Gaya pengasuhan artis cantik Indah Permatasari selalu menarik perhatian netizen, Bunda. Belum lama ini, Indah mengungkap tidak pernah memberikan sang putra, Naka, makanan MPASI dengan gula dan garam.
Hal ini disampaikan langsung oleh Indah pada laman Instagram-nya. Dalam unggahan ini, ia membagikan video saat Naka makan dengan lahap di sebuah restoran sushi.
Indah menyebut MPASI yang dibuatnya selama ini mengikuti cara yang direkomendasikan oleh ahli gizi. Selain itu, Indah juga selalu memberikan sang putra dengan makanan alami yang minim pemrosesan dan buah-buahan.
"Dari zaman MPASI, selalu ngikutin cara masak dan bahan-bahan utama buat MPASI dari @drtanshotyen yaitu no gula garam dan saring ulek saja," ujar Indah merangkum dari Instagram @indahpermatas, Senin (7/10/2024).
"Snack-nya juga makanan yang real food dan buah dimakan langsung. Sekarang baru berasa pas gede gini lebih bisa makan apa saja tanpa drama walaupun rasanya hambar sekalipun," sambungnya.
Gula dan garam adalah bahan-bahan yang bisa membuat makanan menjadi semakin lezat. Sayangnya, jika dikonsumsi secara berlebihan, gula dan garam bisa memberikan berbagai dampak negatif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian gula anak maksimal 10 persen dari total jumlah kalori hariannya. Jika dihitung pada anak usia 2-3 tahun dengan berat badan 10 kg dan kebutuhan kalori 1.000 per hari, perkiraannya adalah sekitar 25 gram, Bunda. Sementara itu, WHO merekomendasikan asupan garam anak sesuai dengan kebutuhan energinya.
Melihat dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian garam dan gula di bawah usia satu tahun baiknya dengan gula dan garam sesedikit mungkin. Pemberian ini bertujuan untuk menambah rasa pada makanan Si Kecil.
Namun, Bunda juga perlu mengetahui apa efek dari pemberian garam dan gula berlebih pada anak.
Efek konsusmi garam dan gula berlebih pada anak
Ilustrasi Gula/Foto: iStock
Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa efek yang mungkin terjadi pada anak ketika memberikan garam dan gula pada MPASI secara berlebih. Berikut ini deretannya:
1. Kegemukan
Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Gizi dan Metabolik, dr. Yoga Devarea Sp.A(K), anak-anak yang mengonsumsi terlalu banyak gula akan mengalami kegemukan atau obesitas. Ini merupakan dampak gula dalam jangka pendek.
"Jadi kalau kita lihat dampaknya saat ini karena konsumsi (gulanya) tinggi, dia kegemukan. Itu kan saat ini," jelas dr. Yoga dalam acara 'Forum Ngobras Media Diskusi tentang Meluruskan Miskonsepsi Gula pada Nutrisi Anak', beberapa waktu lalu.
2. Diabetes
Jika kegemukan pada anak dibiarkan, mereka juga akan mengalami kondisi diabetes, Bunda. Ini salah satu dampak jangka panjang yang perlu diperhatikan seluruh pihak.
"Dampak jangka panjang yang menjadi salah satu PR kita bersama di Indonesia adalah angka diabetes (pada anak) meningkat salah satunya adalah karena kegemukannya," tutur dr. Yoga.
3. Gagal ginjal
Dokter Yoga mengungkapkan bahwa gagal ginjal adalah dampak jangka panjang anak kebanyakan gula yang tidak langsung. Hal ini biasanya ditemukan ketika anak sudah berusia dewasa.
"Karena kalau konsumsi gula, dia bisa menyebabkan gagal ginjal, tapi jangkanya panjang. Jadi dia kegemukan dulu, dari kegemukan dia jadi diabetes, dari diabetes dia bisa gagal ginjal tentunya," ungkapnya.
"Jadi kita kalau bicara gagal ginjal (karena gula) kita tidak bicara pada anak remaja, tapi kita bicara pada orang dewasa muda atau orang yang lebih berumur," lanjut dr. Yoga.
4. Osteoporosis
Mengutip dari laman Action on Salt, mengonsumsi banyak garam dapat menyebabkan hilangnya kalsium melalui urine yang bisa menyebabkan demineralisasi tulang, Bunda. Secara signifikan, hal ini bisa meningkatkan risiko osteoporosis atau kerapuhan tulang.
Meski osteoporosis paling umum terjadi pada orang tua, penelitian telah menunjukkan bahwa efek garam pada metabolisme kalsium bisa dideteksi pada anak-anak yang berlanjut hingga dewasa. Kondisi ini sangat utama terjadi pada anak perempuan.
5. Tekanan darah tinggi
Ada studi yang menunjukkan bahwa pola makan tinggi garam di masa kanak-kanak bisa meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian, anak akan berisiko terkena penyakit kardiovaskular di usia dewasa.
Selain itu, ada pula bukti bahwa pengurangan asupan garam yang sesuai akan mengurangi tekanan darah. Pengurangan ini pun secara signifikan akan mengurangi jumlah penyakit kardiovaskular.
Merangkum dari laman Hopkins Medicine, meskipun tekanan darah tinggi atau hipertensi terlihat pada orang dewasa, dokter juga sering melihat kondisi ini pada anak-anak. Hal ini pun menyebabkan anak bisa mengalami risiko terkena penyakit jantung hingga stroke.
Demikian informasi tentang efek kelebihan gula dan garam pada anak, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Jangan lupa saksikan juga video serba-serbi diabetes pada anak berikut ini:
(mua/fir)
Loading...