Ketuban Pecah Dini (KPD): Gejala, Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan

1 month ago 22

Jakarta -

Ketuban pecah sebelum waktunya? Kondisi ini dikenal dengan ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM). Ketuban Pecah Dini terjadi ketika kantung ketuban yang melindungi bayi pecah sebelum waktunya, biasanya terjadi sebelum dimulainya proses persalinan.

Ketuban Pecah Dini ini memerlukan penanganan medis segera demi menghindari komplikasi KPD pada ibu dan bayinya. Untuk itu, ibu hamil penting mengenali tanda-tanda KPD agar mendapatkan perawatan yang tepat.

Apa itu ketuban pecah dini (KPD)?

Dilansir Medline plus, lapisan jaringan yang disebut kantung ketuban itu bertugas menahan cairan yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Pada kebanyakan kasus, selaput ini pecah selama persalinan atau dalam waktu 24 jam sebelum dimulainya persalinan. 

Sedangkan cairan ketuban adalah air yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Membran atau lapisan jaringan menahan cairan ini. Membran ini disebut kantung ketuban.

Lantas apa itu KPD? KPD adalah singkatan dari ketuban pecah dini. Kondisi ini terjadi ketika kantong ketuban yang mengelilingi bayi pecah sebelum waktunya. Biasanya sebelum minggu ke-37 kehamilan. 

Sering kali, selaput pecah selama persalinan. Namun, terkadang selaput pecah sebelum seorang ibu hamil melahirkan. Ketika ketuban pecah lebih awal, itu disebut ketuban pecah dini (KPD). Semakin dini ketuban pecah, semakin serius kondisinya ibu dan bayinya.

Jenis ketuban pecah dini (KPD)

Melansir Medscape, ketuban pecah dini (KPD) itu ada beberapa jenis, yakni: 

  1. KPD Preterm atau Preterm premature rupture of membranes (PPROM) adalah KPD sebelum kehamilan 37 minggu. 
  2. KPD spontan sebelum waktunya atau Spontaneous preterm rupture of the membranes (SPROM) adalah KPD setelah atau bersamaan dengan persalinan yang terjadi sebelum 37 minggu. 
  3. KPD yang berkepanjangan atau Prolonged rupture of membranes adalah KPD yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan sebelum persalinan dimulai.

Tanda dan gejala ketuban pecah dini (KPD)

Gejala paling jelas dari pecahnya selaput ketuban adalah merasakan semburan cairan dari vagina. Namun, itu tidak selalu semburan.

Beberapa ibu hamil merasakan kebocoran atau tetesan cairan yang lambat. Ketuban pecah bukanlah sesuatu yang dapat dikendalikan. Tidak seperti saat Bunda buang air kecil, Bunda tidak akan bisa menahannya.

Terkadang sulit untuk mengetahui apakah ibu hamil mengeluarkan cairan ketuban, keputihan (yang jumlahnya meningkat selama kehamilan) atau kencing. 

Sebaiknya ibu hamil meletakkan tisu putih pada cairan tersebut. Jika berwarna kuning atau berbau, kemungkinan itu adalah urine. Jika bening dan tidak berbau, Bunda harus menghubungi dokter kandungan.

Jika Bunda tidak yakin apa yang keluar dari vagina, hubungi dokter kandungan.

Penyebab ketuban pecah dini (KPD)

Penyebab KPD bisa berbeda-beda. Jika ketuban pecah saat cukup bulan (37 minggu kehamilan), biasanya karena selaput ketuban melemah karena tekanan kontraksi. Wajar jika selaput ketuban pecah dengan sendirinya, tetapi ini biasanya terjadi setelah persalinan dimulai.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun ibu hamil tidak merasakan kontraksi, tubuh masih bersiap untuk persalinan. Ini berarti rahim mungkin berkontraksi, dan serviks mungkin menipis (menipis) dan melebar (membuka) tanpa merasakan apa pun. Hal ini dapat menyebabkan kantong ketuban melemah dan akhirnya pecah.

KPD prematur biasanya terjadi karena kondisi medis atau komplikasi kehamilan, tetapi dapat disebabkan oleh penyebab yang tidak diketahui. Beberapa penyebab yang paling umum meliputi:

  1. Pendarahan vagina.
  2. Kelainan bawaan yang memengaruhi rahim (seperti sindrom Ehlers-Danlos).
  3. Insufisiensi serviks.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan ketuban pecah dini menurut NIH dan dikutip dari laman Medine Plus, yakni:

  • Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina.
  • Riwayat ketuban pecah dini di kehamilan sebelumnya.
  • Perdarahan pervaginam di trimester kedua atau ketiga.
  • Riwayat pernah menjalani operasi atau biopsi serviks.
  • Peregangan kantung ketuban secara berlebihan akibat terlalu banyak cairan ketuban atau hamil lebih dari satu bayi.
  • Defisiensi nutrisi tembaga dan asam askorbat.
  • Indeks massa tubuh yang rendah.
  • Penggunaan obat-obat terlarang atau merokok.

Komplikasi ketuban pecah dini (KPD)

Komplikasi KPD bisa sangat serius. Ini tidak hanya pada ibu tapi juga janinnya ketika dilahirkan. Berikut beberapa komplikasi ketuban pecah dini yang mungkin terjadi:

  1. Infeksi pada ibu dan janin, serta risiko rahim terinfeksi (korioamnionitis).
  2. Persalinan prematur.
  3. Sindom gangguan pernapasan pada bayi.
  4. Perdarahan intraventrikular.
  5. Hipoplasia paru janin.
  6. Risiko melahirkan dengan operasi caesar.

Ketuban pecah dini sebelum minggu ke-24 jarang terjadi. Namun, seringkali ini mengakibatkan kematian janin karena paru-paru yang belum berkembang dengan baik. 

Jika bayi bisa bertahan hidup maka berisiko mengalami masalah jangka panjang, seperti penyakit paru kronis, masalah perkembangan, hidrosefalus, dan kelumpuhan otak.

Kapan KPD harus dirujuk ke rumah sakit sangat tergantung pada usia kehamilan dan tanda-tanda yang muncul. Jika KPD terjadi sebelum 37 minggu, dokter akan melakukan evaluasi mendalam untuk menentukan langkah yang tepat.

Diagnosis ketuban pecah dini (KPD)

Apabila ibu hamil curiga mengalami KPD, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan dan menegakkan diagnosis. 

Melansir dari Healthline, berikut beberapa pemeriksaan untuk diagnosis KPD:

1. Tes analisis sekresi vagina

Tes ini untuk menentukan apakah cairan yang keluar memang air ketuban. Tes ini akan mencari zat atau karakteristik tertentu yang biasanya ditemukan dalam cairan ketuban.

2. Tes pH

Tes PH ini dilakukan dengan menguji pH sampel cairan vagina. PH vagina normal adalah antara 4,5 dan 6,0. Cairan ketuban memiliki pH lebih tinggi dari 7,1 hingga 7,3. Jika ketuban sudah pecah, pH sampel cairan vagina akan lebih tinggi dari normal.

3. Tes nitrazin

Pada tes ini, diberikan setetes cairan dari vagina ke strip kertas yang mengandung pewarna nitrazine. Strip berubah warna tergantung pada pH cairan. Strip akan membiru jika pH lebih besar dari 6,0, ini berarti kemungkinan besar membran telah pecah.

4. Ferning

Jika terjadi KPD, cairan yang bercampur dengan estrogen akan menciptakan pola di bawah mikroskop karena kristalisasi garam. Beberapa tetes cairan akan ditempatkan pada slide mikroskop dan diamati di bawah mikroskop untuk mengetahui apakah air ketuban memang yang keluar dari vagina.

Tes lainnya untuk mendiagnosis melibatkan cek cairan yang keluar dari vagina. Setelah ketuban pecah dini dikonfirmasi, tes tambahan lain mungkin dilakukan untuk menilai kondisi janin.

Bahaya ketuban pecah dini (KPD)

Jika KPD tidak segera ditangani, beberapa bahaya yang bisa terjadi meliputi:

  1. Meningkatnya risiko infeksi rahim dan bayi.
  2. Bayi berisiko lahir prematur dengan masalah kesehatan yang signifikan.
  3. Tali pusat bisa terjepit dan mengganggu aliran oksigen ke janin.

Ini menunjukkan bahwa penatalaksanaan KPD sangat penting segera dilakukan setelah tanda-tanda KPD muncul.

Cara mengatasi ketuban pecah dini (KPD)

Penanganan KPD tergantung pada usia kehamilan, kondisi janin, dan kondisi Bunda. Secara umum, ada dua pilihan penanganan, yakni melahirkan atau menunggu kelahiran.

Waktu menunggu ini dilakukan dengan memberikan pengobatan yang dapat menunda persalinan. Berikut penanganan KPD:

1. Sudah cukup bulan (37 minggu atau lebih)

Jika usia kehamilan sudah cukup bulan, Bunda dapat melanjutkan persalinan dan dilakukan pencegahan penyakit Streptococcus Grup B harus diberikan sesuai indikasi.

2. Usia kehamilan 34 sampai 36 minggu

Menurut Sanford Health, dua perlima perempuan pada tahap ini akan melahirkan bayinya dalam waktu seminggu. Banyak yang akan melahirkan dalam waktu 48 jam. Proses persalinan dapat dilakukan bila rumah sakit memiliki ruang perawatan neonatus.

3. Usia kehamilan kurang dari 34 minggu

Dokter mungkin akan melakukan induksi jika paru-paru janin dipastikan sudah matang. Pengobatan juga akan diberikan, seperti antibiotik, suntikan steroid untuk perkembangan paru-paru, dan obat untuk mencegah kontraksi. Dokter juga akan memantau kondisi janin secara teratur melalui USG.

Cara mencegah ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban pecah dini tidak selalu dapat dicegah. Namun, perubahan gaya hidup menjadi sehat bisa mengurangi risikonya, Bunda.

Berikut beberapa cara mencegah KPD:

  1. Pemeriksaan rutin selama hamil dibutuhkan untuk memastikan kondisi cairan ketuban baik, begitupun kondisi janin. 
  2. Jangan lupa untuk bicarakan ke dokter tentang penggunaan obat-obatan selama hamil.
  3. Menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau penggunaan narkoba.
  4. Menjaga kebersihan area vagina untuk mencegah infeksi.
  5. Memastikan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan.

Risiko KPD diharapkan bisa diminimalisasi dan kehamilan dapat berjalan lebih aman jika dilakukan pencegahan dengan tepat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online