Ini Alasan Pelampung Leher untuk Bayi saat Berenang Disebut Tidak Aman

1 month ago 21

Jakarta -

Keamanan harus menjadi prioritas ketika bayi diperkenalkan dengan aktivitas berenang. Ya, American Academy of Pediatrics (AAP), sebuah asosiasi profesional dokter anak di Amerika Serikat mengatakan bahwa pelajaran berenang bayi tidak disarankan sampai bayi setidaknya berusia satu tahun.

Mengapa? Hal tersebut karena saat ini tidak ada bukti bahwa program berenang bayi dapat menurunkan risiko tenggelam, sekalipun anak sudah pakai pelampung.

Berkaitan dengan pengamanan, pelampung leher untuk Si Kecil ternyata juga disebut tidak aman untuk bayi. Dalam kurun lima tahun terakhir, Komisi Keamanan Produk Konsumen Amerika Serikat (CPSC) telah menerima laporan setidaknya 85 bayi yang mengalami kecelakaan akibat pelampung leher. Bahkan, ada dua kasus anak meninggal, Bunda.

Sekarang, CPSC sedang mempertimbangkan aturan yang lebih ketat seputar desain dan pengujian keamanan untuk pelampung leher bayi, akan tetapi beberapa regulator mengatakan itu tidak cukup. Di bulan Oktober lalu, satu komisaris CPSC mengusulkan pelarangan pelampung leher sama sekali. 

"Saya pikir kategori produk ini adalah ide yang buruk dan saya tidak yakin bahwa saya sepenuhnya setuju dengan pendekatan yang kita bahas hari ini," kata Komisaris Peter Feldman, dikutip dari Motherly.

Penyebab pelampung leher tidak aman

Pelampung leher bayi dipasarkan kepada orang tua sebagai cara untuk menjaga kepala bayi di atas air saat mereka mengapung dan bermain di bak mandi atau di kolam renang. Beberapa terbuat dari busa yang kuat, sementara yang lain berongga dan dapat digelembungkan.

Pelampung leher dimaksudkan untuk digunakan saat bayi di dalamnya berada di bawah pengawasan terus-menerus. Namun, orang tua di Amerika Serikat telah melaporkan kecelakaan yang nyaris terjadi kepada CPSC bahkan saat mereka mengawasi bayi mereka di pelampung leher mereka. Hal ini tentu menjadi ironi.

Menurut laporan yang didapat CPSC, bayi yang berusia antara 17 hari hingga 12 bulan telah terlepas melalui pelampung dan kepala, mulut, atau hidung mereka masuk ke dalam air. Hal ini dapat terjadi jika pelampung kurang angin, mulai bocor, menjadi licin karena sabun atau karena alasan yang sama sekali tidak diketahui.

Dalam sebagian besar insiden di mana bayi terlepas dari pelampung leher mereka, mereka diselamatkan dengan cepat dan tanpa cedera. Namun, dua bayi dirawat di rumah sakit, serta dua bayi lainnya (yang ditinggalkan tanpa pengawasan di bak mandi) dilaporkan tenggelam dan meninggal.

Food and Drug Administration (FDA) AS telah memperingatkan agar tidak menggunakan pelampung leher, dengan mengatakan bahwa pelampung tersebut dapat menyebabkan ketegangan dan cedera leher, terutama pada bayi dengan kebutuhan khusus. CPSC juga telah memperingatkan orang tua agar tidak menggunakannya, menyusul salah satu kematian bayi yang terjadi.

Pelampung tidak sama dengan life jacket

AAP merekomendasikan agar orang tua secara umum menghindari penggunaan "pelampung" atau alat bantu renang tiup pada anak-anak karena dapat memberikan rasa aman yang salah kepada anak-anak. Mereka juga mencatat bahwa pelampung dan alat bantu renang bukanlah pengganti yang memadai untuk life jacket, Bunda.

"Tidak ada data yang mendukung pelampung leher ini. Jadi, menurut saya, itulah hal terpenting yang perlu diketahui orang tua," kata dr. Sarah Denny, seorang dokter anak dan juru bicara AAP, dikutip dari ABC News.

"Hal lainnya adalah dalam hal keselamatan air, tidak ada barang ditiup yang dianggap sebagai alat keselamatan dalam air. Jadi, kami memiliki alat pengapung pribadi di jaket pelampung yang disetujui Penjaga Pantai AS yang dapat kami rekomendasikan. Namun, tidak satu pun dari alat tersebut yang akan dikalungkan di leher anak-anak," lanjutnya.

Denny menambahkan FDA mengeluarkan peringatan dan mereka sebagai akademisi tidak menentang barang-barang tertentu. Namun, dari sudut pandang keselamatan, ia akan mendorong orang tua untuk tidak menggunakan pelampung.

Tips aman berenang bersama bayi

Jika Bunda ingin berenang bersama bayi, maka pastikan ikuti tips berikut ini seperti dilansir berbagai sumber:

Tetap dekat dengan anak

Dilansir dari laman Parents, menurut seorang dokter anak dan penulis utama, Jeffrey Weiss, M.D., pernyataan kebijakan AAP tentang pencegahan tenggelam, orang tua harus selalu dekat dengan anaknya ketika berenang. Jaga agar mereka dalam jangkauan lengan, dan waspadalah. Bayi pun dapat tenggelam dalam air yang sangat sedikit, Bunda.

Waspadalah terhadap kolam renang tiup

Bayi kecil mudah membungkuk dan jatuh dengan kepala lebih dulu ke dalam tempat air berdinding lunak ini. Awasi dengan saksama, kosongkan kolam kecil setelah digunakan.

Pelajari teknik keselamatan dasar

Manajer pengembangan teknis akuatik di American Red Cross Preparedness, Health and Safety Services, Connie Harvey menyarankan orang tua harus memiliki kemampuan CPR dan pelatihan dasar keselamatan air. Bunda bisa mendapatkannya melalui beberapa situs resmi di internet atau belajar langsung dengan ahlinya.

Tunda les renang hingga anak 1 tahun

Tunda pelajaran renang hingga anak berusia 12 bulan. AAP tidak merekomendasikan anak-anak berusia di bawah 1 tahun untuk les renang karena tidak ada program formal untuk penyelamatan di air untuk anak-anak usia tersebut.

Kalau pun ada, orang tua harus benar-benar ikut berenang dan tidak boleh membiarkan anak dalam kondisi sendiri. Jangan lupa konsultasikan kondisi anak terlebih dahulu kepada dokter ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online