TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia sejak dulu telah aktif membantu menjaga perdamaian di dunia. Teranyar, salah satu personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi korban serangan Israel saat bertugas di Lebanon.
Di negara mana saja pasukan perdamaian Indonesia untuk PBB?
1. Lebanon
Pasukan perdamaian PBB asal Indonesia dikirim ke Lebanon untuk mengamankan situasi imbas konflik Israel dan Lebanon. Terbaru, Israel menyerang pos UNIFIL di Naqoura, Lebanon Selatan dan melukai dua penjaga perdamaian dari kontingen Indonesia.
Pada Rabu, 9 Oktober 2024, UNIFIL mengatakan bahwa tentara Israel "dengan sengaja menembaki" kamera pemantau perimeter di markas UNIFIL di Naqoura, di Lebanon selatan dan melumpuhkannya.
Pengiriman pasukan TNI ke Lebanon bukan baru pertama kali ini. Pada 2018, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menemui ratusan personil infantri Kontingen Garuda Indonesia Batalyon atau Indobatt PBB pada hari terakhir kunjungannya ke Libanon, Selasa, 26 Februari 2018. Di hadapan pasukan, Retno kembali mengingatkan konsistensi kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia.
"Seluruh rakyat Indonesia bangga dengan peran dan kontribusi kontingen Garuda di Libanon dan seluruh misi pasukan perdamaian kita di seluruh penjuru dunia, yang berprestasi dan berkinerja sangat baik dan berhasil merebut hati dan kepercayaan masyarakat setempat,” kata Retno saat itu.
Pasukan Garuda memiliki kedekatan khusus dengan masyarakat setempat. Di bawah program Civil Military Coordination atau CIMIC, kontingen Garuda secara rutin melakukan kegiatan seperti aktivitas budaya, pemberian pelayanan kesehatan, dan sosialisasi ke sekolah mengenai Indonesia dan UNIFIL. Lalu ada pemberian bantuan buku dan bahan ajar, kerja bakti membersihkan desa dan fasilitas umum desa, serta memberi pelatihan kepada polisi setempat.
2. Sudan
Pada 2013, TNI AD mengirim pasukan perdamaian ke Darfur, Sudan. Pasukan yang dinamakan Kontingen Garuda XXXV-A tersebut menjadi bagian dari misi gabungan antara PBB dan Uni Afrika, yang disebut United Nations African Union Mission in Darfur (UNAMID). Kontingen Garuda akan menjalankan misi ini selama satu tahun.
Komandan Kontingen Garuda XXXV-A, Letnan Kolonel Eko Priyanto, mengatakan, kontingen terdiri dari 120 pasukan, dua di antaranya perempuan. Kontingen akan dilengkapi dengan tiga helikopter Mi-17 V5 terbaru milik TNI AD dengan persenjataan lengkap. Ketiga helikopter tersebut baru menempuh penerbangan 100 jam. Setiap helikopter akan dioperasikan dua pilot dan dua kopilot. "Semua pasukan sudah siap diberangkatkan," ujarnya.
Iklan
3. Kongo
Indonesia juga pernah mengirimkan pasukan perdamaian di Republik Demokratik Kongo pada 2020 lalu. Saat itu, Indonesia mengirim pasukan Satuan Tugas Kompi Zeni Kontingen Garuda XX-Q. Namun, salah satu pasukan Indonesia, Pembantu Letnan Dua Anumerta Rama Wahyudi meninggal dunia setelah dibunuh oleh milisi Kongo.
4. Mali
Markas Besar TNI mengirim 140 personel gabungan ke Mali, Afrika. Pasukan gabungan tersebut terdiri atas 121 prajurit TNI Angkatan Darat dan 19 prajurit TNI Angkatan Udara. "Pengiriman pasukan TNI merupakan misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Kepala Staf Umum TNI Marsekal Madya Dede Rusamsi, mewakili Panglima TNI, dalam siaran pers, Kamis, 17 September 2015.
Selain pasukan, Mabes TNI mengirim tiga helikopter jenis MI-17 ke Mali. Sesuai dengan rencana, 140 anggota pasukan yang dipimpin Letnan Kolonel Zulfirman Chaniago itu akan diberangkatkan Jumat, 18 September 2015. Sedangkan ketiga helikopter akan dikirim ke Mali pada 23 September 2015. Pasukan dan helikopter TNI akan bertugas di Mali selama satu tahun.
5. Kamboja
Saat peralihan kekuasaan Kamboja, Indonesia juga pernah mengirim pasukan perdamaian Garuda XII. Kontingen militer Indonesia bergabung dengan pasukan perdamaian PBB yang dikenal dengan singkatan UNTAC (United Nations Transitional Authority in Cambodia). Menurut Letnan Kolonel Erwin Sudjono, komandan Garuda XII-A, pasukan Indonesia dekat dengan pasukan Khmer Merah.
Pernah pada suatu malam, pasukan perdamaian Indonesia terbangun oleh kedatangan sejumlah orang Khmer Merah. Si pemimpin kelompok minta tangannya yang sering terasa sakit diperiksa. Dokter Budi, ahli bedah, lantas mengambil pecahan peluru di tangan orang itu. Orang tersebut adalah perwira tinggi Khmer Merah, Jenderal Chu Chin.
ANANDA RIDHO SULISTYA | SOHIRIN | SUCI SEKARWATI | AHMAD FAIZ IBNU SANI | INDRA WIJAYA | ANTARA
Pilihan Editor: Menlu Retni Marsudi Kutuk Serangan Israel yang Lukai Dua Tentara Indonesia di Lebanon