TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Pilkada Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil- Suswono menghidangkan delapan penganan sebagai program kerja mereka. Kudapan-kudapan tersebut yaitu Bakwan, Kue Putu, Laksa, Petis, Asinan, Rujak, Ketupat, hingga Semur.
Bukan dalam artian yang sebenarnya, nama-nama makanan yang dicaplok pasangan RIDO, sebutan Ridwan Kamil-Suswono, itu merupakan akronim dari program unggulan kandidat usungan Koalisi Indonesia Maju atau KIM Plus ini.
“Ada delapan makanan yang kami siapkan,” kata Suswono kala sosialisasi kepada emak-emak dan Pemuda Karang Taruna di Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan, Ahad, 13 Oktober 2024.
Membahas soal Bakwan, Kue Putu, Laksa, Petis, Asinan, Rujak, Ketupat, dan Semur, Tempo telah merangkum seluk-beluk ihwal penganan-penganana tradisional ini. Berikut ulasannya:
1. Bakwan
Bakwan digunakan Ridwan Kamil-Suswono untuk menyingkat nama program mereka yakni Bakwan: Bangun Kota Rawat Lingkungan.
Dilansir dari studi No Money, No Honey: A study of street traders and prostitutes in Jakarta oleh Alison Murray di Oxford University Press, bakwan adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu dan sayuran yang lazim ditemukan di Indonesia. Bahannya terdiri dari taoge, irisan kubis atau irisan wortel, dicampur dalam adonan dan digoreng.
Camilan ini punya nama beragam di Tanah Air. Orang Sunda menyebutnya Bala-bala atau Yéyé. Di Jawa Tengah terutama daerah Pati disebut Pia-pia, sama seperti di Sunda Kuningan. Sementara di Semarang disebut Badak dan di bilangan Malang disebut Weci. Di Sidoarjo dan Samadi disebut Ote-ote dan di Situbondo disebut Hongkong. Di Makassar Bakwan disebut Bikandoang.
Kata bakwan sebenarnya berasal dari Tiongkok, yakni “bak” yang berarti daging dan “wan” yang artinya bola. Terjadinya perdagangan dan pertukaran budaya di Indonesia dengan Cina membuat resep makanan pun saling berbaur sehingga mempengaruhi masakan tradisional saat itu. Penggunaan kata bak sampai sekarang masih digunakan meskipun bakwan tidak lagi berisi daging.
2. Kue Putu
Ridwan Kamil- Suswono mengadopsi nama Kue Putu sebagai singkatan dari program mereka, yaitu Ke Mana Pun Irit dan Hemat Waktu: Optimalisasi transportasi publik yang hemat energi.
Dilansir dari Jambearjo-malangkab.desa.id, Kue Putu adalah kue tradisional Indonesia yang populer di Jawa dan Sumatra. Penganan ini terbuat dari beras ketan yang diisi dengan gula merah, kemudian dimasak menggunakan cetakan dari bambu.
Ada beberapa versi asal-usul Kue Putu. Ada yang menyebut kue ini dari India dan diperkenalkan oleh pedagang India ke Indonesia pada zaman kolonial Belanda. Hal ini selaras dengan ditemukannya penganan serupa bernama Puttu atau Pittu di Tamil Nadu, India.
Ada pula yang menyebutnya dari Banten di Jawa Barat. Konon, Kue Putu ini dibuat oleh seorang wanita yang ingin menjajakan kue secara praktis dan mudah dibawa saat berdagang. Lantaran cemilan ini menggunakan cetakan dari bambu yang terdiri dari dua bagian, maka kue ini diberi nama Kue Putu atau Kue Tutup.
Versi lain mengatakan Kue Putu asalnya dari Palembang di Sumatera Selatan. Konon, kue ini dibuat oleh seorang wanita untuk menyenangkan suaminya yang sedang sakit. Wanita itu mengambil beras ketan dan gula merah yang ada di dapur, kemudian mencetaknya menggunakan bambu yang disebut Putu.
3. Laksa
Nama hidangan selanjutnya yang digunakan Ridwan Kamil – Suswono sebagai nama program yaitu Laksa– Pelatihan Siap Kerja: Program pelatihan untuk memperkuat kemampuan kerja masyarakat.
Dinukil dari artikel bertajuk How Intermarriage Created One of the World’s Most Delicious Foods di Atlas Obscura, Laksa merupakan makanan berjenis mie berkuah bumbu rempah khas kebudayaan Peranakan yang memadukan elemen Tionghoa, Melayu dan berbagai etnis lainnya.
Hidangan ini beken di kalangan Tionghoa dan beragam etnis di Asia Tenggara, terutama di Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia. Sebab itu ada beragam Laksa, seperti Laksa Penang dari Malaysia, serta Laksa Betawi dan Laksa Bogor di Indramayu.
4. Petis
Ridwan Kamil – Suswono juga menggunakan nama Petis yang artinya Pendidikan (Dasar/Menengah) Gratis.
Petis merupakan pasta bumbu masakan khas Jawa Timur. Bahannya dari olahan udang atau ikan. Warnanya beragam, ada yang hitam pekat dan ada juga coklat, tergantung jenis dan bahan dasar yang digunakan. Teksturnya liat, setengah padat.
Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id, awal terciptanya petis karena ketidaksengajaan akibat kondisi terdesak para nelayan yang bingung menangani kelebihan ikan dan udang tangkapannya. Lalu muncul ide merebus hasil tangkapan agar lebih awet.
Proses itu menghasilkan produk sampingan berupa limbah air bekas rebusan. Para istri nelayan memberi bumbu ke air sisa rebusan ikan dan udang, lalu merebus sambil mengaduknya hingga menjadi pasta.
Iklan
Petis biasa dipakai sebagai penyedap rasa pada beberapa makanan seperti rujak Jawa Timuran (cingur, gobet, manis), Lontong Kupang (Sidoarjo), Lontong Balap (Surabaya), Tahu Campur dan Tahu Tek (Lamongan), atau Campor (Madura).
5. Asinan
Makanan Asinan khas Jakarta dan Jawa Barat juga digunakan Ridwan Kamil -Suswono sebagai yang akronim program mereka, yakni Agenda Solusi Hujan Aman: Solusi banjir terintegrasi.
Asinan merupakan sejenis makanan yang dibuat dengan cara diacar, yakin melalui pengasinan dengan garam atau pengasaman dengan cuka. Bahan yang diacarkan yaitu berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
Bahan asinan sedikit mirip dengan rujak, perbedaan utamanya adalah bahan rujak disajikan segar, sedangkan bahan asinan disajikan setelah diasinkan atau diacar. Terdapat banyak jenis asinan, tetapi yang paling terkenal adalah Asinan Betawi dan Asinan Bogor.
Asinan betawi identik dengan bahan sayuran. Seperti sawi, kubis, taoge, tahu, selada dan disajikan dalam bumbu kacang yang dicampur cuka dan cabai, ditaburi kacang goreng dan kerupuk. Sedangkan Asinan Bogor bahannya buah-buahan seperti apel, mangga muda, bengkuang, salak, nanas, mentimun, dan jambu air.
6. Rujak
Ridwan Kamil - Suswono mengadopsi nama Rujak sebagai akronim dari program Rumah Terjangkau dan Terpadu: Penyediaan perumahan yang terjangkau.
Dilansir dari Indonesia.go.id, Rujak merupakan penganan khas Indonesia yang terbuat dari cacahan buah segar yang dipadukan dengan sambal kacang tanah. Buah yang digunakan umumnya bercita rasa masam maupun yang berair. Antara lain mangga, nanas, pepaya, bengkuang, timun, jambu, dan lainnya. Cita rasa asam ini dipadukan dengan sambal kacang tanah yang gurih dana pedas.
Rujak merupakan hidangan tertua dan makanan Jawa Kuno yang diidentifikasi secara historis paling awal yang disebut Rurujak dalam Prasasti Taji Jawa Kuno (901 M). Bahkan orang Jawa di Indonesia telah memasukkan rujak ke dalam upacara pranatal atau sebelum kelahiran mereka yang disebut Naloni Mitoni. Biasanya disebut acara rujakan.
7. Ketupat
Ridwan Kamil -Suswono menjadikan Ketupat sebagai nama singkatan dari program Kredit Tanpa Bunga Akses Cepat: Program kredit mikro tanpa bunga.
Ketupat atau kupat merupakan makanan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur), lazim ditemui saat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Hidangan ini disebut berasal dari Indonesia, yang dalam perkembangannya menyebar ke negara lain, seperti; Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand selatan.
Dilansir dari Ruang Guru, menurut Hermanus Johannes de Graaf, seorang sejarawan Belanda yang mengkhususkan diri menulis sejarah Jawa, ketupat yang terbuat dari beras itu pertama kali muncul di Tanah Jawa sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Hal itu tertuang dalam karya tulisnya Malay Annual.
Kala itu, Sunan Kalijaga yang memperkenalkan ketupat pertama kali dalam rangka untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya. Ketupat merupakan salah satu yang dipilih karena dianggap bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu.
8. Semur
Dan terakhir nama makanan yang digunakan Ridwan Kamil – Suswono sebagai nama program adalah Semur– Sembako Murah: Penyediaan bahan pangan murah untuk warga.
Semur merupakan hidangan daging rebus dari Indonesia yang diolah dalam kuah berwarna coklat pekat yang terbuat dari kecap manis, bawang merah, bawang bombay, pala dan cengkih. Makanan yang pernah dijadikan sebagai menu utama dalam perjamuan bangsa Belanda ini berasal dari kata ‘smoor’ (bahasa Belanda) menjadi ‘semur’ (bahasa serapan).
Seiring berjalannya waktu, Semur kemudian melekat menjadi tradisi bangsa Indonesia dan dihidangkan di berbagai perhelatan adat. Masyarakat Betawi menjadikan Semur sebagai bagian dari tradisi yang selalu dihidangkan saat Lebaran dan acara pernikahan.
Tak cuma menjadi primadona dalam kebudayaan Betawi, Semur juga kerap muncul pada acara-acara perayaan di berbagai penjuru Nusantara seperti Kalimantan dan Sumatra. Tentunya, dengan cita rasa dan tampilan yang disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | SAPTO YUNUS | RINDI ARISKA | DEVY ERNIS | ANTARA
Pilihan Editor: Suswono Minta Ketua RT Jadi Mata Telinga Pemerintah Provinsi