Kisah viral datang dari seorang ibu menyusui yang mengalami hiperlaktasi. Melalui akun tiktoknya @aziza.amsa, Bunda Aziza menceritakan pengalamannya alami hiperlaktasi sampai payudaranya bolong karena dioperasi.
Hiperlaktasi adalah kondisi ketika payudara ibu menyusui menghasilkan ASI yang sangat banyak dan melebihi kebutuhan bayi.
Bunda Azizah mengaku lebih memilih ASI-nya keluar normal dan cukup dibandingkan mengalir deras dan banyak seperti keinginan busui setelah melahirkan Si Kecil. Kisah ini juga sudah mendapat izin dari Bunda Azizah untuk ditulis menjadi artikel.
"Enak banget ya ASI-nya banyak. Apakah emang seenak itu? Kalau boleh pilih aku pengen banget ASIku sedeng-sedeng aja, cukup, ga berlebihan. Maaf kalau statementku ini menyakiti hati kalian yang pengen ASI-nya banyak," tulis Bunda Aziza dikutip dari akun @aziza.amsa.
Meski harus menahan rasa sakit akibat hiperlaktasi sampai payudaranya bolong karena dioperasi, Azizah mengaku tetap bersyukur bisa memberikan ASI eksklusif ke Si Kecil.
"Jadi bolongnya itu karena operasi. Diinsisi dengan perawatan luka terbuka. Jadi pasca op ga dijahit," cerita Bunda Azizah kepada HaiBunda. Ia pun menggambarkan luka bolong pada payudaranya setelah operasi berukuran 5-7 cm. Adapun untuk perawatannya, lubang pada payudara dimasukkan tampon (kain kasa steril) yang diganti setiap hari kemudian diperban.
Ia melanjutkan, tujuan insisi dengan luka terbuka ini dilakukan agar gumpalan ASI yang sudah berubah jadi nanah keluar dan kering sehingga sembuh.
"Tapi aku tetap bersyukur dikasih kesempatan ngerasain mengasihi anakku sampai jadi selucu ini walaupun aku struggling sekali dengan hyperlaktasi ini. Walaupun aku harus kena mastitis dan berakhir dioperasi. Walaupun payudaraku harus bolong, walaupun ga ada win win solution untuk ibu dan baby," tuturnya.
Menurut Aziza awal saat mengalami hiperlaktasi dia dihadapkan dengan dua pilihan. Pertama dia harus konsumsi obat dengan catatan stop ASI dan anaknya minum susu formula. Kedua dia tetap memberikan ASI tapi masalah hiperlaktasi tetap dia rasakan. Lantaran tak ingin memberi susu formula, Bunda Aziza memilih tetap memberikan ASI eksklusif ke Si Kecil.
"Ada dua pilihan aku konsumsi obat untuk stop ASI, aku ga akan kena clog lagi. Tapi anakku konsumsi sufor atau aku tetap mengasihi dengan chance clog lagi dan mastitis lagi. Tapi anakku tetap ASI eksklusif. Salah satu harus ada yang dikorbankan. Dan sejauh ini aku masih tetap komitmen untuk tetap kasih ASI untuk anakku. Walaupun tidurku ga pernah nyenyak lagi karena aku takut telat mengasihi, takut banget keulang clog dan mastitis lagi," tuturnya.
Sayangnya, pengalamannya alami hiperlaktasi dikomentari sinis oleh sebagian orang. Dia justru disebut lebay karena pengalamannya tersebut. Padahal, hiperlaktasi membuat Bunda Aziza trauma karena harus dioperasi dan payudaranya bolong.
"Malah ada yang bilang aku lebay tapi mastitis memang sesakit itu. Kayaknya belum pernah aku punya trauma sampai separno ini. Tapi semoga Allah jaga aku dan keluargaku, semoga ga keulang lagi, semoga yang kemarin yang terakhir, semoga aku, anakku, suamiku sehat-sehat selalu," tuturnya.
Apakah produksi ASI berlebihan atau hiperlaktasi berbahaya?
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/FatCamera
Bunda tentu ingin memiliki produksi ASI banyak dan deras bukan saat menyusui Si Kecil. Tapi bunda tidak tahu, produksi ASI yang berlebihan juga bisa berbahaya lho, seperti kisah dari Bunda Aziza yang harus operasi dan payudaranya bolong.
Kelebihan pasokan ASI juga dikenal sebagai hiperlaktasi atau hipergalaktia. Kelebihan pasokan ASI terjadi ketika payudara menghasilkan lebih banyak ASI daripada yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal bayi yang menyusui.
Selama beberapa minggu pertama menyusui, adalah normal untuk mengalami persediaan ASI yang melimpah. Jika Bunda memiliki kelebihan pasokan, kelimpahan itu terus berlanjut di luar minggu-minggu awal tersebut.
Apakah produksi ASI berlebihan atau hiperlaktasi berbahaya?
Jika Bunda menyusui, ASI Bunda langsung masuk ke bayi, bukan ke dalam wadah. Cara terbaik untuk menentukan apakah ASI Bunda kelebihan pasokan adalah dengan melihat gejala pada bayi dan diri Bunda.
Gejala hiperlaktasi dapat terlihat dari ibu dan bayi. Menurut Donnya Murray, RN, BSN, dikutip dari laman Very Well Family, beberapa gejala hiperlaktasi pada ibu di antaranya:
- Memiliki payudara yang lembek dan terlalu penuh sehingga bayi mungkin berjuang ketika mereka mencoba untuk menyusu
- Pembengkakan payudara
- Payudara bocor
- Payudara keras yang tidak menjadi lebih lembut setelah menyusui
- Saluran susu tersumbat
- Puting sakit
Sementara itu, gejala pada bayi ditandai dengan:
- Rewel saat menyusu
- Pelekatan yang buruk
- Menangis saat ditawari menyusu
- Penolakan untuk menyusu
Setiap kali Si Kecil menyusu, mereka mulai dengan mendapatkan susu encer rendah lemak, tinggi gula, yang disebut foremilk. Saat menyusui berlangsung, foremilk bertransisi menjadi susu yang lebih tinggi lemak dan krim yang disebut hindmilk. Hindmilk lebih mengenyangkan dan membantu memuaskan rasa lapar bayi Anda.
Ketika Bunda memiliki lebih banyak ASI daripada yang dibutuhkan bayi, bayi mungkin kenyang dengan foremilk dan berhenti menyusu sebelum mendapatkan hindmilk yang sangat banyak.
Bayi yang tidak mendapat cukup hindmilk mungkin ingin menyusu lebih sering karena tidak merasa kenyang. Sebagai alternatif, kurangnya hindmilk berkalori tinggi yang memadai juga dapat menyebabkan penambahan berat badan yang tidak memadai.
Kelebihan pasokan ASI sering dikaitkan dengan refleks let-down yang sangat kuat. Jika aliran susu dari payudara terlalu kuat dan cepat, bayi Bunda akan kesulitan untuk menyusu. Bayi yang mencoba menyusu melalui let-down yang kuat sering kali tersedak dan terengah-engah.
Tersedak dan megap-megap dapat menyebabkan bayi muntah, cegukan, kembung, dan terlihat seperti kolik. Hal-hal ini dapat menyebabkan dokter salah mendiagnosis gastroesophageal reflux (GERD), kolik, atau alergi protein susu. Kesalahan diagnosis dan kurangnya dukungan menyusui yang tepat juga dapat menyebabkan penyapihan lebih awal dari yang diinginkan.
Ketika Bunda kelebihan pasokan, Bunda mungkin tidak dapat menguras payudara sepenuhnya, yang membuat Bunda lebih mungkin mengalami infeksi payudara berulang. Mastitis terkadang bisa menjadi kronis. Candida, pertumbuhan berlebih ragi di payudara, juga bisa terjadi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video berikut ini:
(pri/pri)
Loading...