Jakarta -
Meski sebenarnya bermanfaat, pijat saat hamil juga memiliki risiko jika dilakukan secara tak tepat. Apa saja bahaya ibu hamil diurut yang perlu Bunda ketahui?
Berbagai keluhan saat hamil terkadang membuat Bunda senang diurut, bukan? American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) juga menyebutkan bahwa sakit punggung menjadi salah satu keluhan kehamilan yang paling umum.
Saat ini terjadi, pijatan bisa membantu mengurangi rasa nyeri dan membuat tubuh terasa lebih rileks.
Ya, pijat prenatal memang merupakan cara mudah untuk meningkatkan sirkulasi darah dan merelaksasikan otot. Meski begitu, penting bagi ibu hamil untuk menggunakan jasa terapis yang khusus dan memiliki pengetahuan dalam pijat prenatal.
Bunda sebaiknya juga berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui aman atau tidaknya diurut. Pastikan untuk memberikan informasi lengkap mengenai kondisi kehamilan Bunda juga pada terapis, ya.
Seberapa aman dipijat saat hamil?
"Ya, pijat saat hamil secara umum aman dilakukan, tetapi pastikan untuk menerapkan tindakan pencegahan," ungkap Stephanie Hack, MD, dikutip dari Parents.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya seperti:
- Selalu temui terapis pijat berlisensi, terutama yang memiliki pengalaman prenatal.
- Bersikaplah selektif saat mencari terapis, beri tahu tentang kondisi kehamilan sebelum sesi dimulai.
- Hindari tekanan yang dalam di area perut dan kaki.
- Konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan pijat, sebab ini sangat penting jika ada riwayat kehamilan berisiko tinggi.
Pertimbangkan untuk menunggu hingga trimester kedua atau ketiga. American Pregnancy Association mengatakan pijat sebenarnya boleh dilakukan pada trimester berapa pun, tetapi beberapa praktisi percaya hal itu meningkatkan risiko keguguran.
Pijat pada trimester pertama juga dapat memperburuk gejala seperti mual pada sebagian ibu hamil.
Pastikan untuk menemui terapis pijat berlisensi, terutama yang memiliki pelatihan dalam pijat prenatal. Penelitian menunjukkan bahwa teknik yang diterapkan secara efektif dapat membantu membuat pijat prenatal lebih aman.
Pentingnya memilih terapis yang tepat
Jika Bunda sudah memiliki terapis urut langganan, kali ini saat hamil cobalah untuk lebih selektif lagi memilih terapis pijat khusus.
Seorang terapis pijat prenatal seharusnya sudah paham tentang titik pijat dan posisi yang aman. Salah satunya dengan meminta Bunda untuk berbaring miring, bukan tengkurap atau telentang.
"Pijat sering kali mengharuskan seseorang berbaring tengkurap untuk satu bagian, dan telentang untuk bagian lainnya. Kedua posisi ini bisa jadi tidak nyaman dan berpotensi membahayakan bagi ibu hamil," imbuh Hack.
Berbaring telentang menekan pembuluh darah tertentu, yang dapat mengurangi aliran darah ke janin, menurut ACOG.
Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mendapatkan pijat prenatal, terutama jika Bunda memiliki riwayat kehamilan berisiko tinggi atau berisiko mengalami komplikasi.
Ini termasuk preeklamsia, diabetes gestasional, persalinan prematur, plasenta previa, dan lain-lain.
Risiko bahaya ibu hamil diurut
Dipijat saat hamil memang bikin nyaman dan rileks, tapi ada beberapa risiko bahaya ibu hamil diurut. Terutama jika dilakukan bukan dengan terapis khusus.
Selain itu, meski penelitian ilmiahnya masih perlu dilakukan, ada beberapa kondisi medis pada ibu hamil yang sebaiknya tidak diurut karena bisa berisiko memicu komplikasi. Berikut ulasannya:
1. Sindrom vena cava
Sindrom vena cava adalah suatu kondisi di mana aliran darah melalui vena cava inferior, yang mengalirkan darah dari kaki dan perut ke jantung, mengalami perlambatan.
Hal ini dapat terjadi pada ibu hamil ketika mereka berbaring telentang, terutama selama trimester ketiga.
Untuk menghindari hal ini, pijat harus dilakukan selama akhir kehamilan dalam posisi menyamping atau berbaring miring. Selain itu, posisi duduk juga dapat dijadikan alternatif.
2. Ruptur plasenta
Pijatan pada area perut perlu dihindari karena ada risiko ruptur plasenta atau rahim, yang dapat menyebabkan keguguran dan bahkan kematian ibu.
Kondisi ini terutama berlaku pada orang yang didiagnosis dengan plasenta previa, kondisi langka di mana plasenta menempel di bagian bawah rahim.
The American Massage Therapy Association pun menyarankan terapis untuk menunda pijat pada ibu hamil dengan kelainan plasenta, termasuk akreta plasenta atau solusio plasenta.
3. Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada wanita yang sebelumnya tekanan darahnya normal.
Ini biasanya mulai dapat terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, yang sering menyebabkan pembengkakan pada kaki (edema perifer). Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal, bagi ibu dan bayi.
The American Massage Therapy Association juga menyarankan terapis untuk mendapatkan izin dari dokter kandungan yang menangani sebelum memberikan pijat kepada ibu hamil dengan kehamilan berisiko tinggi, termasuk preeklamsia.
4. Deep Vein Thrombosis (DVT)
Ibu hamil 5 kali lebih mungkin mengalami deep vein thrombosis (DVT) daripada yang tidak hamil. Ini adalah kondisi yang berpotensi serius dengan gumpalan darah terbentuk di vena dalam, biasanya di kaki.
Meskipun pijatan lembut untuk meredakan bengkak aman dilakukan, namun tekanan dalam pada kaki harus dihindari karena dapat melepaskan bekuan darah dan menyebabkan emboli paru yang berpotensi mengancam jiwa.
Hal ini terutama berlaku jika terdapat varises dan pembengkakan pada kaki, yang keduanya merupakan tanda-tanda DVT.
5. Risiko kontraksi
Meski studi ilmiah tentang risiko kontraksi akibat diurut masih minim, namun ibu hamil tetap perlu berhati-hati.
Pijatan yang terlalu kuat dapat menyebabkan tekanan pada perut dan rahim, yang berisiko menyebabkan kontraksi.
Beberapa titik tekanan di tubuh, seperti pergelangan kaki dan punggung bawah, juga disebut-sebut dapat merangsang kontraksi atau memicu persalinan lebih awal.
6. Risiko terjatuh
Jika Bunda memiliki masalah keseimbangan selama kehamilan, maka pastikan untuk lebih berhati-hati setelah diurut.
Ibu hamil mungkin lebih rentan terhadap cedera akibat kehilangan keseimbangan saat diurut, terutama jika dilakukan di permukaan yang tidak stabil.
7. Otot kaku dan ketidaknyamanan
Apabila pijatan tidak dilakukan dengan benar, maka bisa memicu risiko bahaya ibu hamil diurut lainnya seperti pengerasan otot atau cedera pada jaringan tubuh.
Tips untuk pijat kehamilan
Setelah Bunda mendapat persetujuan dokter dan menemukan terapis pijat kehamilan yang berkualifikasi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan keamanan pijat:
1. Jangan ragu mengungkapkan pendapat
Jika Bunda merasa tidak nyaman mengekspos bagian tubuh tertentu, beri tahu terapis. Terapis pijat profesional akan menciptakan lingkungan yang aman untuk pijat dan tidak akan memaksa Bunda melakukan apa pun yang membuat tidak nyaman.
Sampaikan juga jika ada bagian tubuh yang terasa bengkak dan lebih nyeri saat ditekan, agar terapis bisa menyesuaikan teknik pijatnya.
2. Minum air putih sebelum dan sesudah pijat
Tetap terhidrasi selalu penting. Selain itu, asupan cairan yang cukup juga dapat membantu membuang racun dalam tubuh.
3. Hindari pijat terlalu sering
Rekomendasi umum untuk pijat kehamilan adalah tidak melakukan lebih dari satu sesi per minggu. Kendati demikian, kondisi ini bisa berbeda bergantung pada kesehatan masing-masing ibu hamil.
Sebaiknya tanyakan kepada dokter seberapa sering sebenarnya Bunda bisa melakukan pijat saat hamil.
Kesimpulannya, pijat prenatal adalah teknik yang dapat digunakan oleh terapis profesional. Tapi hal ini perlu memperhatikan banyak faktor, seperti kondisi kesehatan, untuk mencegah terjadinya risiko bahaya ibu hamil diurut.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)