kembali. Penelitian sebut bahwa Bunda penyintas kanker payudara dapat menyusui bayi dengan aman.
Perempuan yang menyusui setelah menjalani perawatan kanker payudara tidak berisiko tinggi mengalami kekambuhan atau kanker payudara baru, dua penelitian yang dipresentasikan di Kongres ESMO.
Dalam satu studi kohort retrospektif multisenter, peneliti mengevaluasi hampir 5.000 penyintas kanker payudara perempuan berusia 40 tahun atau lebih muda yang memiliki mutasi germline BRCA.
Hampir 25 persen perempuan yang melahirkan selama periode penelitian menyusui bayinya. Sedikit kurang dari setengahnya tidak dapat menyusui karena mastektomi bilateral profilaksis.
Setelah tindak lanjut rata-rata 7 tahun pasca persalinan, hasil menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kekambuhan kanker payudara atau diagnosis kanker payudara baru di antara wanita yang menyusui vs. mereka yang tidak (subdistribusi yang disesuaikan HR = 1,08; 95% CI, 0,57-2,06). Tingkat DFS dan OS juga tampak sebanding antara kelompok.
Studi kedua, uji coba POSITIVE melibatkan 518 perempuan muda dengan kanker payudara reseptor hormon positif dini yang menghentikan sementara terapi endokrin untuk mencoba hamil. Dan, menyusui tidak memengaruhi interval bebas kanker payudara
Peneliti melaporkan sembilan kejadian, tiga di antaranya adalah kekambuhan lokal. Pada 2 tahun setelah kelahiran hidup pertama, insiden kumulatif kejadian interval bebas kanker payudara tampak sebanding antara kelompok yang menyusui dan tidak menyusui (3,6 persen vs. 3,1 persen).
“Kami menggunakan informasi ini untuk mendidik pasien kami dan memberi tahu mereka bahwa menyusui aman, tetapi mereka mungkin menghadapi beberapa tantangan,” Ann H. Partridge, MD, MPH, director of the Adult Survivorship Program at Dana-Farber/Brigham and Women Cancer Center, dan peneliti pada kedua penelitian tersebut, seperti dikutip dari laman Healio.
“Kami membuat lembar pengajaran untuk pasien kami yang ingin hamil dan menyusui sehingga mereka dapat memperoleh panduan yang disesuaikan. Kabar baiknya adalah hal itu aman dan layak dilakukan.”
Patridge menemukan mengenai implikasi ari temuan ini dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi pengambilan keputusan bagi wanita yang menjalani perawatan kanker payudara.
Mengenai apakah ada bukti tentang risiko kekambuhan kanker payudara atau kanker baru setelah menyusui, Patridge mengatakan bahwa sangat sedikit bukti yang diketahui. Sebagian besar bukti bersifat anekdotal, dan tidak banyak data mengenai hasil pasien.
Kabar baiknya adalah penelitian ini memberikan cukup banyak data baru yang menunjukkan bahwa tampaknya aman, baik jika seseorang memiliki mutasi BRCA atau menghentikan terapi endokrin untuk kanker payudara. Tidak ada tanda-tanda adanya kerugian dalam hal hasil kanker payudara dalam dua penelitian yang sangat berbeda terhadap perempuan muda penyintas yang melahirkan bayi setelah kanker payudara.
Dari bukti baru yang diperoleh melalui uji klinis Positive atau uji klinis prospektif yang melibatkan perempuan yang terdaftar setelah menjalani terapi endokrin selama 18 hingga 30 bulan. Mereka kemudian menghentikan terapi endokrin untuk mencoba hamil. Pada tindak lanjut rata-rata 41 bulan, sekitar 75 persen melahirkan bayi hidup.
Di antara mereka yang melahirkan bayi hidup, sebagian besar yakni sekitar dua pertiga menyusui. Kami mengamati bagaimana mereka menyusui dan apakah mereka tampak melakukannya dengan baik seperti mereka yang tidak menyusui.
Dari penelitian lainnya yang merupakan kolaborasi di seluruh dunia yang mengamati pembawa mutasi BRCA1 dan BRCA2. Kami menilai beberapa hasil yang berbeda. Salah satunya adalah memiliki bayi setelah kanker payudara, yang telah kami buktikan tidak terkait dengan kerugian.
Kami ingin mengetahui apakah perempuan yang menyusui dan menyusui mengalami hasil yang lebih buruk daripada wanita yang memiliki bayi dan tidak menyusui, atau wanita yang tidak memiliki bayi. Jawabannya adalah tidak. Kami tidak melihat adanya penurunan hasil.
Lantas, apakah temuan ini berpotensi mengubah cara perempuan terkait hal tersebut? Menurut Patridge, bahwa baru saja diterbitkan studi kohort prospektif terpisah yang mengamati perempuan yang melahirkan bayi hidup.
Kami mensurvei mereka tentang pengalaman menyusui mereka. Kami menemukan bahwa banyak perempuan mampu menyusui, tetapi mereka mengalami kesulitan. Sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan menyusui dari sisi yang terkena kanker jika mereka menjalani radiasi di sana.
Kami bekerja sama dengan para pendukung pasien yang telah melahirkan bayi setelah kanker payudara untuk mengembangkan materi yang ditujukan kepada pasien guna memberikan dukungan yang lebih baik kepada para penyintas kanker payudara jika mereka memilih untuk menempuh jalan ini.
Tidak ada yang ingin melakukan ini sendirian, dan tidak banyak orang di luar sana yang mengajarkan para penyintas kanker payudara tentang cara menyusui, yang dapat menjadi tantangan bahkan bagi perempuan tanpa riwayat kanker.
Karenanya, bagi para penyintas kanker payudara dan penyintas kanker dewasa muda pada umumnya yang ingin menjalani hidup semaksimal mungkin setelah kanker untuk tetap bersemangat. Ini adalah cara lain, melalui penelitian, agar kita dapat meyakinkan mereka bahwa menyusui bayi mereka adalah hal yang wajar, layak, dan aman jika mereka menginginkannya.
Ada beberapa kompromi, misalnya, saya yakin beberapa dari perempuan ini ingin menyusui lebih lama, tetapi mungkin harus kembali menjalani terapi endokrin. Namun, selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan medis yang menyebabkan seorang perempuan tidak dapat menyusui bayinya, katanya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)