Jakarta -
Menenangkan anak saat sedang marah dan menangis sering kali terasa sulit ya, Bunda? Perlu trik yang tepat agar Si Kecil bisa belajar mengendalikan emosi, termasuk jangan mengucapkan 'tenang'.
Mencoba menjelaskan sesuatu pada anak yang sedang marah jika tak diterima dengan baik justru dapat membuat kemarahannya semakin memuncak.
Bahkan kadang tak butuh waktu lama bagi anak untuk semakin berteriak dan menarik perhatian. Bentuk upaya orang tua dalam mengendalikan situasi tersebut salah satunya adalah mengucapkan 'ayo tenang'.
Bukannya lantas mereda, yang sering terjadi justru anak semakin menangis kencang. Dikutip dari Pure Wow, berulang kali memberi tahu anak-anak untuk tenang tidak hanya mengabaikan emosi mereka, tetapi juga seakan memberi tahu bahwa mereka tidak boleh merasa marah.
Mengapa orang tua sebaiknya jangan mengucap 'tenang'?
Ada beberapa penyebab mengapa orang tua sebaiknya jangan ucap 'tenang' pada anak yang sedang marah atau menangis. Termasuk di antaranya dapat membuat anak semakin cemas.
"Mengucapkan basa-basi dan membanjiri percakapan dengan hal-hal positif yang terlalu menggurui dapat memperburuk kecemasan dan kemarahan anak," ungkap psikiater anak Leela R. Magavi, MD.
Padahal jika anak merasa emosinya diabaikan, ini dapat semakin memperburuk kondisi suasana hati mereka. Lama-kelamaan bisa berdampak pada ledakan emosinya.
Dengan kata lain, memberi tahu anak untuk 'tenang' sebenarnya justru cenderung memperburuk keadaan.
Hal yang sama berlaku untuk orang dewasa. Diminta untuk tenang saat sedang marah atau meluapkan emosi tidak membuat semua mereda. Nah, hal ini rentan lebih berbahaya dampaknya bagi anak-anak yang masih belajar memahami emosi.
Pentingnya anak memahami tentang emosi
Mengucapkan 'tenang' juga mendorong anak-anak untuk menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya, alih-alih menghadapinya dengan cara yang sehat.
Dalam jangka panjang apabila ini terus terjadi, dampaknya bisa membuat anak semakin sulit untuk tenang dan mengendalikan emosi.
Jika seorang anak tidak memiliki cara untuk menenangkan diri, bagaimana mereka akan tahu apa yang harus dilakukan? Pengaturan emosi adalah sesuatu yang perlu diajarkan kepada anak.
"Menangis, merasa sedih, atau bahkan mengamuk adalah perilaku alami yang digunakan anak untuk mengomunikasikan kebutuhan karena mereka belum diajarkan cara alternatif untuk merespons," ungkap pakar pengasuhan dan analis perilaku anak, Reena B. Patel LEP, BCBA.
Menurut Patel, ketika orang tua justru sering menggunakan frasa umum seperti 'tenanglah', 'bersikaplah baik', 'tunjukkan rasa hormat', ini belum tentu sepenuhnya dimengerti anak.
"Jika orang tua tidak mendefinisikan dengan jelas, menjadi contoh dengan menunjukkan langsung, dan menciptakan kesempatan bagi anak untuk menunjukkan apa yang dimaksud, maka kita sebagai orang tua tidak dapat mengharapkan anak-anak mampu melakukannya," imbuh Patel.
Lalu apa kalimat-kalimat penggantinya?
Ilustrasi anak menangis/Foto: Getty Images/yongyuan
Jika orang tua ingin memproses perasaan anak dan memberi validasi atas emosi yang sedang mereka rasakan, berikut beberapa kalimat alternatifnya:
1. 'Bunda bisa melihat bahwa kamu sedang marah'
Meski mungkin terdengar agak aneh untuk menyatakan hal yang sudah jelas, dengan mengakui emosi mereka, Bunda memvalidasi apa yang dirasakan olehnya. Hal ini pada gilirannya membantu meredakan situasi, sekaligus membantu anak merasa didengarkan.
2. 'Ceritakan pada Bunda, Bunda ada di sini untuk mendengarkan'
Menurut Magavi, mendengarkan secara aktif membantu anak-anak yang berjuang dengan emosi mereka mengingat bahwa mereka dihargai dan diperhatikan.
Jadi, saat anak mulai menunjukkan kemarahannya, tawarkan untuk berkomunikasi tentang apa yang sedang mereka rasakan.
"Komunikasi terbuka memungkinkan anak-anak memiliki kesempatan untuk berbicara tentang suasana hati dan gejala kecemasan mereka. Ini dapat membantu memastikan bahwa anak-anak merasa aman dan didukung," ungkap Magavi.
3. 'Kamu pasti sedang kesulitan, Bunda akan mendampingimu'
Magavi menjelaskan bahwa menunjukkan dukungan lebih lanjut, bahkan saat anak mengamuk, akan sangat membantu.
"Mengingatkan anak-anak bahwa mereka tidak sendirian dengan menciptakan tempat yang aman untuk mengekspresikan emosi, serta menegaskan kembali fakta bahwa orang tua akan selalu mendampingi, dapat membantu meredakan kemarahan dan kecemasan mereka," tambahnya.
Dalam situasi ketika anak sedang mengalami kehancuran total, komunikasikan bahwa Bunda bersedia menunggu sampai mereka siap untuk terbuka.
Menurut Patel, meminta mereka untuk memberi tahu orang tua saat siap dan memberi pilihan menciptakan ruang yang aman dan memungkinkan mereka merasa memegang kendali.
5. 'Ayo, mari kita coba lagi'
Jika upaya komunikasi sebelumnya gagal, tidak ada salahnya untuk mencoba lagi. Namun, Patel sangat menyarankan untuk menggunakan kata 'ayo' daripada 'kamu'.
"Ini menunjukkan kepada anak bahwa orang tua tidak menyalahkan mereka dan ingin bekerja sebagai tim untuk menemukan solusi yang baik bersama-sama," tutur Patel.
Demikian ulasan tentang penyebab pentingnya jangan ucap tenang saat anak marah, serta kalimat-kalimat alternatifnya. Semoga ulasan ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)