Jika mendengarnya sekilas, Bunda pasti tahu bahwa gaslighting adalah sesuatu yang negatif dan merugikan. Gaslighting adalah jenis kekerasan emosional terselubung yang dapat terjadi dalam hubungan apa pun, termasuk antara orang tua dan anak.
Gaslighting dalam hubungan keluarga terutama jika dilakukan pada anak adalah hal yang harus dihindari karena dapat merusak kesehatan psikologisnya. Untuk itu, Bunda perlu mengetahui ciri-ciri gaslighting yang dilakukan orang tua ke anak serta cara mengatasinya.
Apa itu Gaslighting?
Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis saat seseorang berusaha menyesatkan orang lain dengan meragukan ingatan, persepsi, dan kenyataan. Korban gaslighting biasanya sering merasa bingung dan terasing sehingga menjadi lebih bergantung pada pelaku.
Pelaku gaslighting sering berbohong, menyangkal, dan menentang korban untuk mendistorsi persepsinya akan realitas, serta melemahkan pikiran, perasaan, dan perilakunya. Hal ini membuat pelaku gaslighting memiliki posisi yang lebih tinggi dalam hubungan sehingga korban semakin bergantung untuk meminta arahan dan validasi.
Gaslighting sering terjadi dalam hubungan yang memiliki dinamika tidak setara, seperti dalam hubungan politik, antar jenis kelamin, maupun orang tua dan anak. Orang tua yang melakukan gaslighting dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan mental anak.
Perbedaan manipulatif dan gaslighting orang tua ke anak
Ada perbedaan antara gaslighting dan manipulasi yang harus Bunda ketahui. Baik gaslighting maupun perbuatan manipulatif sama-sama dapat memengaruhi pikiran seseorang, yang membedakan adalah tujuan dan efek dari perbuatan tersebut.
Gaslighting adalah suatu perbuatan manipulatif, tetapi manipulasi tidak selalu merupakan gaslighting. Manipulasi biasanya digunakan untuk memengaruhi pikiran atau keputusan seseorang, seperti yang sering terjadi di pemasaran untuk membuat pelanggan membeli banyak produk.
Namun, gaslighting cenderung bertujuan untuk mendapatkan kendali atau kekuasaan atas seseorang. Secara dampaknya, gaslighting lebih berbahaya karena dapat merusak kesehatan psikologis korban dengan mempertanyakan realitas, ingatan, atau persepsinya.
Penyebab orang tua berperilaku gaslighting pada anak
Terdapat beragam alasan kenapa orang tua melakukan gaslighting kepada anak. Terkadang, gaslighting yang dilakukan orang tua pada dasarnya bertujuan demi kebaikan anak. Meskipun demikian, gaslighting tetaplah tindakan yang harus dihindari demi menjaga kesehatan mental anak.
Perlu diketahui bahwa banyak orang tua yang melakukan gaslighting pernah mengalami atau menyaksikan hal serupa di masa kanak-kanaknya. Oleh karenanya, gaslighting sering kali merupakan perilaku yang didapat dari orang lain dan dipelajari.
Berikut beberapa penyebab dan alasan orang tua melakukan gaslighting pada anak:
1. Bentuk perlindungan
Sebagian orang tua mungkin ingin melindungi anaknya dari kesedihan dan kekecewaan dengan melakukan gaslighting. Mereka berpikir bahwa memutarbalikkan kenyataan dapat melindungi anak dari perasaan sakit.
2. Memegang kontrol
Gaslighting biasanya bermula saat orang tua ingin memegang kontrol atas anak dengan mengendalikan pikiran, emosi, dan perilakunya. Orang tua dengan perilaku gaslighting ingin menegaskan kekuasaan dan mempertahankan dominasi atas anaknya. Mereka akan lebih sering mengutamakan kedisiplinan dan kontrol daripada mengasuh dan merawat.
3. Narsisme
Orang tua narsisme berusaha menjaga harga diri dengan mendapatkan pandangan sesuai keinginannya. Mereka ingin merasa superior untuk memastikan bahwa mereka selalu terlihat baik dan benar. Tujuan gaslighting ini agar anak menjadi lebih bergantung, mematuhi, dan kagum terhadap orang tua.
Ciri-ciri gaslighting dalam hubungan keluarga dapat berbeda-beda. Namun, tanda-tanda gaslighting bisa diketahui dari beberapa perilaku yang umum dilakukan pelaku gaslighting.
Merangkum dari laman Choosing Therapy dan Parenting for Brain, berikut tanda dan ciri orang tua melakukan gaslighting ke anak:
1. Suka menjelek-jelekkan anak di depan umum
Orang tua yang suka menjelek-jelekkan atau meremehkan anak di depan umum dapat menjadi tanda perilaku gaslighting. Orang tua biasanya mengkritik atau mengejek anak di depan orang lain yang membuat anak merasa malu dan terhina. Perilaku ini dapat merusak harga diri anak dan menyebabkan anak merasa tidak berharga hingga dewasa.
2. Sering menyalahkan anak
Orang tua yang melakukan gaslighting dan manipulatif sering menyalahkan anak dengan menolak bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Sebaliknya, orang tua membuat anak merasa bersalah sehingga anak menyalahkan diri sendiri, kebingungan, dan tertekan.
3. Suka memutarbalikkan fakta
Orang tua yang melakukan gaslighting suka memutarbalikkan fakta demi keuntungan pribadi tanpa memikirkan konsekuensinya. Orang tua memutarbalikkan kenyataan dan informasi agar sesuai dengan narasi mereka, sehingga anak menjadi bingung dan mempertanyakan ingatan dan persepsinya.
4. Berpikir tahu segalanya
Orang tua dengan perilaku gaslighting suka mengklaim bahwa mereka tahu segalanya dan apa yang terbaik untuk anak mereka. Pendapat anak sering diabaikan agar orang tua dapat memaksakan kehendak sesuai keinginan mereka. Hal ini merampas kendali dan kebebasan yang seharusnya dimiliki anak.
5. Menolak minta maaf pada anak
Ciri gaslighting berikutnya adalah orang tua yang tidak mau meminta maaf atas perbuatannya. Alih-alih mengakui kesalahannya, orang tua akan mengabaikan persepsi anaknya terhadap suatu hal. Jika dilakukan terus menerus, anak akan mulai merasa tidak dihargai dan tertolak.
6. Suka mengabaikan perasaan anak
Orang tua yang melakukan gaslighting sering kali meremehkan atau mengabaikan perasaan anak. Hal ini membuat anak merasa kalau emosinya tidak penting dan tidak layak diperhatikan. Sebagai dampaknya, anak menjadi tidak peduli dengan perasaannya sendiri karena tidak pernah mempelajari emosi yang benar dari orang tuanya.
7. Berusaha mengendalikan anak
Orang tua dengan perilaku gaslighting berusaha mengendalikan tindakan, keputusan, atau hubungan anaknya. Mereka melakukannya dengan menanamkan keraguan pada anak sehingga merasa terkekang dan tidak mampu membuat pilihan sendiri. Seiring bertambahnya usia, anak tidak akan dapat mengembangkan kemandiriannya.
8. Playing victim
Bertingkah seolah-olah menjadi korban atau playing victim dilakukan orang tua agar mereka terlihat diperlakukan buruk atau disalahpahami. Mereka mungkin melakukannya di tengah konflik untuk menghindari tanggung jawab dan membuat anak menjadi merasa bersalah.
9. Suka meremehkan keberhasilan anak
Orang tua yang melakukan gaslighting sering kali meremehkan keberhasilan anak seperti meremehkan prestasi yang dicapai anak. Orang tua membuat anak merasa bahwa pencapaiannya bukanlah hal yang penting dan layak dipuji. Hal ini menyebabkan anak meragukan dirinya sendiri dan kehilangan rasa percaya diri.
10. Mengisolasi atau membuat anak kesepian
Taktik gaslighting lain yang digunakan orang tua adalah dengan membuat anak terisolasi secara sosial. Orang tua mungkin mengkritik atau membatasi pertemanan anak dengan mengatakan bahwa orang lain dapat memberi pengaruh buruk. Hal ini dapat membuat anak kesepian dan selalu bergantung kepada orang tua sehingga anak tidak dapat membangun hubungan sosial yang baik.
Contoh perilaku gaslighting yang tidak sadar dilakukan orang tua
Gaslighting tidak selalu berupa tindakan kasar yang disengaja. Terkadang, orang tua mungkin melakukan gaslighting secara tidak sengaja tanpa menyadari perbuatan mereka adalah hal yang berbahaya.
Berikut beberapa contoh gaslighting yang dapat dilakukan orang tua pada anak:
1. Gaslighting emosional
Orang tua yang melakukan gaslighting emosional sering melakukan hal-hal berikut:
- Melindungi anak dari kesedihan atau kekecewaan, yang membuat anak tidak mampu memahami atau mengatasi emosi tersebut di kemudian hari.
- Menyangkal atau meremehkan perasaan anak dengan memberitahu bahwa anak bersikap berlebihan atau terlalu sensitif.
- Melempar kesalahan kepada anak sehingga membuat anak merasa bersalah. Misalnya, orang tua mengatakan, “Ini semua gara-gara kamu.”
2. Gaslighting naratif
Gaslighting naratif dilakukan saat orang tua mencoba memutarbalikkan kenyataan atau ingatan anak:
- Mengubah rincian kejadian di masa lalu dengan narasi palsu sesuai dengan sudut pandang dan keinginan orang tua.
- Menanamkan ingatan palsu dalam pikiran anak.
- Mengabaikan atau menyangkal kejadian-kejadian penting dalam kehidupan anak.
3. Gaslighting personal
Gaslighting ini menggunakan taktik untuk mengikis harga diri dan kepercayaan diri anak dengan:
- Terus menerus mengkritik tindakan, penampilan, atau prestasi anak.
- Mengungkit kesalahan anak di masa lalu untuk mempertanyakan kemampuan dan kecerdasan anak.
- Meremehkan pilihan atau keputusan anak.
- Memberikan ekspektasi atau harapan palsu yang tidak dapat digapai oleh anak.
Dampak perilaku gaslighting orang tua ke anak
Dampak perilaku gaslighting orang tua dapat berlangsung lama dan sangat mendalam bagi anak sehingga dapat menyebabkan trauma masa kecil. Gaslighting yang dialami saat kanak-kanak dapat menyebabkan keraguan diri dan kecemasan. Anak akan terbiasa untuk meragukan dan tidak mempercayai diri sendiri dan orang lain saat dewasa.
Akibatnya, anak akan mengalami kesulitan membangun hubungan karena tidak bisa menjalin koneksi. Saat dewasa, anak juga dapat mengalami depresi, gangguan kecemasan, dan bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Berikut beberapa dampak yang mungkin dialami oleh anak akibat perilaku gaslighting orang tua:
Secara mental
- Kebingungan
- Kecemasan
- Depresi
Secara emosional
- Harga diri rendah
- Kepercayaan diri rendah
- Meragukan diri sendiri
- Ketidakstabilan emosi
- Sulit mempercayai orang lain
- Masalah identitas
Secara kognitif
- Tidak mampu membuat keputusan sendiri
- Sulit memiliki persepsi sendiri
- Meragukan ingatan
Secara perilaku
- Suka bergantung pada orang lain
- Isolasi diri
- Ingin menyenangkan orang lain (people pleaser)
- Rentan melakukan kekerasan
- Sulit membangun hubungan sehat
Cara Menghadapi Perilaku Gaslighting
Penting bagi semua orang untuk melindungi dirinya dari perilaku gaslighting. Merangkum laman Simply Psychology, berikut beberapa cara menghadapi perilaku gaslighting:
1. Tetapkan batasan
Untuk mengatasi perilaku gaslighting, seseorang harus menetapkan batasan yang jelas dan tegas. Korban perlu menegaskan batasan yang tegas karena pelaku akan menolak dan memprotes hal tersebut.
Berikut hal-hal yang bisa dikatakan untuk menegaskan batasan terhadap pelaku gaslighting:
- “Aku menghargai pendapatmu, tetapi aku tidak siap untuk mengubah pikiranku menjadi seperti itu.”
- “Aku tidak ingin membicarakan hal ini denganmu.”
- “Hal yang barusan kamu katakan tidak baik, tolong jangan begitu.”
- “Aku punya alasan pribadi, dan kamu tidak perlu tahu.”
2. Jangan merespons
Jika pelaku gaslighting memiliki sifat narsis, jangan memberikan balasan karena hanya akan menimbulkan emosi dan konflik. Individu narsis biasanya tidak mau mengakui atau memperbaiki perilakunya, tetapi malah menyalahkan orang lain.
Berikut adalah cara menanggapi pelaku gaslighting:
- “Aku paham apa maksudmu, tetapi itu bukan urusanku.”
- “Itu adalah pengalamanku, pengalamanmu dapat berbeda.”
- “Tolong jelaskan kenapa kamu seperti ini.”
3. Cari aktivitas atau dukungan lain
Gaslighting dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang. Cobalah untuk melakukan aktivitas lain yang dapat memberikan ketenangan atau rasa senang. Seperti berolahraga, menekuni hobi, meditasi, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang yang dapat mendukung.
Sebuah studi menunjukkan bahwa membaca cerita fiksi adalah strategi yang tepat untuk meringankan tekanan emosional. Membaca cerita fiksi dapat membantu seseorang mengabaikan kenyataan dan rasa sakit emosional yang dialaminya dengan seimbang. Namun, hal ini adalah strategi jangka pendek, bukan solusi jangka panjang.
Demikian informasi seputar ciri-ciri perilaku gaslighting orang tua pada anak hingga cara menghadapi gaslighting yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)