Kehamilan Ektopik Terganggu (KET): Gejala, Penyebab, Penanganannya

1 month ago 10

Jakarta -

Dalam kehamilan ektopik dikenal dengan KET singkatan dari kehamilan ektopik terganggu (KET). Kenali gejala, penyebab, dan penanganannya.

Kehamilan normalnya terjadi jika sel telur yang dibuahi menempel pada lapisan rahim. Namun, jika sel telur yang dibuahi menempel di luar rongga utama rahim maka terjadilah kehamilan ektopik.

KET terjadi pada usia kehamilan dini. Dokter biasanya mendiagnosis kehamilan ektopik pada trimester pertama (hingga 12 minggu kehamilan). Namun, kebanyakan orang mengetahui mengalami kehamilan ektopik sekitar delapan minggu kehamilan.

Melansir laman Cleveland Clinic, kehamilan ektopik tidak dapat berlangsung secara normal. Sel telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup, dan jaringan yang tumbuh dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam jiwa, jika tidak diobati.

Apa itu kehamilan ektopik terganggu (KET)?

Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan kondisi medis yang serius ketika sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim.  

KET yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa. Kondisi tersebut tentu mengharuskan penanganan cepat karena tuba fallopi tidak dapat mendukung pertumbuhan janin seperti rahim.

Penyebab kehamilan ektopik terganggu (KET)

Penyebab KET kebanyakan akibat  kondisi yang menghambat atau menghalangi pergerakan normal embrio ke rahim. Namun, ada berbagai penyebab KET lainnya seperti:

  1. Infeksi pada tuba fallopi.
  2. Bekas operasi tuba.
  3. Masalah struktural pada saluran reproduksi dapat menyebabkan terjadinya KET. 
  4. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
  5. Penggunaan alat kontrasepsi intrauterin (IUD).
  6. Endometriosis.

Gejala kehamilan ektopik terganggu (KET)

Gejala KET adalah nyeri perut bagian bawah yang parah, seringkali hanya di satu sisi, dan bisa disertai perdarahan vagina ringan atau berat. 

Jika darah bocor dari tuba fallopi, Bunda mungkin merasakan nyeri bahu atau keinginan untuk buang air besar. Gejala spesifik bergantung pada tempat darah terkumpul dan saraf mana yang teriritasi.

Dilansir Mayoclinic, jika sel telur yang telah dibuahi terus tumbuh di tuba fallopi maka dapat menyebabkan tuba fallopi pecah. Pendarahan hebat di dalam perut mungkin terjadi.  Ibu yang mengalami KET mungkin merasa lemah, pingsan, atau mengalami tekanan darah rendah akibat kehilangan darah.

Cari bantuan medis darurat jika Bunda memiliki tanda atau gejala kehamilan ektopik, termasuk:

  • Nyeri perut atau panggul yang parah disertai pendarahan vagina.
  • Pusing atau pingsan yang ekstrem.
  • Nyeri bahu.

Cara diagnosis kehamilan ektopik terganggu (KET)

Dokter dapat mendiagnosis KET dengan melakukan sejumlah pemeriksaan. Bunda mungkin akan memerlukan tes darah dan USG. 

1. Tes kehamilan

Dokter akan meminta tes darah human chorionic gonadotropin (HCG) untuk memastikan kehamilan. Kadar hormon ini meningkat selama kehamilan. Tes darah ini dapat diulang setiap beberapa hari hingga tes USG dapat memastikan atau menyingkirkan kehamilan ektopik — biasanya sekitar lima hingga enam minggu setelah pembuahan.

2. USG

USG transvaginal memungkinkan dokter melihat lokasi kehamilan secara tepat. Untuk tes ini, alat seperti tongkat dimasukkan ke dalam vagina. Alat ini menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar rahim, ovarium, dan tuba fallopi, lalu mengirimkan gambar tersebut ke monitor terdekat.

Penanganan dan pengobatan dari kehamilan ektopik terganggu (KET)

Pengobatan KET tergantung pada kondisi pasien. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengobati KET. Prosedur yang dijalani bergantung pada jumlah perdarahan dan kerusakan serta apakah tuba telah pecah.

Salah satu metode yang umum digunakan dengan laparatomi KET. Laparatomi KET adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat embrio dan memperbaiki kerusakan pada tuba fallopi.

Jika kehamilan ektopik menyebabkan pendarahan hebat, Bunda mungkin memerlukan operasi darurat. Operasi ini dapat dilakukan melalui laparoskopi atau melalui sayatan perut (laparotomi). Dalam beberapa kasus, tuba fallopi dapat diselamatkan. Namun, biasanya, tuba yang pecah harus diangkat.

Pada kehamilan ektopik dini tanpa perdarahan yang tidak stabil paling sering diobati dengan obat yang disebut metotreksat. Obat ini menghentikan pertumbuhan sel dan melarutkan sel-sel yang ada.

Obat-obatan diberikan melalui suntikan. Sangat penting untuk memastikan diagnosis kehamilan ektopik sebelum menerima perawatan ini.

Setelah penyuntikan, dokter akan meminta tes HCG lainnya untuk menentukan seberapa baik pengobatan bekerja, dan apakah Bunda memerlukan lebih banyak obat.

Cara mencegah dampak kehamilan ektopik terganggu (KET)

Tidak ada cara untuk mencegah kehamilan ektopik, tetapi beberapa cara dapat mengurangi risiko. 

Perempuan yang berisiko tinggi, seperti yang memiliki riwayat KET kehamilan dapat melakukan pencegahan dampak KET. Berkonsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan. 

Selain itu pencegahan KET dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala, serta menghindari faktor risiko seperti merokok dan infeksi saluran reproduksi. 

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online