Jakarta -
Kadar gula darah merupakan indikator utama kesehatan secara keseluruhan. Ketahui batas kadar gula normal bagi ibu menyusui dan pengaruhnya pada produksi ASI.
Kadar gula darah berfluktuasi sepanjang hari saat seseorang makan, berolahraga, dan tidur. Stres dan hormon juga berperan. Orang dengan diabetes harus memantau kadar gula darah secara ketat untuk memastikannya tetap dalam kisaran target yang tepat yang sering kali ditentukan oleh tim medis.
Kadar gula normal pada perempuan
Gula darah, atau glukosa, adalah jenis gula utama dalam tubuh. Glukosa berasal dari karbohidrat yang ditemukan dalam makanan. Glukosa sangat penting untuk menyediakan energi bagi sel-sel di seluruh tubuh, termasuk sel-sel otak.
Kadar gula darah di luar kisaran target dapat memiliki implikasi kesehatan yang mendalam. "Ketika kadar gula darah terlalu tinggi atau terlalu rendah, hal itu dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius, seperti kerusakan saraf, kerusakan ginjal, dan penyakit jantung," kata Brenda Peralta, ahli diet di FeastGood.
Gula darah tinggi (hiperglikemia) dapat menyebabkan kondisi seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan stroke, jelasnya. Gula darah rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan kebingungan, kecemasan, kelemahan, keringat, dan masalah penglihatan. Kadar gula darah yang sangat rendah dapat menyebabkan kejang dan pingsan seperti dikutip dari laman Agamatrix.
The American Diabetes Association (ADA) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan panduan mengenai kadar gula darah normal bagi orang tanpa diabetes seperti berikut ini:
1. Glukosa plasma saat puasa
Pengukuran gula darah ini dilakukan saat seseorang berpuasa setidaknya 8 jam sejak terakhir kali Bunda makan seperti saat pertama kali bangun pagi.
Rekomendasi ADA: Kadar glukosa plasma puasa di bawah 100 mg/dL.
2. Glukosa plasma setelah makan per 2 jam
Pengukuran gula darah ini dilakukan 2 jam setelah makan, atau 2 jam setelah mengonsumsi cairan manis selama tes toleransi glukosa oral.
Rekomendasi ADA yakni di bawah 140 mg/dL
3. A1C
Tes gula darah ini dilakukan tanpa memperhatikan kapan Bunda makan. Tes ini mengukur jumlah glukosa yang menempel pada hemoglobin (bagian dari sel darah merah), yang terakumulasi selama sekitar 3 bulan.
Rekomendasi CDC: Kurang dari 5,7 persen.
4. Kadar gula darah bagi penderita diabetes
Penderita diabetes mengalami kesulitan dalam membuat atau menggunakan insulin yang cukup, yaitu hormon yang membantu mengubah glukosa menjadi energi.
Kisaran gula darah target untuk orang yang tidak hamil dengan diabetes
Rekomendasi ADA
- Sebelum makan 70-130mg/dL.
- 2 jam setelah makan yakni kurang dari 180 mg/dL.
- A1C (HbA1c) yakni kurang dari 7.0 persen.
Bolehkah ibu diabetes menyusui anak?
Menyusui memiliki banyak manfaat kesehatan yang terbukti bagi ibu dan bayi, termasuk membantu mencegah diabetes. Menyusui membantu bayi Bunda memulai hidup yang lebih sehat. Bahkan jika Bunda menderita diabetes, Bunda dapat merencanakan untuk menyusui setidaknya selama enam bulan.
Jika bayi Bunda disusui, mereka akan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami diabetes tipe 1, kelebihan berat badan atau obesitas, dan diabetes tipe 2 di kemudian hari. Mereka juga lebih kecil kemungkinannya untuk menderita asma, eksim, penyakit pernapasan, infeksi telinga, dan masalah kesehatan serius lainnya seperti dikutip dari laman Diabetes.
Menyusui dapat menurunkan risiko ibu terkena diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker ovarium, osteoporosis, dan radang sendi. Menyusui juga dapat membantu ibu menurunkan berat badan yang bertambah selama kehamilan dan pulih lebih cepat setelah melahirkan.
Manfaat ibu dengan diabetes menyusui
The American Diabetes Association menyatakan bahwa orang tua yang melahirkan dengan diabetes tidak hanya dapat menyusui, tetapi mereka juga harus mencoba menyusui untuk membantu mengelola diabetes mereka. Mereka merekomendasikan menyusui setidaknya selama 6 bulan pertama kehidupan bayi untuk mendapatkan manfaat maksimal bagi orang tua dan anak.
Manfaat menyusui bagi bayi di antaranya sebagai berikut:
Manfaat bagi bayi:
1. Rsiko lebih rendah terkena diabetes tipe 1.
2. Risiko lebih rendah terkena kelebihan berat badan atau obesitas saat mereka lebih besar, yang dapat membantu mencegah diabetes tipe 2 (T2D).
3. Risiko lebih rendah terkena masalah kesehatan lainnya, seperti infeksi telinga, eksim, asma, dan penyakit pernapasan seperti dikutip dari laman Healthline.
Manfaat bagi orang tua yang melahirkan:
1. Pemulihan lebih cepat setelah melahirkan, termasuk penurunan berat badan yang lebih cepat setelah kehamilan.
2. Risiko lebih rendah terkena kondisi kesehatan tertentu, termasuk radang sendi, osteoporosis, kanker payudara dan ovarium, dan tekanan darah tinggi.
3. Risiko lebih rendah terkena T2D.
Amankah menggunakan insulin dan obat diabetes saat menyusui?
Obat-obatan seperti metformin dan insulin aman dikonsumsi saat menyusui. La Leche League International lebih lanjut menjelaskan bahwa molekul insulin 'terlalu besar' untuk masuk ke bayi melalui ASI.
Meskipun demikian, Bunda mungkin perlu bekerja sama dengan tim perawatan untuk menyesuaikan dosis setelah kehamilan dan selama menyusui. Para peneliti menunjukkan bahwa beberapa obat baru untuk T2D mungkin tidak aman atau tidak memiliki cukup penelitian tentang menyusui.
Secara umum, sebagian besar obat diabetes aman digunakan saat menyusui, tetapi beberapa perempuan dengan diabetes tipe 2 lebih suka tetap menggunakan insulin karena tidak masuk ke dalam ASI.
Konsultasikan dengan dokter tentang jumlah insulin yang harus diminum karena jumlah yang Bunda butuhkan dapat berubah. Menyusui juga dapat membuat kadar glukosa darah (gula darah) Bunda sedikit lebih sulit diprediksi, jadi pantaulah dengan saksama.
Bayi juga mungkin lahir dengan glukosa darah rendah (hipoglikemia). Tetapi, ini tidak berarti mereka membutuhkan suplementasi susu formula atau tidak dapat disusui. Glukosa darah rendah pada bayi sering kali paling baik diobati dengan menyusui dini dan kontak kulit ke kulit dengan ibu.
Bagaimana menyusui memengaruhi diabetes gestasional?
Hingga 9 persen perempuan mengalami gula darah tinggi selama kehamilan. Juga dikenal sebagai diabetes gestasional (GD), kondisi ini biasanya hilang dengan sendirinya setelah bayi lahir. Namun, memiliki GD dapat membuat wanita berisiko lebih tinggi terkena T2D di kemudian hari.
Penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat menurunkan risiko ini dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan metabolisme glukosa ibu. Durasi menyusui juga penting.
Saat 2 bulan, ibu yang menyusui setidaknya selama 2 bulan dapat mengalami penurunan risiko sekitar setengahnya.
Ketika 5 bulan, ibu yang menyusui setidaknya selama 5 bulan mengalami penurunan risiko lebih dari setengahnya.
Batas kadar gula normal bagi ibu menyusui
Para ahli menyarankan untuk menjaga kadar glukosa antara 90 dan 180 mg/dL saat menyusui. Kadar glukosa yang lebih rendah dapat menyebabkan hipoglikemia yang berbahaya, atau gula darah rendah.
Sebagian orang mungkin menemukan bahwa gula darah mereka turun antara 54 dan 90 mg/dL selama sesi menyusui. Itu karena tubuh menggunakan glukosa dalam darah untuk membuat ASI.
Pastikan untuk menyimpan perawatan hipoglikemia di dekat Bunda selalu sehingga mudah dicari jika diperlukan. Apa pun masalahnya, Bunda mungkin memerlukan bantuan dari tim perawatan diabetes untuk menyesuaikan dosis insulin dan obat-obatan atau untuk makan secara berbeda guna mengelola gula darah Bunda saat menyusui.
Apakah diabetes memengaruhi produksi ASI?
Sebuah studi kasus tahun 2016 menunjukkan bahwa memiliki diabetes gestasional, diabetes tipe 1, atau diabetes tipe 2 dapat memengaruhi suplai ASI.
Para peneliti menemukan bahwa perempuan dengan suplai ASI yang rendah cenderung didiagnosis dengan salah satu jenis diabetes ini daripada masalah pelekatan, masalah puting, atau masalah menyusui lainnya.
Lebih jauh, para peneliti berbagi bahwa indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi dikaitkan dengan pasokan ASI yang rendah dan bahwa resistensi insulin mungkin menjadi penyebabnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan hubungan spesifik tersebut.
Risiko ibu menyusui dengan penyakit diabetes
Meskipun penyebab pasti T1D tidak diketahui, jumlah kasus pada anak kecil telah meningkat dalam 50 tahun terakhir. Hal ini membuat para peneliti percaya bahwa faktor lingkungan seperti merokok selama kehamilan, jenis kelahiran, atau pola makan bayi mungkin berperan.
Meskipun berbagai penelitian tentang menyusui belum menghasilkan bukti yang jelas bahwa menyusui mencegah T1D, penelitian lain menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Misalnya, satu penelitian di Skandinavia mengungkapkan bahwa bayi yang tidak pernah disusui memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena T1D dibandingkan dengan mereka yang disusui.
Menariknya, tidak ada banyak perbedaan data antara bayi yang disusui selama durasi waktu yang berbeda. Hal yang sama berlaku untuk mereka yang disusui sepenuhnya dan mereka yang disusui dengan metode pemberian makan lain, seperti susu formula.
Risiko diabetes lainnya selama menyusui juga mungkin terjadi ya, Bunda. Seperti diketahui bahwa menyusui dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada malam hari. Hal ini dapat diatasi dengan bekerja sama dengan tim perawatan diabetes untuk menyesuaikan jadwal tidur selama menyusui, dan juga menyesuaikan dosis insulin dan obat-obatan selama waktu tersebut.
Bunda mungkin ingin memastikan bahwa Bunda makan sebelum sesi menyusui atau menyiapkan camilan jika Bunda menyusui saat Bunda keluar dan kurang mampu menjaga kadar glukosa tetap stabil.
Bunda perlu mengonsumsi kalori ekstra setiap hari untuk mendukung produksi ASI. The American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter tentang berapa banyak kalori ekstra yang harus dikonsumsi dan jenis kalori apa yang terbaik untuk mengelola gula darah Bunda.
Perempuan dengan diabetes yang menyusui juga berisiko lebih tinggi mengalami infeksi jamur. Salah satu jenis infeksi jamur yang dapat terjadi disebut thrush pada puting, yang dapat memengaruhi proses menyusui.
Cara mencegah peningkatan kadar gula dalam tubuh
Ada berbagai cara mudah dan terbukti menurunkan kadar gula dalam tubuh secara alami. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan ya, Bunda:
1. Olahraga sepanjang hari
Olahraga teratur dan aktivitas fisik dapat membantu mengelola berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin. Peningkatan sensitivitas insulin berarti sel-sel dapat menggunakan glukosa dalam aliran darah dengan lebih efektif. Selain itu, olahraga juga membantu otot-otot menggunakan gula darah untuk energi dan kontraksi otot.
2. Kelola asupan karbohidrat
Asupan karbohidrat sangat memengaruhi kadar gula darah. Tubuh Bunda memecah karbohidrat menjadi gula, terutama glukosa. Kemudian, insulin membantu tubuh menggunakan dan menyimpannya untuk energi.
3. Makan lebih banyak serat
Serat memperlambat pencernaan karbohidrat dan penyerapan gula, sehingga meningkatkan kadar gula darah secara bertahap.
4. Minum air putih
Minum air putih yang cukup dapat membantu Bunda menjaga kadar gula darah dalam kisaran yang sehat. Selain mencegah dehidrasi, air putih membantu ginjal mengeluarkan gula berlebih melalui urine.
5. Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah
Indeks glikemik (IG) mengukur seberapa cepat karbohidrat terurai selama proses pencernaan dan seberapa cepat tubuh Bunda menyerapnya. Hal ini memengaruhi seberapa cepat kadar gula darah Bunda naik.
6. Kelola tingkat stres
Stres dapat memengaruhi kadar gula darah Bunda. Saat stres, tubuh mengeluarkan hormon yang disebut glukagon dan kortisol, yang menyebabkan kadar gula darah meningkat.
7. Pantau kadar gula darah
Pemantauan kadar glukosa darah dapat membantu Bunda mengelola kadar tersebut dengan lebih baik. Bunda dapat melakukannya di rumah menggunakan alat pengukur glukosa darah portabel, yang dikenal sebagai glukometer atau bunda dapat mendiskusikan opsi ini dengan dokter.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)