Hipogonadisme: Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan pada Gangguan Kelenjar Seks

11 hours ago 1

Jakarta -

Hipogonadisme terjadi ketika tubuh seseorang tidak memproduksi cukup hormon seks. Apa sebenarnya hipogonadisme dan penyebab, gejala, pencegahan, dan pengobatan pada kasus tersebut?

Hipogonadisme terjadi ketika kelenjar seks (gonad) tubuh memproduksi sedikit atau tidak sama sekali hormon. Pada pria, kelenjar ini adalah testis. Pada perempuan, kelenjar ini adalah ovarium.

Apa itu hipogonadisme?

Kelenjar seks, juga disebut gonad, terutama ovarium pada orang yang ditetapkan sebagai female at birth (AFAB) dan testis pada orang yang ditetapkan sebagai male at birth (AMAB).

Hormon seks membantu mengendalikan karakteristik seks sekunder, seperti perkembangan payudara pada orang AFAB, perkembangan testis pada orang AMAB, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Hormon seks juga berperan dalam siklus menstruasi dan produksi sperma.

Hipogonadisme juga dikenal sebagai defisiensi gonad. Kondisi ini dapat disebut andropause atau testosteron serum rendah ketika terjadi pada orang AMAB. 

Penyebab hipogonadisme

Penyebab hipogonadisme dapat bersifat primer (testis atau ovarium) atau sekunder (masalah dengan hipofisis atau hipotalamus). Pada hipogonadisme primer, ovarium atau testis sendiri tidak berfungsi dengan baik. Penyebab hipogonadisme primer meliputi:

1. Gangguan autoimun tertentu
2. Gangguan genetik dan perkembangan
3. Infeksi
4. Kelebihan zat besi (hemokromatosis)
5. Penyakit hati dan ginjal
6. Radiasi (pada gonad)
7. Pembedahan
8. Trauma

Gangguan genetik yang paling umum yang menyebabkan hipogonadisme primer adalah sindrom Turner (pada perempuan) dan sindrom Klinefelter (pada pria).

Jika seseorang sudah memiliki gangguan autoimun lain, mereka mungkin berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan autoimun pada gonad. Ini dapat mencakup gangguan yang memengaruhi hati, kelenjar adrenal, dan kelenjar tiroid, serta diabetes tipe 1.

Pada hipogonadisme sentral, pusat-pusat di otak yang mengendalikan gonad (hipotalamus dan hipofisis) tidak berfungsi dengan baik. Penyebab hipogonadisme sentral meliputi:

1. Anoreksia nervosa
2. Perdarahan di area hipofisis
3. Konsumsi obat-obatan, seperti glukokortikoid dan opiat
4. Menghentikan steroid anabolik
5. Masalah genetik
6. Infeksi
7. Kekurangan nutrisi
8. Kelebihan zat besi (hemokromatosis)
9. Radiasi (ke hipofisis atau hipotalamus)
10. Penurunan berat badan yang cepat dan signifikan (termasuk penurunan berat badan setelah operasi bariatrik)
11. Operasi (operasi dasar tengkorak di dekat hipofisis)
12. Trauma
13. Tumor

Penyebab genetik hipogonadisme sentral adalah sindrom Kallmann. Banyak orang dengan kondisi ini juga mengalami penurunan indra penciuman seperti dikutip dari laman Pennmedicine.

Menopause adalah alasan paling umum untuk hipogonadisme. Hal ini normal terjadi pada semua perempuan dan terjadi rata-rata pada usia sekitar 50 tahun. Kadar testosteron juga menurun pada pria seiring bertambahnya usia. Kisaran testosteron normal dalam darah jauh lebih rendah pada pria berusia 50 hingga 60 tahun dibandingkan pada pria berusia 20 hingga 30 tahun.

Gejala penyakit hipogonadisme

Ada banyak gejala yang perlu diwaspadai ketika muncul risiko penyakit hipogonadisme. Berikut ini di antaranya ya, Bunda:

1. Pria sebelum pubertas

Pada anak laki-laki, hipogonadisme memengaruhi perkembangan otot, janggut, alat kelamin, dan suara. Kondisi ini juga menyebabkan masalah pertumbuhan.

2. Pria setelah pubertas

Pada pria, gejala hipogonadisme bisa memunculkan beberapa hal. Di antaranya pembesaran payudara, kehilangan otot, penurunan minat terhadap seks (libido rendah). Jika terdapat tumor hipofisis atau tumor otak lainnya (hipogonadisme sentral), mungkin akan terjadi sakit kepala atau kehilangan penglihatan, keluarnya cairan susu dari payudara, dan gejala kekurangan hormon lainnya.

Tumor yang paling umum yang memengaruhi hipofisis adalah kraniofaringioma pada anak-anak dan adenoma prolaktinoma pada orang dewasa.

3. Perempuan sebelum pubertas

Gadis yang mengalami hipogonadisme tidak akan mengalami menstruasi. Hipogonadisme dapat memengaruhi perkembangan payudara dan tinggi badan mereka. 

4. Perempuan setelah pubertas

Jika hipogonadisme terjadi setelah pubertas, gejala pada perempuan meliputi gejolak panas, perubahan energi dan suasana hati, menstruasi menjadi tidak teratur atau berhenti.  

Diagnosis hipogonadisme

Untuk mengetahui adanya diagnosis hipogonadisme, perlu dilakukan serangkaian tes untuk pemeriksaan lebih lanjut ya, Bunda. Di antaranya sebagai berikut:

1. Kadar estrogen (perempuan)
2. Kadar hormon perangsang folikel (FSH) dan luteinizing hormone (LH)
3. Kadar testosteron (pria) - interpretasi tes ini pada pria yang lebih tua dan pria yang mengalami obesitas bisa jadi sulit sehingga hasilnya harus didiskusikan dengan endokrinologis
4. Pengukuran fungsi hipofisis lainnya

Selain itu, tes lainnya mungkin meliputi beberapa hal berikut:

1. Tes darah untuk anemia dan zat besi
2. Tes genetik termasuk kariotipe untuk memeriksa struktur kromosom
3. Kadar prolaktin (hormon susu)
4. Jumlah sperma
5. Tes tiroid
6. Terkadang tes pencitraan diperlukan, seperti sonogram ovarium. Jika diduga ada penyakit hipofisis, MRI atau CT scan otak dapat dilakukan.

Cara mengobati hipogonadisme

Pengobatan hipogonadisme dapat diberikan sesuai dengan kategorinya ya, Bunda. Berikut ini di antaranya yang bisa dilakukan:

Pengobatan hipogonadisme pada pria

Suntikan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau gonadotropin (seperti hCG atau FSH) dapat memicu pubertas atau meningkatkan produksi sperma. 

Jika mengalami hipogonadisme primer, maka dapat mencoba pengambilan sperma dan donasi sperma sebagai pilihan untuk pembuahan, serta intracytoplasmic sperm injection (ICSI), seperti dikutip dari laman Healthline.

Jika kesuburan bukan masalah, mereka bisa mendapatkan replacement therapy (TRT). Testosteron tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk:

1. Suntikan
2. Plester
3. Pelet
4. Gel

Pengobatan hipogonadisme pada perempuan

Perawatan akan melibatkan peningkatan jumlah hormon seks perempuan. Perawatan akan bervariasi tergantung pada jenis hipogonadisme yang dialami dan apakah mereka sedang berusaha untuk hamil.

Jika mengalami hipogonadisme primer dan kegagalan ovarium,  biasanya perlu mencari bentuk-bentuk alternatif lainnya. Pilihannya meliputi beberapa hal berikut:

1. Donasi sel telur
2. Menggunakan gestational carrier
3. Adopsi

Jika Bunda mengalami hipogonadisme sekunder dan kadar FSH rendah, Bunda biasanya memerlukan suntikan FSH. Beberapa orang akan memerlukan suntikan FSH dan hormon human choriogonadotropin (hCG) untuk memicu ovulasi.

Beberapa orang juga akan memerlukan terapi estrogen. Estrogen tambahan dapat diberikan melalui koyo atau pil. Jika Bunda telah menjalani histerektomi, terapi estrogen mungkin akan menjadi lini pertama perawatan Bunda.

Karena peningkatan kadar estrogen dapat meningkatkan risiko kanker endometrium, Bunda akan diberikan kombinasi estrogen dan progesteron jika Bunda belum menjalani histerektomi. Progesteron dapat menurunkan risiko kanker endometrium jika Bunda mengonsumsi estrogen.

Perawatan lain dapat menargetkan gejala tertentu. Untuk hipogonadisme eugonadotropik, dokter biasanya akan mengobati penyebab yang mendasarinya, seperti PCOS.

Komplikasi hipogonadisme

Pada perempuan, hipogonadisme dapat menyebabkan kemandulan. Menopause adalah bentuk hipogonadisme yang terjadi secara alami. Kondisi ini dapat menyebabkan hot flashes, kekeringan vagina, dan mudah tersinggung karena kadar estrogen menurun. Risiko osteoporosis dan penyakit jantung meningkat setelah menopause.

Beberapa perempuan dengan hipogonadisme menjalani terapi estrogen, paling sering mereka yang mengalami menopause dini. Namun, penggunaan terapi hormon jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker payudara, pembekuan darah, dan penyakit jantung (terutama pada perempuan yang lebih tua). perempuan harus berbicara dengan dokter tentang risiko dan manfaat terapi hormon menopause.

Pada pria, hipogonadisme menyebabkan hilangnya gairah seks dan dapat menyebabkan:

1. Impotensi
2. Infertilitas
3. Osteoporosis
4. Kelemahan

Pria biasanya memiliki testosteron yang lebih rendah seiring bertambahnya usia. Namun, penurunan kadar hormon tidak sedramatis pada perempuan.

Kapan harus ke dokter?

Saat mengalami penyakit hipogonadisme, segeralah menghubungi dokter ketika melihat beberapa kondisi berikut:

1. Keluarnya cairan dari payudara
2. Pembesaran payudara (pria)
3. Hot flashes (perempuan)
4. Impotensi
5. Kerontokan rambut tubuh
6. Kehilangan periode menstruasi
7. Masalah untuk hamil
8. Masalah dengan dorongan seks 

Baik pria maupun perempuan harus menghubungi dokter jika mereka mengalami sakit kepala atau masalah penglihatan.

Cara mencegah hipogonadisme

Beberapa cara mencegah hipogonadisme dapat dilakukan agar kasus tersebut dapat segera dituntaskan ya, Bunda. Salah satunya dengan menjaga kebugaran, menjaga berat badan normal, dan kebiasaan makan sehat yang dapat membantu tubuh tetap fit. 

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online