Pentingnya memenuhi tidur yang cukup selama kehamilan bagi para ibu menjadi sebuah keharusan. Sebab, ibu hamil kurang tidur berisiko sebabkan keterlambatan perkembangan pada bayi laki-laki.
Menurut sebuah penelitian, kurang tidur selama kehamilan dapat dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan otak pada anak-anak. Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti di Tiongkok menemukan bahwa kurang tidur selama kehamilan dapat dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan saraf pada anak-anak, terutama pada anak laki-laki.
Tidak cukup tidur selama kehamilan dapat membuat wanita berisiko lebih tinggi memiliki anak dengan keterlambatan perkembangan saraf, menurut sebuah penelitian terbaru.
Kekurangan tidur secara umum dianggap berbahaya bagi kesehatan dan telah dikaitkan dengan masalah kronis tertentu seperti, "penyakit jantung, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, obesitas, dan depresi," menurut to the US National Heart, Lung, and Blood Institute seperti dikutip dari laman Euronews.
Namun, banyak perempuan dilaporkan mengalami kurang tidur karena beberapa gejala terkait kehamilan, seperti perubahan hormonal, ketidaknyamanan fisik, dan kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi.
Ketahui efek kurang tidur pada ibu hamil
Pada kehamilan anak laki-laki, kurangnya tidur pada ibu membuat risiko gangguan perkembangan di kemudian hari. Anak laki-laki lebih mungkin mengalami keterlambatan perkembangan saraf jika ibu mereka tidur kurang dari 7 jam per malam selama kehamilan.
Kadar peptida C dalam darah tali pusat yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko keterlambatan perkembangan saraf. Perempuan yang tidur kurang dari 7 jam per malam selama kehamilan mungkin lebih mungkin memiliki anak laki-laki dengan keterlambatan perkembangan saraf, menurut data yang dipublikasikan dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
“Implikasi klinis dari penelitian kami menggarisbawahi pentingnya bagi penyedia layanan kesehatan untuk menilai durasi tidur pada ibu hamil dan menawarkan panduan untuk mencapai tidur yang cukup,” seperti dikatakan Peng Zhu, MD, dari the department of maternal, child and adolescent health di Anhui Medical University School of Public Health di Hefei, China seperti dikutip dari laman Healio.
Karenanya, mendidik ibu hamil tentang pentingnya tidur bagi kesehatan mereka dan anak mereka yang belum lahir sangatlah penting. Mereka perlu meningkatkan kebersihan diri terutama sebelum tidur, melakukan terapi perilaku kognitif untuk penderita insomnia, atau pergi berkonsultasi dengan dokter. Hal ini penting mengingat durasi tidur yang pendek selama kehamilan meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan saraf pada keturunan.
Dalam penelitian yang melibatkan 7.059 pasangan ibu dan anak yang berpartisipasi dalam the Maternal & Infants Health in Hefei cohort study di China bahwa para ibu melaporkan durasi tidur dalam wawancara pada usia kehamilan 24 hingga 28 minggu dan pada usia kehamilan 32 hingga 36 minggu. Durasi tidur pendek didefinisikan sebagai kurang dari 7 jam per malam. Kemudian, penelitian juga mengumpulkan sampel darah serum tali pusat saat persalinan.
Perkembangan saraf anak dinilai menggunakan Denver Developmental Screening Test-II pada usia 6, 12, 24, dan 36 bulan. Anak-anak dianggap mengalami keterlambatan perkembangan saraf jika mereka tidak lulus setidaknya satu item tes di setiap kategori penilaian.
Dalam hal ini, tidur pendek dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa dari kelompok studi tersebut sebanyak 7 persen anak mengalami keterlambatan perkembangan saraf. Dari mereka yang mengalami keterlambatan perkembangan saraf, sebanyak 56,7 persen adalah laki-laki.
Perempuan yang tidur kurang dari 7 jam per malam pada usia kehamilan 24 hingga 28 minggu lebih mungkin memiliki anak dengan keterlambatan perkembangan saraf dibandingkan mereka yang tidur 7 jam atau lebih per malam (HR = 1,6; 95% CI, 1,1-2,3), menurut para peneliti.
Dalam analisis stratifikasi jenis kelamin, hubungan ini signifikan pada perempuan yang melahirkan anak laki-laki (HR = 2,05; 95% CI, 1,29-3,25), tetapi tidak pada mereka yang melahirkan anak perempuan.
Durasi tidur pendek yang terus-menerus kurang dari 7 jam per malam pada setiap tindak lanjut juga dikaitkan dengan risiko yang lebih besar untuk keterlambatan perkembangan saraf pada keturunan dibandingkan dengan durasi tidur yang terus-menerus 7 jam atau lebih per malam (HR = 1,89; 95% CI, 1,24-2,86), tulis para peneliti.
Dalam analisis stratifikasi jenis kelamin, hubungan tersebut kembali hadir pada ibu yang melahirkan anak laki-laki (HR = 2,16; 95% CI, 1,27-3,68) tetapi tidak pada ibu yang melahirkan anak perempuan.
“Janin laki-laki mungkin lebih sensitif terhadap lingkungan metabolisme yang dipengaruhi oleh pola tidur ibu,” kata Zhu. “Wawasan ini dapat mengarah pada intervensi yang lebih disesuaikan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor prenatal memengaruhi hasil perkembangan saraf secara khusus berdasarkan jenis kelamin.”
Posisi Tidur Hamil/ Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari
Bagaimana dampak kurang tidur saat hamil?
Sering kurang tidur saat hamil akan menimbulkan banyak dampak buruk bagi kesehatan. Meski sudah cukup nutrisinya, jika kurang tidur secara rutin, ibu hamil akan kurang waspada, bahkan bisa menyebabkan kelelahan yang membahayakan kesehatan dan nyawa.
Insomnia saat hamil akan membuat tubuh kurang waspada, sering kali lesu dan mudah lelah. Insomnia juga membuat otak kekurangan zat gizi mikro. Dan, kurang tidur secara rutin akan menyebabkan otak kekurangan oksigen dan beberapa zat yang mengakibatkan penyakit seperti mudah marah, sakit kepala, dan tekanan darah tinggi.
Apakah insomnia memengaruhi janin?
Setiap perubahan pada tubuh dapat memengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang bayi. Insomnia saat hamil dapat menimbulkan dampak buruk sebagai berikut:
1. Anak rentan terkena anemia
Seperti diketahui, pukul 23.00 hingga pukul 03.00 dini hari merupakan waktu tubuh memproduksi sel darah merah. Jika sering kurang tidur, hal ini akan memengaruhi proses peredaran darah, sehingga janin rentan terkena anemia sejak dalam kandungan.
2. Keterlambatan perkembangan
Sejak minggu ke-24, anak akan mengalami perkembangan otak yang pesat dan indra tubuhnya yang sempurna. Jika asupan makanan dan tidur tidak tepat, metabolisme tubuh akan terganggu dan menyebabkan gangguan hormonal seperti dikutip dari laman Vinmec.
Cara meminimalisasi kurang tidur selama kehamilan
Tidur selama 8 jam sehari sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan anak. Selain itu, ibu hamil juga perlu tidur sebelum pukul 11 malam dan tidur siang sekitar 30 menit untuk memastikan kehamilan yang sehat. Jika Bunda sering mengalami insomnia selama kehamilan, Bunda dapat menerapkan beberapa cara berikut:
1. Tinggikan bantal saat tidur dan berbaring miring untuk mengurangi tekanan rahim pada panggul.
2. Tambahkan makanan kaya vitamin B seperti kacang-kacangan, makanan laut, biji-bijian, sayuran hijau, dan lainnya untuk merangsang otak, mengurangi stres, dan kelelahan.
3. Jangan banyak makan makanan manis yang menyebabkan gula darah tinggi sehingga sulit tidur.
4. Berlatih yoga, olahraga ringan, berjalan kaki sebelum tidur akan membantu mengurangi stres, membatasi kram, dan mendapatkan tidur yang lebih nyenyak.
5. Jangan tidur siang lebih dari 1 jam untuk menghindari rasa lelah, kantuk, dan kesulitan tidur di malam hari.
6. Jika Bunda mengalami kesulitan tidur, bacalah buku atau mendengarkan musik yang lembut agar rileks dan mudah tertidur.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)