Jakarta -
Selama musim kemarau, tubuh pasti mengalami kekurangan cairan. Hal ini tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Ketika musim kemarau datang, anak akan memiliki waktu bermain yang panjang. Mereka bisa saja bermain di kolam renang, berkemah, bermain sepak bola, atau sekedar berlari-lari di sekitar halaman.
Meski begitu, peningkatan suhu yang ekstrem saat ini perlu diwaspadai, ya. Jika tidak, anak-anak mungkin akan mengalami dehidrasi.
Apa itu dehidrasi?
Melansir dari laman NHS, dehidrasi berarti tubuh tengah mengalami kehilangan lebih banyak cairan daripada cairan yang masuk ke dalam tubuh. Jika tidak diatasi dengan baik, kondisi ini bisa bertambah parah dan menjadi masalah serius.
Penyebab dehidrasi pada anak
Dehidrasi sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya saja sebagai berikut:
- Anak mengidap diabetes
- Sakit atau diare
- Terlalu lama terkena sinar matahari
- Banyak berkeringat karena berolahraga
- Suhu tubuh yang tinggi
- Mengonsumsi obat yang membuat anak lebih sering buang air kecil
Menurut dokter spesialis anak, Sidney Kimmel Medical College di Thomas Jefferson University, Christopher P. Raab, MD, penyebab umum terjadinya dehidrasi pada anak adalah karena muntah atau diare. Sementara itu, penyebab yang kurang umum adalah ketika anak sakit atau sulit menyusu.
"Dehidrasi biasanya disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan seperti muntah dan/atau diare. Penyebab dehidrasi yang kurang umum adalah tidak minum cukup cairan, seperti saat anak-anak sakit atau saat bayi baru lahir mengalami kesulitan menyusu," katanya mengutip dari laman MSD Manual.
"Meski begitu, tidak semua kondisi muntah dan/atau diare menyebabkan dehidrasi," lanjutnya.
Tanda-tanda anak mengalami dehidrasi
Menurut dokter spesialis anak di Ohio, Amerika Serikat, Richard So, MD, dan Paula Sabella, MD, ada beberapa tanda anak dehidrasi yang bisa Bunda perhatikan. Berikut ini ulasannya merangkum dari laman Cleveland Clinic:
1. Anak lebih lelah dan mengantuk
Dehidrasi bisa menyebabkan anak merasa lelah dan mudah tersinggung. Jadi, perhatikan bagaimana perkembangan suasana hatinya sepanjang hari ya, Bunda. Perubahan ini mungkin terjadi secara mendadak.
"Bunda mungkin melihat anak menjadi lebih lelah di taman bermain, sedikit lamban, atau bahkan rewel," kata dr. So.
2. Warna urine saat buang air kecil
Tidak hanya pemasukan cairan, dehidrasi juga menyangkut masalah pengeluaran cairan, Bunda. Dr. Sabella mengungkap bahwa perubahan warna pada urine saat buang air kecil bisa menjadi tanda bahaya yang besar.
"Jika air seni seorang anak tampak berwarna keemasan, warnanya lebih gelap atau pekat, ini menandakan dehidrasi dan merupakan indikasi untuk memberi anak lebih banyak cairan," ungkapnya.
Tidak hanya itu, penurunan frekuensi buang air kecil juga merupakan tanda dehidrasi yang serius. Jika anak masih bayi, segera hubungi dokter jika popoknya basah kurang dari enam kali sehari. Untuk anak yang lebih besar, hubungi dokter jika mereka tidak buang air kecil selama delapan jam.
3. Napas dan jantung yang cepat
Ketika anak beraktivitas, wajar jika napasnya lebih cepat dari biasanya. Namun, perhatikan seberapa cepat napas anak dan detak jantung mereka, ya.
"Jika anak mengalami dehidrasi, hal ini akan menurunkan volume darah dan memengaruhi kemampuan anak untuk menghilangkan panas dalam tubuh," jelas Dr. So.
Napas dan detak jantung yang semakin cepat dan tidak kunjung reda biasanya merupakan tanda dehidrasi, terutama jika detak jantung Si Kecil lebih tinggi dari 110 kali per menit.
4. Muntah
Dalam beberapa kasus dehidrasi yang ekstrem, anak mungkin menunjukkan gejala mual dan muntah. Ini adalah tanda yang jelas bahwa tubuh mencapai batas dari toleransi panas dan kekurangan hidrasi.
"Red flags terbesar adalah jika seorang anak muntah. Itu merupakan prediktor sengatan panas," papar Dr. So.
5. Kulit pucat dan mata cekung
Jika Bunda melihat kulit anak menjadi pucat, ini biasanya menjadi tanda bahwa anak mengalami dehidrasi yang parah. Selain itu, perhatikan juga apakah matanya tampak cekung.
Diagnosis dehidrasi pada anak
Menurut dr. Christopher, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis dehidrasi pada anak. Misalnya saja pemeriksaan dokter, tes darah dan urine, hingga uji lab.
Dokter akan memeriksa anak dan mencatat apakah mereka mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan yang terjadi dalam beberapa hari kemungkinan besar disebabkan oleh dehidrasi.
"Jumlah berat badan yang hilang, jika diketahui, bisa membantu dokter memutuskan apakah anak mengalami dehidrasi ringan, sedang, atau parah," ujar dr. Christopher.
Pada dehidrasi sedang atau parah, dokter akan melakukan tes darah dan urine. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar elektrolit dalam tubuh mereka, tingkat dehidrasi, serta jumlah penggantian cairan yang diperlukan.
Cara mengatasi dehidrasi pada anak
Ilustrasi anak minum/Foto: Getty Images/kate_sept2004
Pengobatan dehidrasi bergantung pada tingkat keparahannya. Anak-anak dengan dehidrasi ringan bisa memperoleh cairan tambahan di rumah.
Sementara itu, anak-anak dengan dehidrasi yang lebih parah mungkin memerlukan perawatan di UGD atau rumah sakit.
Mengutip dari laman Kids Health, berikut ini beberapa cara mengatasi dehidrasi di rumah:
- Berikan larutan rehidrasi oral sesering mungkin. Untuk anak, berikan sekitar 1-2 sendok makan setiap beberapa menit.
- Bayi bisa terus menyusu asalkan mereka tidak muntah berulang kali
- Anak-anak bisa diberikan es loli elektrolit
- Anak bisa mengonsumsi makanan seperti biasa kecuali dokter menyarankan makanan lain
- Saat nafsu makan anak membaik, Bunda bisa mengurangi pemberian larutan rehidrasi oral
- Jangan berikan bayi air putih sebagai pengganti larutan rehidrasi oral
- Jangan berikan minuman olahraga, soda, atau jus kental karena mengandung terlalu banyak gula dan memperburuk keadaannya
- Jangan berikan obat diare atau muntah kecuali disarankan dokter
Komplikasi dehidrasi pada anak
Dehidrasi pada anak bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius. Dilansir dari Mayo Clinic, berikut ini deretannya:
1. Heat injury
Jika anak tidak minum cukup cairan saat berolahraga berat dan mengeluarkan banyak keringat, mereka bisa mengalami cedera akibat panas. Kondisi ini memiliki tingkat keparahan yang beragam mulai dari kram hingga kelelahan dan berpotensi mengancam jiwa.
2. Masalah saluran kemih dan ginjal
Dehidrasi yang berkepanjangan atau berulang bisa menyebabkan infeksi saluran kemih, batu ginjal, bahkan gagal ginjal, Bunda.
3. Kejang
Elektrolit seperti kalium dan natrium membantu membawa sinyal listrik dari sel ke sel. Jika elektrolit anak tidak seimbang, pesan listrik normal akan tercampur dan dapat menyebabkan kontraksi otot yang tidak disengaja dan terkadang menyebabkan kehilangan kesadaran.
Cara mencegah dehidrasi pada anak
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada anak. Berikut ini deretannya:
1. Berikan cairan
Dr. Sabella mengatakan bahwa hidrasi penting bagi semua orang, terutama jika cuaca terasa panas dan lembap. Karena itu, hal utama yang bisa dilakukan untuk mencegah dehidrasi adalah mengonsumsi air.
"Untuk anak-anak yang lebih besar dan remaja, air tetap menjadi minuman pilihan untuk dehidrasi," ujarnya.
Sementara itu, Dr. Sabella menambahkan bahwa ASI merupakan sumber hidrasi utama bagi bayi.
2. Pastikan anak istirahat yang cukup
Sulit untuk memastikan anak-anak berhenti bermain. Hal ini juga terjadi meski cuaca terasa sangat panas.
Meski begitu, Dr. Sabella mengungkap Bunda tetap harus memastikan hidrasinya. Biarkan anak beristirahat setiap 20 menit, ya.
"Saat cuaca panas di luar, hidrasi mutlak diperlukan dan anak-anak dari segala usia harus beristirahat setiap 20 menit," paparnya.
Waktu istirahat ini harus memberikan anak-anak kesempatan untuk mendapatkan cairan, beristirahat, dan mendapatkan tempat untuk berteduh. Bunda juga bisa biarkan mereka berada di ruangan ber-AC atau lebih sejuk.
3. Berikan hidrasi sebelum tidur
Selama musim kemarau, minum air saat beraktivitas di luar ruangan tidaklah cukup. Karena itu, hidrasi perlu dimulai pada malam hari sebelum mereka beraktivitas.
"Ketika berbicara mencegah dehidrasi, baik saat anak berolahraga atau hanya pergi ke taman, hidrasi sebenarnya dimulai pada malam sebelumnya," tutur Dr. So.
4. Hindari memberi anak gula
Dua hal yang tidak baik dan menyebabkan dehidrasi adalah gula dan kafein, Bunda. Jika anak mengalami dehidrasi, Dr. Sabella mengatakan makanan dan minuman manis bukanlah pilihan yang sehat.
Jauhi juga minuman yang mengandung kafein karena bisa bertindak sebagai diuretik. Hal ini menyebabkan anak buang air kecil lebih banyak dan mempercepat proses dehidrasi.
Kapan dehidrasi anak berbahaya dan harus ke dokter?
Merangkum dari laman Kids Health, Bunda perlu segera membawa anak ke dokter jika mengalami tanda berikut ini:
- Tidak mau minum apapun selama lebih dari beberapa jam
- Ketika berusia di bawah 1 tahun dan hanya minum cairan rehidrasi oral (tanpa ASI atau susu formula) selama 24 jam
- Muntah lebih dari beberapa kali dalam 24 jam
- Muntah berwarna hijau terang, merah, atau cokelat
- Tidak mau makan selama 3-4 hari
- Memiliki tanda dehidrasi seperti mulut kering, jarang buang air kecil, lebih sedikit air mata, atau bagian tubuh cekung
- Anak rewel atau tidak terlalu aktif
- Anak tidak tampak membaik
Demikian informasi tentang tanda dehidrasi pada anak, Bunda. Semoga bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)