Inversio Uteri, Komplikasi Persalinan Saat Rahim Terbalik

4 weeks ago 16

Komplikasi persalinan yang fatal dapat membahayakan nyawa ibu dan janinnya. Salah satu komplikasi yang perlu diwaspadai adalah invesio uteri, Bunda.

Invesio uteri adalah komplikasi persalinan yang paling serius. Kondisi ini termasuk langka, namun dapat mengancam nyawa.

Apa itu inversio uteri?

Menurut ulasan di National Library of Medicine tahun 2022, invesrio uterus mengacu pada kondisi di mana terjadi kolaps fundus di dalam rongga uterus. Sementara itu dilansir Baby Center, inversi uterus merupakan komplikasi persalinan di mana rahim terbalik setelah bayi lahir.

"Jika hal tersebut terjadi, maka bagian atas uterus (fundus) dapat keluar melalui serviks (leher rahim), atau bahkan menonjol keluar sepenuhnya dari vagina," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Jane van Dis, M.D.

"Inversi uterus dapat menyebabkan masalah yang mengancam jiwa, termasuk pendarahan hebat dan syok, terutama jika tidak segera dikenali dan diobati," sambungnya.

Penyebab inversio uteri

Tidak diketahui pasti penyebab invesio uteri, Bunda. Tetapi, ada beberapa teori populer yang mengaitkan inversio uteri dengan proses mengeluarkan plasenta setelah bayi lahir.

Proses untuk mengeluarkan plasenta disebut juga manuver Crede. Melansir dari Cleveland Clinic, proses tersebut kemungkinan dapat menyebabkan inversio uteri bila:

  • Plasenta telah tertanam di bagian atas rahim (implantasi plasenta fundus).
  • Plasenta dapat menempel pada dinding rahim di bagian atas, samping, depan atau belakang selama kehamilan. Paling sering, plasenta menempel di bagian atas.
  • Atonia uterus adalah rahim tidak berkontraksi setelah melahirkan

Setelah melahirkan pervaginam, Bunda biasanya akan mengalami kontraksi yang membuat plasenta terpisah dari dinding uterus. Hal tersebut umumnya terjadi dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah melahirkan, atau dapat berlangsung lebih lama.

Perlu diketahui, teori di atas masih sulit dibuktikan sebagai penyebab inversio uteri, Bunda. Selain itu, metode persalinan seperti manuver Crede juga umum dilakukan dan jarang menyebabkan inversio uteri.

Ilustrasi Ibu MelahirkanIlustrasi Ibu Melahirkan/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Faktor risiko inversio uteri

Sekitar setengah dari perempuan yang mengalami inversio uterus tidak memiliki faktor risiko sama sekali, Bunda. Meskipun demikian, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan peluang mengalami komplikasi ini, seperti:

  • Tali pusat pendek
  • Persalinan yang cepat atau lama
  • Penggunaan obat-obatan tertentu untuk merelaksasi rahim selama persalinan
  • Makrosomia janin, atau ketika janin jauh lebih berat dari rata-rata
  • Kelainan rahim, atau masalah dengan struktur rahim
  • Preeklamsia berat, atau ketika Bunda mengalami tekanan darah sangat tinggi (ditambah gejala khas lainnya) yang berhubungan dengan kehamilan
  • Plasenta akreta, atau ketika plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.
  • Spektrum plasenta akreta atau plasenta tumbuh sangat dalam ke dinding rahim, sehingga tidak terpisah saat melahirkan

Ciri-ciri gejala inversio uteri dan stadiumnya

Inversio uteri biasanya terjadi pada proses persalinan. Dalam satu studi menemukan, sekitar 83 persen kasus inversio uteri terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan. Sisanya, terjadi di hari-hari atau minggu-minggu setelah melahirkan.

Berikut beberapa gejala inversio uteri yang perlu Bunda ketahui:

  • Perdarahan vagina ringan hingga berat
  • Nyeri perut bagian bawah dan perasaan tertekan di area tersebut
  • Ditemukan massa bulat dan halus yang menonjol dari vagina
  • Tekanan darah menurun
  • Terkadang dapat menyebabkan syok, seperti pusing, detak jantung cepat, napas pendek, kulit dingin, dan kram otot

"Selama diagnosis, dokter akan mempertimbangkan semua gejala yang muncul. Mereka mungkin juga meraba perut untuk memeriksa apakah rahim berada di tempat yang tepat. Terkadang, jika dokter tidak sepenuhnya yakin, USG atau MRI dapat digunakan untuk memastikan diagnosis," ujar Jane van Dis.

Inversio uterus diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok atau stadium berdasarkan derajat keparahannya. Berikut stadium inversio uteri:

  • Derajat 1 (tidak lengkap): bagian atas uterus atau rahim telah kolaps dalam rongga uterus
  • Derajat 2 (lengkap): bagian atas uterus terlipat ke dalam lubang uterus atau leher rahim, seperti bentuk kaus kaki terbalik.
  • Derajat 3 (prolaps): Bagian atas uterus masuk ke bagian terdalam dari saluran vagina.
  • Derajat 4 (total): Baik uterus maupun vagina menonjol keluar dari tubuh.

Mayoritas perempuan yang mengalami inversio uterus termasuk dalam kategori derajat 2 dan 3. Sementara itu, tipe akut diklasifikasikan terjadi pada 24 jam atau kurang setelah lahir, subakut terjadi lebih dari 24 jam setelah melahirkan, dan kronis yang terjadi lebih dari satu bulan pasca persalinan.

Apakah inversio uteri berbahaya?

Kasus akut dapat menyebabkan syok hemoragik, tetapi penanganan yang cepat biasanya dapat mengurangi gejala jangka panjang. Tidak diketahui apakah kondisi tersebut memengaruhi prospek kehamilan di masa mendatang, tetapi ada laporan kasus tentang kehamilan tanpa komplikasi.

Sementara itu, komplikasi yang terkait dengan inversio uterus dapat disebabkan oleh kondisi atau penanganan. Komplikasi dapat berupa perdarahan dan risiko terkait, seperti kerusakan multiorgan, syok, sindrom Sheehan, dan histerektomi.

Kondisi tersebut juga dapat mengakibatkan kehilangan darah yang signifikan dan terus-menerus, serta nekrosis jaringan. Sedangkan, komplikasi yang menyertai pengobatan dapat berhubungan dengan anestesi umum dan transfusi darah.

Cara mengatasi inversio uteri atau komplikasi persalinan saat rahim terbalik

Inversio uterus harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Dokter atau bidan biasanya akan mencoba mengatur ulang posisi rahim dan mendorong fundus kembali melalui serviks.

"Perawatan yang berhasil akan bergantung pada kemampuan penyedia layanan kesehatan untuk bertindak cepat guna menjaga tanda-tanda vital tetap stabil, terutama saat bagian atas rahim ditempatkan pada posisi semula. Perawatan yang terima bergantung pada tingkat inversio uteri," ungkap Jane van Dis.

Berikut beberapa tindakan mengatasi inversio uterus atau rahim terbalik:

  • Penyisipan kembali rahim Anda secara manual
  • Pembedahan (laparotomi)
  • Menstabilkan rahim dengan pemberian obat atau reduksi hidrostatik

Inversio uteri vs prolaps uteri, kenali perbedaannya

Inversio uteri adalah kondisi yang berbeda dengan prolaps uteri, Bunda. Tapi terkadang keduanya sulit dibedakan karena terjadi setelah melahirkan.

Dilansir laman Mayo Clinic, prolaps uteri terjadi ketika otot dasar panggul dan ligamen meregang dan melemah hingga tidak bisa lagi memberikan dukungan yang cukup bagi uterus. Akibatnya, uterus 'tergelincir' ke dalam atau menonjol keluar dari vagina.

Prolaps uterus paling sering terjadi pada perempuan yang telah menopause atau telah melahirkan satu atau lebih melalui vagina. Prolaps uterus ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Namun, prolaps uterus yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu kehidupan sehari-hari mungkin memerlukan pengobatan.

Demikian penjelasan terkait inversio uterus. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online