Stimulasi Puting saat Hamil Bisa Membuat Janin Cacat, Mitos atau Fakta?

1 month ago 20

Stimulasi puting saat hamil dapat memicu kontraksi rahim. Namun, ada anggapan bahwa stimulasi puting saat hamil bisa membuat janin cacat. Mitos atau fakta?

Mitos yang berhubungan dengan kehamilan banyak beredar. Termasuk tentang stimulasi puting saat hamil.  Sejumlah pendapat ahlinya menyatakan bahwa stimulasi puting dapat melepaskan hormon yang menyebabkan kontraksi rahim.

Bahkan sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa ini tidak dapat menyebabkan persalinan yang sebenarnya. Lalu, bagaimana faktanya mengenai hal ini?

Pengaruh stimulasi puting pada kehamilan

Dokter Spesialis Kebidanan dan Ginekologi, Dr. Valinda Nwadike, mengatakan bahwa kebanyakan dokter tidak merekomendasikan stimulasi puting untuk menginduksi persalinan. 

Nwadike menjelaskan studi tentang stimulasi puting untuk memicu kontraksi. Pada studi di jurnal PLoS One melaporkan bahwa 50 persen wanita di Jepang menggunakan stimulasi puting untuk membantu menginduksi persalinan.

Tidak semua ibu hamil boleh melakukan stimulasi puting. Bunda dengan kehamilan normal dan berisiko rendah yang boleh melakukan stimulasi puting untuk mempercepat kontraksi.

"Risiko kesehatan ini termasuk tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, jumlah cairan ketuban yang rendah atau tinggi, atau risiko lain yang dapat mempersulit kehamilan," jelas Nwadike dilansir Medicalnewstoday.

Stimulasi puting memang dapat menyebabkan pelepasan oksitosin, hormon yang bertanggung jawab untuk merangsang kontraksi rahim selama persalinan.

Berikut beberapa pengaruh stimulasi puting dalam kehamilan dari berbagai sumber:

  1. Stimulasi puting menjadi salah satu cara untuk mempercepat kontraksi. Namun, ibu hamil perlu mengetahui aturan untuk mempercepat kontraksi. Jika kehamilan belum menginjak usia 37 minggu, maka ibu hamil tidak dianjurkan untuk mempercepat kontraksi. Stimulasi puting ini biasanya dapat dilakukan setelah kehamilan berusia lebih dari 37 minggu.
  2. Setelah melahirkan untuk meningkatkan pengeluaran ASI.
  3. Dokter Anak bersertifikat dan Konselor Laktasi di California, Dan Brennan, MD, menjelaskan bahwa stimulasi puting juga dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum. Pada tinjauan tahun 2005 terhadap enam percobaan menemukan bahwa 0,7 persen perempuan yang melakukan stimulasi puting mengalami perdarahan postpartum, sedangkan 6 persen bunda hamil yang tidak melakukan stimulasi puting mengalami perdarahan.

Stimulasi puting bisa menyebabkan cacat janin?

Hingga kini belum ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa stimulasi puting dapat menyebabkan cacat janin. Stimulasi puting lebih sering digunakan sebagai induksi alami untuk mempercepat persalinan, terutama pada ibu hamil yang cukup bulan.

Namun stimulasi puting yang tidak tepat atau berlebihan juga bisa menyebabkan kontraksi terlalu kuat sehingga berisiko membahayakan ibu dan bayi.

Ibu hamil dapat mendiskusikan dengan dokter jika ingin mencoba stimulasi puting untuk keperluan tertentu.

Siapa yang boleh melakukan stimulasi puting?

Ibu dengan kehamilan berisiko rendah yang boleh melakukan stimulasi puting. Maksudnya adalah kehamilan di yang tidak memiliki risiko kesehatan tambahan. 

Risiko kesehatan ini termasuk tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, jumlah cairan ketuban yang rendah maupun tinggi, atau risiko lain yang dapat mempersulit kehamilan.

Faktor risiko dan penyebab cacat janin

Semua ibu hamil memiliki risiko melahirkan anak dengan kondisi cacat janin. Cacat janin sendiri dapat terjadi selama kehamilan karena beberapa penyebab dan faktor risiko, yakni:

1. Genetik

Ayah dan Bunda dapat mewariskan kelainan genetik kepada bayinya. Kelainan ini terjadi ketika gen menjadi cacat karena mutasi atau perubahan.

"Dalam beberapa kasus, gen atau bagian dari gen mungkin hilang. Cacat ini terjadi saat pembuahan dan seringkali tidak dapat dicegah," ujar Dokter Anak Karen Gill, M.D., dilansir Healthline.

Menurut WHO, sebagian kecil cacat janin disebabkan kelainan genetik, yaitu kelainan kromosom, seperti sindrom Down (trisomi 21) atau cacat gen tunggal (misalnya fibrosis kistik).

2. Faktor sosial ekonomi dan demografi

Faktor sosio ekonomi seperti berpenghasilan rendah dapat menjadi penyebab tidak langsung dari cacat janin. WHO menjelaskan, frekuensi ini lebih tinggi di antara keluarga dan negara yang kekurangan sumber daya.

"Diperkirakan sekitar 94 persen cacat janin parah terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah," tulis WHO dalam laman resminya.

3. Usia bumil

Usia ibu hamil juga dapat menjadi faktor risiko cacat janin. Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih berisiko lebih tinggi melahirkan anak dengan kondisi cacat lahir.

WHO menjelaskan, usia ibu merupakan faktor risiko perkembangan janin intrauterin yang abnormal. Usia bumil yang sudah lanjut dapat meningkatkan risiko kelainan kromosom, termasuk sindrom Down.

4. Faktor lingkungan dan gaya hidup

Faktor lingkungan seperti paparan radiasi dan polutan juga dapat menjadi faktor risiko cacat janin. Selain itu, gaya hidup tidak sehat bisa menjadi penyebabnya, seperti merokok, menggunakan narkoba, dan minum alkohol.

5. Infeksi saat hamil

Melansir Very Well Family, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir. Infeksi yang biasanya tidak menimbulkan gejala atau gejala ringan pada orang dewasa bahkan dapat menimbulkan konsekuensi yang parah bagi janin dalam kandungan, Bunda.

Beberapa infeksi yang bisa menyebabkan cacat janin, yakni infeksi sitomegalovirus, infeksi virus Rubella, infeksi herpes simplex virus (HSV), infeksi toksoplamosis, dan virus Zika.

Demikian ulasan mengenai stimulasi puting payudara saat hamil dan kaitannya dengan cacat janin. Semoga informasinya membantu Bunda menyiapkan persalinan dengan aman.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online