Jakarta -
Bukan rahasia lagi bahwa berkomunikasi dengan anak remaja laki-laki termasuk sulit. Bahkan ada beberapa kalimat terlarang untuk anak remaja yang disebut psikolog sebaiknya tak diucapkan orang tua.
Kalimat terlarang untuk anak remaja ini bisa tersimpan dalam pikirannya, bahkan bisa membuat anak jadi sulit mengontrol emosinya. Dikutip dari laman Pure Wow, menurut psikolog klinis, Kelly E. Green, memperhatikan pemilihan kalimat saat berbicara penting bagi orang tua karena sangat memengaruhi respons anak remaja.
Berikut ulasan tentang beberapa kalimat terlarang untuk anak remaja yang perlu Bunda ketahui:
1. 'Tidak boleh ada aura negatif'
Ketika kenegatifan anak remaja mulai datang, Bunda otomatis mungkin ingin menyingkirkan suasana hati yang buruk tersebut. Kendati demikian, Green berpesan agar orang tua menahan godaan untuk menggunakan positif standar ganda.
Mengatakan bahwa hanya boleh ada hal-hal positif atau variasi apa pun dari sentimen tersebut, menurut Green dapat merusak kecerdasan emosional anak remaja.
Kalimat tersebut seakan menyebut bahwa hanya perasaan positif saja yang perlu dihargai. Padahal bagi anak remaja laki-laki, mereka sedang berlatih untuk mengenali dan menerima emosi mereka sendiri.
2. 'Bersikaplah seperti pria sejati'
Psikolog Green menyebut bahwa kalimat ini sangat salah dari banyak aspek. Pertama, menyiratkan bahwa hanya ada satu cara seorang pria seharusnya merasakan sesuatu. Jika tujuannya adalah untuk mendorong toleransi terhadap tekanan dan penerimaan diri, kalimat ini tidak membantu.
"Mengatakan hal serupa kepada remaja laki-laki memang akan menantang rasa percaya diri mereka, tapi ini juga membuat anak berpikir orang tua tidak menganggap mereka cukup baik," pesan Green, dikutip dari Pure Wow.
3. 'Kamu masih terlalu kecil untuk melakukan...'
Kekhawatiran terhadap keselamatan anak adalah hal yang wajar, jadi terkadang mudah bagi orang tua untuk mengatakan sesuatu seperti ini saat tidak menyetujui perilaku atau pilihan tertentu.
Meskipun demikian, Green menyarankan agar orang tua memilih kata-kata dengan lebih hati-hati. Terutama karena frasa seperti ini mengirim pesan bahwa orang tua tidak memercayai anak remaja untuk membuat keputusan yang baik bagi diri mereka sendiri.
Menurut Green, pendekatan yang lebih baik adalah membuka jalur komunikasi dengan menjelaskan alasan kekhawatiran orang tua secara cerdas.
Dengan melakukan hal itu, orang tua menjadi berpotensi dianggap sebagai sumber pengetahuan yang dapat diandalkan anak remaja mereka, alih-alih menjadi penegak hukum yang justru akan selalu mereka coba hindari.
Tips berkomunikasi dengan anak remaja
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Nattakorn Maneerat
Pengasuhan di fase remaja sebenarnya cukup rumit, terutama karena mereka mulai akan membuat keputusan tentang hal-hal yang memiliki konsekuensi nyata, seperti sekolah, teman, dan masa depan.
Namun, anak remaja umumnya belum pandai mengatur emosi, sehingga cenderung mengambil risiko dan membuat keputusan impulsif. Ini berarti bahwa memiliki hubungan yang hangat antara orang tua dan anak di masa remaja menjadi sangat penting.
Dikutip dari Child Mind Institute, berikut beberapa tips penting bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan anak remaja:
1. Dengarkan
Jika ingin tahu tentang apa yang terjadi dalam kehidupan anak remaja, mengajukan pertanyaan langsung mungkin tidak seefektif sekadar duduk dan mendengarkan.
Anak-anak cenderung lebih terbuka dengan orang tua mereka jika mereka tidak merasa tertekan untuk berbagi informasi. Ingatlah untuk mencoba mendengar lebih banyak jika anak mulai terbuka, tidak perlu memberi komentar terlalu banyak.
2. Validasi perasaan anak remaja
Sering kali orang tua cenderung mencoba memecahkan masalah untuk anak-anak atau bahkan meremehkan kekecewaan mereka.
Tunjukkan bahwa Bunda memahami dan berempati dengan mencerminkan sentimen mereka kembali. Contohnya, 'Wah, kedengarannya sulit. Tapi Bunda yakin kamu bisa melewatinya.'
3. Tunjukkan rasa percaya
Remaja ingin dianggap serius, terutama oleh orang tua mereka. Carilah cara untuk menunjukkan bahwa Bunda memercayai mereka.
Salah satunya dengan meminta bantuan yang menunjukkan bahwa Bunda juga dapat mengandalkan mereka.
4. Jangan jadi diktator
Orang tua tetap berhak menetapkan aturan, tetapi bersiaplah untuk menjelaskannya. Meskipun memaksakan batasan adalah hal yang wajar bagi remaja, mendengar penjelasan yang bijaksana akan membuat mereka lebih mau menerima.
5. Berikan pujian
Orang tua cenderung lebih memuji anak-anak ketika mereka masih kecil, tetapi sebenarnya remaja juga membutuhkan dorongan harga diri.
Remaja mungkin bertindak seolah-olah mereka terlalu 'tak peduli' tentang apa yang dipikirkan orang tua mereka, tetapi sebenarnya mereka tetap menginginkan persetujuan dari Bunda.
6. Kendalikan emosi
Wajar jika Bunda mudah marah saat anak remaja bersikap kasar, tetapi jangan menanggapinya dengan cara yang sama. Ingatlah bahwa Bunda adalah orang dewasa dan anak masih kurang mampu mengendalikan emosi atau berpikir logis ketika marah.
Hitung sampai 10 atau tarik napas dalam-dalam sebelum menanggapi. Jika Bunda maupun anak sama-sama masih terlalu kesal untuk berbicara, hentikan pembicaraan sampai Bunda punya kesempatan untuk menenangkan diri.
7. Lakukan sesuatu bersama-sama
Berbicara bukanlah satu-satunya cara untuk berkomunikasi, cobalah untuk melakukan hal-hal yang disukai bersama-sama. Misalnya memasak, mendaki gunung, atau sekadar pergi ke bioskop, tanpa membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
Penting bagi anak-anak untuk tahu bahwa mereka dapat berada di dekat Bunda dan berbagi pengalaman positif, tanpa harus khawatir bahwa Bunda akan melontarkan pertanyaan yang mengganggu atau menegur mereka untuk sesuatu.
Demikian ulasan tentang kata-kata terlarang diucapkan orang tua ke anak remaja laki-laki menurut psikolog. Jangan lupa untuk selalu coba memahami dari sudut pandang anak juga ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)