Penyakit food borne adalah penyakit yang jarang dibicarakan di masyarakat, Bunda. Padahal, kondisi ini bisa sangat berbahaya jika terjadi pada anak. Lantas apa itu food borne?
Istilah food borne disease atau yang dikenal juga sebagai food borne ilness ini merujuk pada munculnya gejala infeksi atau keracunan akibat mengonsumsi makanan serta minuman yang terkontaminasi. Biasanya gejala yang terjadi secara akut adalah muntah, diare, mual, nyeri otot, bahkan memicu terjadinya dehidrasi.
"Gejala yang lazim terjadi secara akut (beberapa saat setelah konsumsi makanan dan minuman) adalah mual, muntah, diare, dan sakit perut. Dapat disertai demam, sakit kepala, dan nyeri otot, bahkan memicu dehidrasi, gagal ginjal, dan gejala neurologis yakni gangguan fungsi saraf," kata Dokter Speasialis Anak, dr. Wiyarni Pambudi SpA, IBCLC, dalam wawancara bersama HaiBunda, Jumat (11/10/2024).
Penyebab food borne ini dikelompokkan menjadi empat jenis patogen, Bunda. Mulai dari bakteri seperti salmonella, virus seperti noro dan hepatitis, parasit seperti toxoplasma dan giardia, serta jamur penghasil mikotoksin seperti aflatoksin, patulin, okratoksin A, dan fumonisin.
Penyakit food borne pada anak
Kondisi penyakit food borne pada anak bisa menjadi sangat berbahaya karena sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang dan belum sekuat orang dewasa.
Ketika kondisi ini menyerang anak, Si Kecil bisa mengalami dampak yang lebih serius. Mulai dari kerusakan hati dan ginjal hingga potensi neurotiksik permanen.
"Risiko food borne pada anak yang perlu diwaspadai terutama dampaknya pada kerusakan hati dan ginjal, penurunan daya tahan tubuh, serta potensi neurotoksik permanen dan karsinogenik," papar dr. Wiyarni.
Bunda pun perlu mengenali tanda-tanda bahaya dari penyakit food borne ini. Ketika anak mengalami gejala yang parah seperti demam tinggi hingga terdapat tanda dehidrasi, segera bawa anak ke rumah sakit.
"Orang tua perlu mengenali tanda-tanda bahaya dan segera mencari bantuan medis jika anak mengalami gejala parah seperti demam tinggi, muntah berkepanjangan, atau tanda dehidrasi, segera cari pertolongan medis," ungkap dr. Wiyarni.
"Apabila gejala bertahan lebih dari beberapa hari atau gejala memburuk seiring berjalannya waktu, konsultasikan dengan dokter terpercaya," sambung dokter yang berpraktik di BJ Medical Center, Central Park Jakarta Barat ini.
Vaksin tifoid dan hepatitis bisa mencegah food borne?
Ilustrasi Vaksin untuk Cegah Food Borne/Foto: Getty Images/iStockphoto/VioletaStoimenova
Dalam wawancara yang sama, dr. Wiyarni menyebut bahwa vaksin bisa membantu mencegah penyakit food borne pada anak akibat bakteri dan virus tertentu.
"Vaksin bisa membantu mencegah food borne disease akibat bakteri dan virus tertentu, tetapi tidak tersedia untuk semua jenis patogen bawaan makanan," jelasnya.
Vaksin yang tersedia saat ini untuk membantu pencegahan food borne adalah vaksin tifoid yang diberikan pada anak usia 24 bulan ke atas serta vaksin hepatitis A yang diberikan saat anak berusia 12 hingga 18 bulan.
"Vaksin yang saat ini tersedia adalah vaksin tifoid (direkomendasikan untuk anak usia 24 bulan ke atas booster setiap tiga bulan) dan vaksin hepatitis A (direkomendasikan untuk anak usia 12-18 bulan sebanyak 2 dosis)," papar dr. Wiyarni.
Efektivitas dari vaksin tifoid dan vaksin hepatitis A sendiri sudah teruji dalam penelitian, Bunda. Vaksin tifoid mampu mencegah 80-96 persen demam tifoid dan memberikan perlindungan selama tiga sampai lima tahun. Sementara itu, vaksin hepatitis A efektif mencegah infeksi virus Hepatitis A (HAV) sekitar 85 persen setelah dosis pertama dan mendekati 100 persen setelah dosis kedua.
"Penelitian membuktikan perlindungannya (vaksin hepatitis A) bertahan setidaknya selama 20 tahun," kata dr. Wiyarni.
Tips mencegah food borne pada anak
Ilustrasi Tips Mencegah Food Borne/Foto: Getty Images/iStockphoto/Chepko
Selain pemberian vaksin, ada pula beberapa tips pencegahan penyakit food borne lainnya, Bunda. Berikut ini penjelasannya menurut dr. Wiyarni:
1. Budayakan mencuci tangan
Menjaga kebersihan merupakan kunci dari tubuh yang sehat. Dokter Wiyarni menyarankan agar Bunda mengajarkan Si Kecil selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
"Budayakan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menangani makanan. Bersihkan permukaan dan peralatan dapur secara teratur," jelasnya.
2. Hindari kontaminasi silang
Jangan lupa bilas buah dan sayuran di bawah air mengalir sebelum dimakan atau dimasak ya, Bunda. Selain itu, hindari kontaminasi silang penggunaan talenan untuk daging mentah dan sayuran.
"Hindarkan kontaminasi silang dengan menggunakan talenan terpisah untuk daging mentah dan sayuran. Jauhkan letak penyimpanan daging mentah, unggas, dan makanan laut dari makanan lain di lemari es," tutur dr. Wiyarni.
3. Pastikan makanan dimasak matang
Hindari pemberian makanan yang belum matang pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. Pastikan juga Si Kecil mengonsumsi susu yang telah dipasteurisasi.
"Untuk anak di bawah lima tahun, pastikan daging dan telur dimasak hingga matang, konsumsi susu sapi yang sudah dipasteurisasi," ujar dr. Wiyarni.
Demikian informasi seputar food borne, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Jangan lupa saksikan juga video cara penularan hepatitis misterius menurut IDAI berikut ini:
(mua/fir)
Loading...