Maudy Ayunda dan suaminya, Jesse Choi, sempat menempuh pendidikan di kampus ternama di luar negeri. Pasangan ini bahkan sama-sama meraih gelar master di Stanford University, Bunda.
Seperti Bunda ketahui, Maudy diterima di Oxford University di Inggris setelah lulus SMA. Setelah lulus, ia melanjutkan studi S2 di Stanford University di Amerika Serikat, di mana ia bertemu dengan sang suami.
Tak jauh berbeda dengan sang istri, Jesse Choi juga berprestasi semasa kuliah. Pria keturunan Korea Selatan ini menempuh pendidikan S1 di Columbia University dan lulus dengan gelar Magna Cum Laude. Jesse Choi lalu melanjutkan kuliah S2 di Stanford University.
Perjuangan Maudy dan Jesse untuk bisa melanjutkan studi S2 di universitas bergengsi ternyata tak mudah. Sebelum mendaftar, keduanya sudah melakukan berbagai persiapan matang.
Nah, baru-baru ini Maudy dan Jesse mengungkap tips dan trik untuk bisa kuliah di universitas bergengsi seperti mereka. Pasangan yang menikah pada 22 Mei 2022 ini membagikan tips sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing.
Simak tipsnya berikut ini, Bunda.
Tips Jesse Choi bila ingin kuliah di luar negeri
Tips pertama dibagikan oleh Jesse yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat dan merupakan warga negara di sana. Menurutnya, siapa pun yang ingin mendaftar ke kampus di luar negeri mesti memiliki passion.
"Banyak yang bahas soal passion, sangat penting untuk memperlihatkan kekuatan kita di suatu hal. Menurut aku itu sangat berharga," ungkap Jesse Choi, dikutip dari YouTube Maudy Ayunda.
Selain itu, Jesse Choi juga menyarankan untuk menggunakan konsep T-structure dalam mendaftar. Melalui konsep ini, kekuatan kita dapat terlihat, Bunda.
"Kalau aku melihat, tipe pendaftaran yang ideal itu menggunakan T-structure, aku enggak tahu apakah ini kerangka yang pernah kalian dengar sebelumnya. Di atas 'T' itu namanya 'lebar', jadi apakah kamu telah menunjukkan rasa keingintahuan intelektual dan minat di berbagai bidang berbeda? Apakah kamu cukup bagus dalam lintas bidang. Itu tentunya menjadi hal yang akan dihargai oleh kampus. Mereka perlu tahu kalau kalian bagus dalam mengerjakan banyak hal yang berbeda dan kalian sudah mencoba berbagai macam hal," ungkap Jesse.
"Terus ada sisi vertikal, apakah kalian bisa menunjukkan kalau kalian juga bisa menekuni topik tertentu secara mendalam? Ini seperti, apakah kalian sudah mengindentifikasi bahwa kalian tertarik terhadap suatu hal dan telah membuat hal itu menjadi sesuatu yang kalian kerjakan?" sambungnya.
Menurut Jesse Choi, menguasai salah satu dari trik tersebut masih dianggap baik. Tetapi, bila seseorang menguasai keduanya akan sangat penting saat proses pendaftaran di universitas.
"Kalau kita membicarakan pendaftaran secara keseluruhan akan sangat penting punya semua itu. Kalau cuma punya salah satu, menurut aku itu juga bagus. Kalian enggak akan dijatuhin cuma gara-gara punya passion. Tapi kalau kalian bisa menunjukkan keduanya, aku rasa kalian akan lebih menonjol," ungkapnya.
Tips dari Maudy Ayunda yang kuliah di Inggris dan AS
Maudy Ayunda dan Suami Korea/ Foto: Instagram @jessechoi_
Berbeda dengan sang suami, tips dari Maudy Ayunda berfokus pada persiapan dalam mendaftar di universitas. Menurut perempuan 29 tahun ini, penting bagi seseorang menyiapkan dokumen berisi data yang dapat menjelaskan profil dirinya.
"Aku akan mendorong kalian untuk melihat setiap bagian dari proses pendaftaran, baik itu personal statement, resume kalian, atau itu data, pokoknya semua itu hal yang diperlukan untuk diisi," ungkap Maudy.
"Lalu ada surat rekomendasi. Itu semua jadi bagian kecil dari puzzle yang besar dan indah tentang diri kalian dan bagaimana kalian mau merepresentasikan diri kalian. Kalian juga perlu memastikan kalau setiap dimensi dari diri kalian , seperti apa kalian ingin dilihat, itu sudah cukup ditunjukkan," lanjutnya.
Tips selanjutnya dari Maudy adalah melakukan riset tentang beberapa pilihan kampus yang dituju. Menurut Maudy, kampus di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris.
"Aku daftar ke kampus di Inggris dan Amerika Serikat, dan mereka punya pendekatan yang sangat berbeda, bahkan dalam proses pendaftarannya. Mereka juga punya pemikiran yang berbeda dalam hal kualifikasi kandidat. Kampus di Inggris mungkin lebih condong ke akademis. Kalau menurut aku, di Inggris itu garis vertikal 'T' di T-structure-nya jauh lebih panjang kedalamannya," ujar Maudy.
Maudy mengaku bahwa dia melakukan pendekatan yang berbeda saat mendaftar di setiap kampus impiannya. Misalnya saat mendaftar di kampus di Inggris, Maudy hanya menuliskan satu esai untuk semua kampus. Sedangkan di Amerika Serikat, ia mesti membuat beberapa esai karena pertanyaan yang ditujukan berbeda.
"Aku benar-benar melakukan setiap pendaftaran dengan pendekatan yang berdiri sendiri-sendiri. Aku mencoba untuk tidak menggunakan sistem satu untuk semua, di mana aku cuma menyiapkan satu personal statement buat semua kampus. Tapi, itu enggak berlaku buat mendaftar di kampus Inggris," kata Maudy.
"Sementara di Amerika Serikat itu ada tendensi buat satu esai tapi pertanyaannya berbeda semua. Alasannya mungkin karena mereka memang mencari hal yang sedikit berbeda. Jadi, pastikan kalian melakukan usaha dan keseriusan yang sama di setiap pendaftaran dan memakai pendekatan yang berbeda-beda."
Demikian tips dari Maudy dan suami Korea bila ingin kuliah di Inggris dan Amerika Serikat. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/som)
Loading...