Emboli paru (PE) pada ibu hamil merupakan kondisi memdis yang dapat membahayakan ibu hamil dan janin di dalam kandungan. Kondisi ini dapat terjadi karena ada penyumbatan pada pembuluh darah paru-paru akibat bekuan darah. Artinya emboli paru akan membatasi aliran darah ke paru-paru, menurunkan kadar oksigen di paru-paru dan meningkatkan tekanan darah di arteri pulmonalis.
Mengutip laman My.clevelandclinic.org, emboli paru merupakan keadaan darurat medis. Tanpa pengobatan yang cepat, emboli paru dapat menyebabkan kerusakan jantung atau paru-paru dan bahkan kematian.
Sekitar 33 persen penderita emboli paru meninggal sebelum mereka mendapatkan diagnosis dan pengobatan. Namun dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu, PE jarang berakibat fatal.
Penyebab emboli paru
Beberapa penyebab emboli paru terjadi pada ibu hamil sebagai berikut:
1. Penumpukan darah
Pengumpulan darah di bagian tubuh tertentu biasanya lengan atau kaki. Darah biasanya terkumpul setelah tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama, seperti setelah operasi, istirahat di tempat tidur, atau penerbangan jauh atau naik pesawat.
2. Patah tulang
Cedera pada pembuluh darah, seperti patah tulang atau pembedahan terutama di panggul, pinggul, lutut, atau tungkai.
3. Kondisi medis lain
Kondisi medis seperti penyakit kardiovaskular termasuk gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, serangan jantung, atau stroke.
4. Terapi hormon atau pil KB
Faktor pembekuan darah yang meningkat dapat terjadi pada beberapa jenis kanker atau pada beberapa orang yang menggunakan terapi penggantian hormon atau pil kontrasepsi KB. Faktor pembekuan yang abnormal atau rendah juga dapat terjadi akibat gangguan pembekuan darah.
Gelaja emboli paru
Mengutip laman Mkuh.nhs.uk, ada beberapa gejala bisa muncul ketika ibu hamil mengalami emboli paru. Berikut gelaja yang perlu Bunda waspadai;
1. Kesulitan bernapas
Ibu hamil yang mengalami emboli paru mungkin akan kesulitan bernapas secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
2. Nyeri dada
Bunda mungkin akan merasakan sesak sekaligus nyeri di bagian dada secara tiba-tiba. Terutama jika rasa nyeri ini semakin memburuk yang mengakibatkan sesak napas.
3. Batuk darah
Bila ibu hamil mengalami batuk darah atau bercak perlu diwaspadai karena ini tanda Bunda bisa mengalami emboli paru.
4. Jantung berdebar
Bila Bunda mengalami peningkatan denyut jantung atau jantung berdebar juga bisa dicurigai sebagai gejala awal mengalami emboli paru.
Tapi perlu Bunda catat, meski mengalami beberapa gejala yang disebutkan di atas tidak berarti menderita emboli paru. Kehamilan normal atau masalah lain seperti infeksi dada atau paru-paru kolaps juga dapat menyebabkan gejala serupa. Oleh karena itu segeralah Bunda periksa ke dokter saat mengalami beberapa tanda tersebut.
Tes yang perlu dilakukan
Jika Bunda ada kekhawatiran menderita emboli paru sebaiknya langsung periksa ke dokter. Setelah itu dokter menyarankan beberapa pemeriksaan yang harus Bunda lakukan seperti:
- Rontgen dada
- Pemindaian ultrasonografi Doppler pada kaki
- Pemindaian perfusi paru (pemindaian VQ)
- CT angiogram paru (CTPA).
Biasanya diperlukan lebih dari satu tes untuk mencapai diagnosis. Beberapa dari tes ini akan membuat Bunda dan bayi terkena radiasi. Tapi dokter akan mengurangi jumlah radiasi yang akan membahayakan janin.
Pengobatan emboli paru
Setelah mengetahui penyebab dan gejala emboli paru pada ibu hamil, berikut beberapa pengobatan yang perlu dilakukan.
1. Pengobatan di rumah sakit
Bila Bunda mengalami emboli paru hal pertama yang dilakukan tentu perawatan di rumah sakit agar dokter bisa memantau kondisi Bunda. Namun lama perawatan emboli paru di rumah sakit tidak bisa ditentukan karena tergantung tingkat keparahan bekuan darah. Beberapa orang mungkin tidak perlu menginap.
Yang pasti pengobatan utama untuk emboli paru adalah antikoagulan atau pengencer darah. Lagi-lagi penggunaan pengencer darah tergantung pada tingkat keparahan bekuan darah dan pengaruhnya terhadap organ lain seperti jantung. Mungkin Bunda akan menjalani terapi trombolitik, pembedahan, atau prosedur intervensi untuk meningkatkan aliran darah di arteri pulmonalis.
2. Obat antikoagulan
Selain itu, obat antikoagulan guna bisa digunakan untuk menurunkan kemampuan darah membeku. Hal ini mencegah penggumpalan darah di kemudian hari. Tapi penting untuk Bunda memahami bagaimana dan kapan harus mengonsumsi antikoagulan dan berapa lama mengonsumsinya sesuai resep dokter.
3. Tes darah
Saat mengonsumsi antikoagulan, pemeriksaan lebih lanjut dibutuhkan. Seperti tes darah rutin (tes waktu protrombin) untuk melihat seberapa cepat darah membeku. Ini membantu dokter menentukan dan mengetahui apakah dosis obat yang Bunda minum sudah tepat.
4. Stocking kompresi
Stocking kompresi dapat membantu meningkatkan aliran darah di kaki. Orang yang mengalami trombosis vena dalam (DVT) sering kali menggunakannya. Sebaiknya menggunakan stoking ini sesuai dengan petunjuk dokter. Stoking ini biasanya berukuran setinggi lutut dan memberikan tekanan pada kaki untuk mencegah darah terkumpul.
5. Pembedaan atau operasi
Jika emboli pari mengancam jiwa dan pengobatan lain tidak berhasil maka tindakan medis pembedahan harus dilakukan. Terapi trombolitik juga merupakan opsi lain.
Selain itu, dokter merekomendasikan prosedur intervensi, di mana seorang ahli medis menempatkan filter di dalam vena terbesar tubuh Bunda. Filter vena cava ini berfungsi untuk menangkap bekuan darah sebelum masuk ke paru-paru.
6. Terapi trombolitik
Obat trombolitik atau penghancur gumpala dapat dilakukan termasuk aktivator plasminogen jaringan (TPA) untuk melarutkan gumpalan darah. Bunda bisa menerima terapi trombolitik di rumah sakit agar dokter bisa memantu kondsinya. Namun obat ini digunakan saat Bunda memiliki riwayat sakit tekanan darah rendah dan tidak stabil akibat emboli paru.
Begitulah penjelasan tentang emboli paru mulai dari penyebab, gejala dan cara mengatasinya ya Bunda.
(pri/pri)