Jakarta -
Proses kehamilan dan persalinan menjadi momen yang tak terlupakan bagi kebanyakan Bunda. Beratnya menjalani proses tersebut terkadang bisa membuat seorang Bunda mengalami masalah kesehatan mental setelah melahirkan.
Dilansir laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), hampir satu dari lima ibu hamil terkena masalah mental selama periode prenatal dan postpartum. Selama hamil, seorang perempuan cenderung mengalami peningkatan kecemasan yang dapat mengakibatkan gangguan psikologis, seperti stres, insomnia, hingga depresi pasca persalinan.
Sebuah studi di China menggambarkan sebanyak 5.3 persen ibu hamil mengalami gejala depresi, 6,8 persen mengalami gangguan kecemasan, 2,4 persen mengalami ketidaknyamanan fisik, 2,6 persen insomnia, dan 0,9 persen mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Data tersebut diambil dengan membandingkan perempuan hamil dan yang tidak hamil.
Sementara mengutip dari MGH Center for Women's Mental Health, selama periode pasca persalinan, sekitar 85 persen perempuan mengalami beberapa jenis gangguan suasana hati. Bagi sebagian besar Bunda, gejalanya ringan dan berlangsung singkat. Namun, 10-15 persen di antaranya mengalami gejala depresi atau kecemasan yang lebih signifikan.
Masalah kesehatan mental pasca melahirkan umumnya terbagi menjadi tiga kategori, yakni postpartum blues atau baby blues, depresi pasca persalinan, dan psikosis pasca persalinan. Ketiga masalah mental tersebut dapat menimbulkan dampak serius bila tidak ditangani dengan baik.
Masalah kesehatan mental pasca melahirkan
Berikut penjelasan detail terkait tiga kondisi kesehatan mental yang dapat dialami Bunda setelah melahirkan:
1. Baby blues
Pada awal tahun 2024, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka tersebut termasuk yang tertinggi di Asia, Bunda.
Dikutip dari Instagram resminya @bkkbnofficial, baby blues dialami oleh sekitar 50 hingga 80 persen perempuan yang melahirkan, khususnya kelahiran anak pertama. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan baby blues dapat terjadi setelah kelahiran anak ke berapa pun.
Baby blues merupakan kondisi terganggunya mood atau suasana hati yang terjadi setelah melahirkan. Seorang Bunda yang mengalami baby blues bisa merasa khawatir, sedih, lelah, dan mudah tersinggung.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), baby blues mungkin datang dan pergi pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Kondisi ini umumnya akan membaik dalam beberapa hari atau 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan apa pun.
Belum diketahui secara pasti penyebab baby blues. Namun, pakar percaya bahwa perubahan setelah melahirkan dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang membuat seorang ibu mengalami kondisi ini.
"Masa nifas adalah masa di mana orang tua tidak tidur secara teratur, dan menghadapi semua perubahan besar dalam rutinitas dan gaya hidup yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Semua faktor tersebut bila digabungkan bisa membuka jalan untuk terjadinya baby blues," kata peneliti dan praktisi kesehatan holistik, Debra Rose Wilson, Ph.D., dikutip dari Healthline.
Baby blues dapat membuat Bunda sulit fokus hingga sering merasa cemas. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup hingga pola asuh Bunda ke bayinya yang baru lahir.
2. Depresi pasca melahirkan
Depresi pasca melahirkan atau postpartum depression (PPD) merupakan bentuk depresi pada ibu yang terjadi setelah bayi lahir. Menurut ulasan di March of Dimes, setidaknya kondisi ini memengaruhi 1 dari 7 ibu baru setelah melahirkan.
Depresi postpartum dapat membuat seorang Bunda merasa hampa, tanpa emosi, dan mengalami kesedihan yang luar biasa berat. Bunda juga dapat mengalami perubahan suasana hati, kelelahan, dan rasa putus asa yang berlangsung dalam waktu lama setelah persalinan.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menjelaskan bahwa ibu dengan depresi postpartum tidak dapat melakukan tugas sehari-hari, termasuk mengasuh anaknya. Kondisi tersebut dapat terjadi hingga setahun setelah melahirkan, namun paling sering dimulai sekitar 1-3 minggu setelah melahirkan.
Sebuah studi di JAMA Psychiatry tahun 2018 menemukan bahwa sebagian besar perempuan yang mengalami depresi berat di 2-8 bulan pasca persalinan akan terus mengalami gejala depresi lebih dari 10 tahun kemudian. Tanpa pengobatan, depresi pasca melahirkan dapat memburuk, hingga membuat seorang Bunda memiliki pemikiran untuk melukai diri sendiri atau melukai orang lain, hingga berujung pada kematian
"Seperti halnya kelainan apa pun, semakin cepat depresi postpartum diobati, semakin baik prognosisnya bagi orang tua dan seluruh keluarga," kata psikolog klinis yang ahli dalam kondisi pasca persalinan, Shoshana Bennett, Ph.D., dilansir Parents.
Ilustrasi Masalah Kesehatan Mental Pasca Melahirkan/ Foto: iStockphoto
3. Psikosis pasca persalinan
Psikosis pasca persalinan atau postpartum psychosis merupakan bentuk paling parah dari masalah kejiwaan pasca melahirkan. Ini termasuk kejadian langka yang terjadi pada sekitar 1 hingga 2 dari 1.000 perempuan setelah melahirkan.
Gejala psikosis pasca persalinan dapat terjadi paling cepat dalam 48 hingga 72 jam pertama setelah melahirkan. Mayoritas perempuan dengan kondisi ini mengalami gejala dalam dua minggu pertama pasca persalinan.
Kebanyakan kasus psikosis pasca persalinan tampaknya berhubungan dengan episode penyakit bipolar, dengan gejala mirip episode manik yang berkembang pesat, Bunda. Gejala awalnya dapat berupa insomia, kegelisahan, dan mudah tersinggung.
"Ibu dengan gangguan ini menunjukkan suasana hati yang berubah dengan cepat menjadi depresi atau gembira, disorientasi atau kebingungan, dan perilaku tidak menentu atau tidak teratur. Selain itu, mereka juga dapat mengalami delusi yang sering kali berpusat pada bayinya," demikian ulasan dari MGH Center for Women's Mental Health.
Pada psikosis pasca persalinan, seorang Bunda dapat mengalami halusinasi pendengaran yang seolah-olah memerintahkannya untuk berbuat buruk ke diri sendiri atau bayinya. Kematian bayi hingga mengakhiri hidup sendiri merupakan risiko buruk dari kondisi psikosis pasca persalinan.
Tips menjaga kesehatan mental setelah melahirkan
Penanganan masalah kesehatan mental setelah melahirkan akan tergantung dari kondisi Bunda dan masalah kejiwaan yang dialami. Meski begitu, ada beberapa cara yang bisa Bunda dan orang sekitar lakukan untuk meminimalisir dampaknya, yakni:
- Bicaralah dengan seseorang yang dipercaya tentang perasaan Bunda.
- Pertahankan pola makan gizi seimbang. Batasi asupan karbohidrat sederhana dan perbanyak makan omega-3.
- Buatlah jurnal tentang semua pikiran dan perasaan yang Bunda rasakan setelah melahirkan.
- Meminta bantuan Ayah atau orang terdekat untuk mengerjakan tugas rumah rangga atau bergantian menjaga anak.
- Selalu berpikir positif dan jangan mengharapkan kesempurnaan dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
- Beri diri waktu untuk pulih sejak lahir untuk menyesuaikan diri dengan 'pekerjaan' baru.
- Menciptakan bonding dengan pasangan agar tetap terhubung dan terjaga komunikasinya.
- Melakukan sesuatu yang Bunda sukai, meski hanya sebentar.
- Tidurlah sebanyak yang Bunda bisa. Misalnya, tidur di saat bayi tertidur atau merasa lelah.
- Terapi obat antidepresan atau antipsikotik sesuai dengan resep dokter atau profesional.
- Terapi bicara atau terapi perilaku kognitif dengan psikoterapi untuk mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir atau berperilaku.
- Terapi elektrokonvulsif (ECT) terkadang direkomendasikan bila semua pilihan pengobatan lain gagal, atau ketika situasinya dianggap mengancam jiwa.
Cara mencegah masalah kesehatan mental pasca melahirkan
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir semua perempuan dapat mengalami gangguan kesehatan mental selama kehamilan dan pada tahun pertama setelah melahirkan. Ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah munculnya masalah mental ini sejak kehamilan, seperti menjaga gaya hidup sehat dan memiliki seseorang yang bisa diajak bicara dan memberikan dukungan.
Bila Bunda berencana untuk hamil, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang rencana ini. Jika memiliki riwayat gangguan kesehatan mental, seperti depresi, maka pastikan kondisi ini dapat ditangani dengan baik selama hamil hingga setelah melahirkan.
Demikian penjelasan terkait masalah kesehatan mental yang dapat terjadi setelah melahirkan dan dampaknya pada Bunda dan Si Kecil yang baru lahir. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)