Durasi Menyusui Memengaruhi Perkembangan Sistem Pernapasan Bayi? Simak Faktanya

1 month ago 25

Jakarta -

Setiap Bunda yang menyusui memiliki kebiasaan berbeda satu sama lain ya, Bunda. Termasuk soal lama waktu menyusui. Lantas, benarkah durasi menyusui memengaruhi perkembangan sistem pernapasan bayi?

Menyusui dan sistem pernapasan bayi banyak dikaitkan satu sama lain ya, Bunda. Katanya, menyusui berkaitan dengan risiko mengi yang lebih rendah pada anak usia dini, tetapi efeknya di kemudian hari masih belum jelas.

Dalam sebuah studi longitudinal observasional yang melibatkan 110 anak prapubertas, informasi tentang durasi menyusui, mengi, dan asma dikumpulkan melalui kuisioner.

Pada usia 11 tahun, diukurlah parameter spirometri, volume paru-paru, kapasitas paru-paru yang terdifusi, dan oksida nitrat fraksional yang dihembuskan.

Dalam studi tersebut digunakan model regresi ogistik dan linier untuk memeriksa hubungan antara durasi menyusui dengan kemungkinan asma dan pengukuran fungsi paru-paru. Semua analisis multivariabel disesuaikan dengan jenis kelamin, merokok selama kehamilan, usia kehamilan saat lahir, anak kembar, dan cara persalinan.

Hasilnya, durasi menyusui dikaitkan dengan skor  z FEV1 [β = 0,04, CI 95% (0,02–0,09)], skor z FEF75 [β = 0,06, CI 95% (0,03–0,09)], dan skor z FEV1/FVC [β = 0,03, CI 95% (0,00–0,07)], tetapi tidak dengan kapasitas paru-paru yang menyebar dan oksida nitrat fraksional yang dihembuskan. Tidak ada hubungan antara durasi menyusui dengan mengi pada anak usia prasekolah, pernah mengalami asma, dan asma saat ini yang terdokumentasi seperti dikutip dari laman Ncbi.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang disusui dalam jangka waktu yang lebih lama menunjukkan nilai z-skor FEV1, FEV1/FVC, dan FEF75 yang lebih tinggi pada usia 11 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang disusui dalam jangka waktu yang lebih pendek, yang menunjukkan efek perlindungan dari menyusui pada saluran napas, dan bukan pada parenkim paru-paru (volume paru-paru dan membran kapiler alveolar) atau peradangan saluran napas akibat alergi. Efek positif dari durasi menyusui pada fungsi paru-paru menjadi dasar untuk semakin mempromosikan menyusui sebagai tindakan pencegahan yang efektif.

Ketahui manfaat menyusui

Dalam literatur, manfaat menyusui pada perkembangan psikofisik, nutrisi, dan sistem kekebalan anak telah banyak dibuktikan. Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia dan the American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan pemberian ASI parsial selama tahun pertama dan seterusnya.

Saat ini, dampak menyusui pada kesehatan pernapasan masih kurang jelas. Dugaan hubungan antara menyusui dan fungsi paru-paru dapat dijelaskan oleh efek epigenetik dan modulasi mikrobiota usus, pertumbuhan paru-paru, dan sistem imun.

Secara umum diketahui bahwa bayi yang disusui memiliki infeksi pernapasan yang lebih jarang dan kurang parah daripada bayi yang tidak disusui. Memang, ASI memberikan manfaat imunologis melalui perlindungan langsung terhadap komponen-komponen tertentu (laktoferin, lisozim, defensina, dan sitokin lainnya), dan melalui stimulasi sistem imun karena kandungan faktor pertumbuhan dan nukleotidanya yang tinggi.

Baru-baru ini, diduga bahwa menyusui juga dapat memiliki efek langsung pada pertumbuhan paru-paru. Diketahui bahwa efek menyusui pada sistem pernapasan mungkin merupakan hasil interaksi kompleks antara faktor imunoaktif pelindung dan efek mekanis. Yang terakhir terdiri dari isapan yang lebih lama di payudara dibandingkan dengan botol, yang dapat menentukan peningkatan kapasitas paru-paru pada anak-anak yang disusui dibandingkan dengan anak-anak yang diberi susu botol.

Tingkat menyusui yang lebih rendah didokumentasikan pada bayi prematur dibandingkan dengan anak-anak yang lahir cukup bulan, dan usia gestasi saat lahir dianggap sebagai prediktor kuat untuk inisiasi menyusui.

Di Italia, the Italian Health Institute  melibatkan 3.235 bayi prematur dari 56 Unit Perawatan Intensif Neonatal, mengonfirmasi bahwa pemberian ASI eksklusif bergantung pada usia gestasi.

Selain itu, dalam penelitian sebelumnya, kami menunjukkan tingkat skor-z kapasitas difusi paru yang lebih rendah pada anak-anak yang sebelumnya prematur dibandingkan dengan anak-anak yang lahir cukup bulan di kemudian hari di masa kanak-kanak. Oleh karena itu, hubungan antara pemberian ASI dan hasil pernapasan lebih sulit diselidiki pada bayi prematur daripada kontrol yang sehat.

Sampai saat ini, penelitian yang menunjukkan efek pemberian ASI pada fungsi paru-paru telah melaporkan hasil yang kontras. Sebagian besar dari penelitian tersebut menemukan Forced Vital Capacity (FVC) atau volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang lebih tinggi pada anak-anak usia sekolah yang sebelumnya disusui.

Di sisi lain, dilaporkan juga adanya penurunan rasio FEV1/FVC pada 1.246 bayi yang disusui, khususnya pada anak-anak yang lahir dari ibu penderita asma, yang menunjukkan efek negatif dari pemberian ASI pada subkelompok ini.

Namun, belum ada penelitian yang meneliti hubungan durasi pemberian ASI dengan Diffusing capacity of the lung for carbon monoxide (DLCO) di kemudian hari pada masa kanak-kanak. Selain itu, beberapa penelitian dibatasi oleh beberapa masalah metodologis, seperti berbagai faktor pengganggu atau pengubah yang dipertimbangkan dan heterogenitas populasi penelitian.

Pemberian ASI dan parameter fungsi paru-paru

Dalam studi tersebut juga ditemukan bahwa pemberian ASI dikaitkan dengan parameter fungsi paru-paru di kemudian hari pada masa kanak-kanak, tergantung dosis. Hal terpenting bahwa anak-anak yang disusui dalam waktu yang lebih lama menunjukkan nilai z-skor FEV1, FEV1/FVC, dan FEF75 yang lebih tinggi pada usia 11 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang disusui dalam waktu yang lebih singkat. 

Selain itu, peneliti juga mengamati efek perlindungan dari pemberian ASI pada saluran napas, dan bukan pada parenkim paru-paru (volume paru-paru dan membran kapiler alveolar) atau peradangan saluran napas akibat alergi.

Efek positif dari durasi pemberian ASI pada fungsi paru-paru menjadi dasar untuk semakin mempromosikan pemberian ASI sebagai tindakan pencegahan yang efektif.

Temuan tersebut menegaskan bahwa pemberian ASI merupakan paparan di awal kehidupan yang dapat memengaruhi program perkembangan hasil pernapasan. Oleh karena itu, pemberian ASI harus didorong pada semua bayi untuk mencegah risiko penurunan fungsi paru-paru di kemudian hari. 

Namun, beberapa masalah metodologis dan variabilitas biologis dalam ASI membatasi generalisasi hasil studi yang ada. Karenanya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki lebih baik mengenai efek perlindungan dari menyusui terhadap fungsi paru-paru dan parenkim, serta peradangan saluran napas akibat alergi.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online